THE BELOVED ONE

MENENGOK PONCO



MENENGOK PONCO

"Kak Danish, bangun." panggil Ayraa pagi-pagi setelah dari kampus mengumpulkan tugas langsung ke tempat Danish sekaligus membawa sarapan buat Danish yang di buatkan Bundanya.     

Perlahan Danish membuka matanya, seraya menatap wajah Ayraa yang barusan di mimpikannya.     

"Ayraa? kamu sudah ada di sini?" tanya Danish dengan tatapan mata tak percaya.     

"Ya Kak, sesuai janjiku semalam pagi ini setelah dari kampus mengumpulkan tugas aku langsung kemari." jawab Ayraa yang duduk di samping Danish.     

Danish tersenyum, kemudian bangun dari tidurnya dan duduk bersandar di dinding ranjang.     

"Terima kasih Ayraa." ucap Danish dengan keadaan tubuh dan hati yang semakin baik.     

"Bunda membuatkan sarapan buat Kak Danish." ucap Ayraa membuka kotak makannya dan di tunjukkan ke Danish.     

"Kelihatannya nikmat Ayraa, itu masakan apa Ayraa?" tanya Danish yang belum pernah melihatnya.     

"Ini bubur tapi ada ikannya Kak dari abon ayam dan ikan teri." jelas Ayraa sambil menyuapi Danish.     

Dengan lahap Danish mengunyah bubur yang sudah ada di mulutnya.     

"Enak Ayraa, apa kamu bisa membuatnya?" tanya Danish wajah bahagia.     

"Bisa dong Kak, kapan-kapan aku buatkan ya Kak." ucap Ayraa sedikit malu-malu.     

"Secepatnya besok, seperti ini tapi kamu yang buat." ucap Danish menatap dalam-dalam wajah Ayraa.     

"Ya Kak..nanti aku buatkan." ucap Ayraa dengan tersenyum seraya meletakkan kotak makan yang sudah habis tak tersisa.     

"Ayraa, aku ingin siang ini ke rumah kamu untuk bertemu Ayah kamu. Apa kamu setujui?" tanya Danish dengan serius.     

Ayraa terdiam sejenak mengingat semalam Ayahnya yang sudah mulai curiga.     

"Bagaimana kalau hari Minggu saja Kak?" tanya Ayraa dengan tatapan lembut.     

"Masih kurang tiga hari lagi?" ucap Danish dengan wajah kecewa.     

"Kenapa tidak hari ini saja Ayraa? biar aku tidak kepikiran lagi." ucap Danish ingin cepat-cepat memastikan hubungannya di restui oleh kedua orang tua Ayraa.     

"Besok pagi saja ya Kak, Kak Danish bisa main ke rumah disaat Ayah ada di rumah. Besok kan hari Minggu." ucap Ayraa akhirnya mengalah tidak ingin mengecewakan hati Danish.     

"Baiklah, pastikan kamu bilang pada Bunda kalau aku datang besok pagi." ucap Danish sedikit merasa lega karena Ayraa sudah setuju untuk mengakui hubungannya di hadapan kedua orang tua Ayraa.     

"Apa sekarang Kak Danish sudah tenang?" tanya Ayraa dengan tersenyum ikut merasakan kebahagiaan Danish yang terpancar dari wajah Danish.     

"Masih belum Ayraa, aku baru bisa tenang kalau sudah mendapat restu dari dari Ayah kamu." ucap Danish menatap penuh wajah Ayraa.     

"Kak Danish berdoa saja, semoga Ayah memberi restu pada kita." ucap Ayraa mengusap peluh wajah Danish.     

Danish menganggukan kepalanya, kemudian menggenggam tangan Ayraa dengan sangat erat.     

"Semoga apa yang kita niatkan akan menjadi nyata ya Ayraa." ucap Danish seraya mengecup punggung tangan Ayraa.     

"Kak, aku pulang dulu ya... sudah dua jam aku di sini." ucap Ayraa tidak ingin Ayahnya semakin curiga.     

"Ya tidak apa-apa Ayraa, aku juga mau ke rumah Ponco mau melihat keadaannya, bolehkan aku melihatnya sekaligus untuk mengucapkan terima kasih." ucap Danish berniat ke Apartemen Ponco untuk mengucapkan terima kasih.     

"Ya Kak Danish tidak apa-apa, salam saja buat Pak Ponco semoga cepat sembuh." ucap Ayraa dengan tulus.     

"Aku antar ke depan Ayraa." ucap Danish ingin mengantar Ayraa ke jalan raya.     

"Tidak usah Kak, Kak Danish Istirahat saja." ucap Ayraa beranjak dari tempatnya, namun Danish memanggil namanya kembali.     

"Ayraa, kenapa tiap mau pulang kamu tidak pernah menciumku Ayraa." ucap Danish dengan tatapan kecewa.     

Dengan menghela nafas panjang, Ayraa kembali mendekati Danish dan mengecup kening Danish dengan sayang.     

"Sedikit bibir apa tidak bisa Ayraa?" tanya Danish dengan tatapan memelas.     

Dengan terpaksa Ayraa mengecup bibir Danish dengan sangat lembut.     

"Apa Kamu Danish sudah senang?" tanya Ayraa dengan tatapan penuh.     

"Terima kasih Ayraa." ucap Danish dengan sebuah senyum penuh kebahagiaan.     

"Sama-sama Kak, aku pulang dulu ya Kak." ucap Ayraa kemudian keluar dari kamar Danish.     

Setelah Ayraa pulang, Danish bersiap-siap untuk segera berangkat ke Apartemen Ponco.     

Dengan perasaan yang sangat tenang Danish pergi ke Apartemen Ponco.     

Keadaan Apartemen Ponco terlihat sangat sepi. Danish melihat ke dalam lewat jendela terlihat sepi juga.     

Danish membuka pintu yang tidak terkunci. Tanpa ragu lagi Danish masuk ke dalam kamar Ponco.     

Di lihatnya Ponco sedang berbaring.     

"Ponco." panggil Danish duduk di samping tempat tidur Ponco.     

Ponco masih diam tak bergerak, terpaksa Danish menyentuh bahu Ponco untuk membangunkannya.     

"Ponco." panggil Danish sedikit kaget karena Ponco sedang demam tinggi.     

"Pon, kamu demam lagi." ucap Danish seraya meraba kening Ponco yang sangat panas.     

Merasakan sentuhan tangan Danish, Ponco membuka matanya dan melihat ke arah wajah Danish.     

"Danish...kamu datang?" tanya Ponco dengan tatapan tak percaya, rasa rindu merasuk dalam jiwanya.     

"Ya aku datang berterima kasih padamu, karena berkat kamu Ayraa kembali padaku." ucap Danish dengan tatapan penuh.     

"Syukurlah, kalau kalian berdua sudah bersama kembali." ucap Ponco dengan tersenyum lemah.     

"Kamu demam, apa kamu sudah ke rumah sakit?" tanya Danish dengan serius.     

"Sudah, tapi aku tidak tahu lagi..sedikit capek aku selalu demam." ucap Ponco mengeluh pada Danish karena sudah terbiasa.     

"Aku antar ke rumah sakit sekarang ya?" ucap Danish penuh perhatian.     

Ponco menatap wajah Danish dengan tatapan tak percaya.     

"Aku tidak ingin merepotkanmu." ucap Ponco dengan perasaan haru dan cintanya yang masih besar pada Danish.     

"Tidak ada merepotkan untuk sesama sahabat." ucap Danish seraya mengambil jaket Ponco dan di berikan padanya.     

"Pakailah jaketmu kita akan berangkat sekarang." ucap Danish dengan perasaan iba. Dan tidak bisa memungkiri dulu rasa sayang itu ada pada Ponco.     

***     

Di rumah Ayraa...     

Ayraa melihat Ayahnya sedang duduk di ruang tengah sambil memakai kaus kakinya.     

"Ayah...mau ke mana?" tanya Ayraa setelah habis mandi.     

"Mau ke rumah sakit, mau lihat Om Genta yang lagi sakit." jawab Bagas mau menengok Genta sepupunya yang sedang sakit.     

"Om Genta sakit apa Ayah?" tanya Ayraa yang sudah lama tidak bertemu dengan Omnya saudara dari Ayahnya.     

"Sakit typus, terlalu banyak bekerja." Jawab Bagas lagi sambil memakai sepatunya.     

"Apa aku boleh ikut Ayah?" tanya Ayraa dengan serius.     

"Besok saja, Ayah pulang dari rumah sakit langsung ke kantor." ucap Bagas lagi seraya bangun dari duduknya untuk segera berangkat ke rumah sakit.     

"Bunda apa ikut Ayah?" tanya Ayraa yang tidak melihat Bundanya.     

"Bunda mau ke rumah Bunda Hana ada acara reuni Guru, kamu di rumah saja ya." jawab Bagas seraya mengacak rambut Ayraa.     

"Ya Ayah... tenang saja, aku akan di rumah saja menunggu Bunda pulang." ucap Ayraa dengan tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.