PERMINTAAN MAAF DANISH
PERMINTAAN MAAF DANISH
"Aku lagi tidak enak badan Bunda sepertinya aku demam Bun." sahut Ayraa dengan tubuh yang terasa panas dan lemas.
"Bukannya kemarin kamu tidak apa-apa Ayraa? kenapa kamu sekarang demam Nak?" tanya Nicky merasakan sesuatu yang aneh pada putrinya.
"Tidak tahu Bun, mungkin karena terlalu kecapekan saja. Bolehkah Bun, hari ini aku libur satu hari untuk tidak ke kampus atau ke perusahaan untuk training?" tanya Ayraa seraya menatap bundanya dengan tatapan sayu.
"Kalau kamu memang demam, tidak apa-apa sayang. Ya sudah sayang kamu di rumah saja, istirahat ya Nak." ucap Nicky sambil membelai rambut putrinya yang terurai kemudian meninggalkan Ayraa untuk melanjutkan tidurnya.
"Terima kasih Bunda." ucap Ayraa kembali tenggelam dalam selimut tebalnya.
Nicky menghela nafas panjang, sudah bisa melihat dengan jelas kalau putrinya dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Dengan kedua matanya yang terpejam, Ayraa menyalakan ponselnya untuk melihat pesan yang masuk.
Ayraa melihat banyak sekali pesan dari Danish dengan permintaan maafnya. Bukan hanya mengirim pesan tapi juga meneleponnya berulang kali.
Dengan mata yang terasa berat, Ayraa mengirim pesan pada Anna kalau dirinya tidak bisa mengikuti training dan juga tidak bisa ke kampus.
Sambil memeluk gulingnya, Ayraa berniat meletakkan ponselnya namun dering ponselnya membuat Ayraa menghentikan gerakannya untuk melihat siapa yang yang sedang menghubunginya.
"Kak Danish? ada apa lagi menghubungiku? padahal sudah sangat jelas aku melihatnya sedang berpelukan dengan Pak Ponco." ucap Ayraa membiarkan ponselnya berbunyi terus.
Kembali Ayraa menenggelamkan kepalanya di balik bantal agar tidak mendengar suara ponselnya yang berdering terus.
Danish yang sudah berada di kantor semakin gelisah karena panggilannya belum juga di terima Ayraa, padahal waktu sudah menunjukkan pukul tujuh.
Sambil mencari keberadaan Ayraa, Danish juga mencari Anna sahabat Ayraa.
"Anna!" panggil Danish saat melihat Anna yang baru datang.
"Ya Pak Danish." sahut Anna menghampiri Danish.
"Apa kamu tidak bertemu dengan Ayraa?" tanya Danish sambil menekan pelipisnya merasakan kepalanya yang terasa pusing.
"Oh... Ayraa hari ini tidak bisa datang Pak, Ayraa sedang sakit Pak."ucap Anna dengan tatapan penuh curiga.
"Sakit? apa dia bilang sendiri padamu Anna kalau dia sakit?" tanya Danish dengan perasaan yang makin hancur.
"Tadi pagi Ayraa mengirim pesan Pak." ucap Anna dengan jujur.
Danish terdiam dan berpikir sejenak.
"Anna, apa bisa selesai training kamu mengantarku ke rumah Ayraa." ucap Danish pada Anna.
"Ya Pak." sahut Anna kemudian meninggalkan tempat untuk mengikuti apel pagi.
Selama empat jam Danish tidak bisa bekerja apapun kecuali memikirkan Ayraa.
Setelah tiba waktunya Danish mempersiapkan diri untuk pergi ke rumah Ayraa dan menunggu Anna selesai dari training.
Dengan cuaca yang terlihat mendung, Danish menunggu Anna yang belum keluar dari training.
"Maaf Pak, menunggu lama tadi masih ada tanda tangan tugas." ucap Anna setelah berada di hadapan Danish.
"Tidak apa-apa, kita berangkat sekarang?" tanya Danish seraya mengeluarkan kunci mobilnya dari dalam kantongnya.
Tanpa bicara Anna masuk ke dalam mobil untuk menunjukkan rumah Ayraa pada Danish.
Langit semakin mendung dan gelap. Danish menjalankan mobilnya dengan pelan menuju ke rumah Ayraa.
Tiba di rumah Ayraa, mobil Danish berhenti.
Dengan hati berdebar-debar Danish masuk ke dalam rumah Ayraa dengan di temani Anna.
"Assalamualaikum." ucap Anna mengucapkan salam.
Tidak lama kemudian terlihat Nicky yang sedang keluar dari dalam rumah.
"Assalamualaikum Tante." Sapa Anna sambil menganggukkan kepalanya.
"Waalaikumsallam Anna, baru datang dari training ya?" tanya Nicky sambil menatap Danisy yang berdiri di samping Anna.
"Ayraa ada tante?" tanya Anna dengan perasaan yang tidak enak karena datang bersama Danish.
"Ada...Ayraa lagi di dalam kamar, sedang istirahat. Ayraa tidak bisa ke kampus atau training karena lagi demam." jelas Nicky masih menatap kearah Danish yang sedang menatapnya.
"Maaf ini dengan siapa ya?" tanya Nicky merasa tidak mengenal Danish.
"Oh iya tante, ini Pak Danish.. dosen pengganti kami yang mengajari kami sementara, saat Pak Ponco sakit. Pak Danish ingin menengok Ayraa Tante." jelas Anna sedikit ragu-ragu.
"Oh...dosennya Ayraa? terima kasih karena telah menyempatkan menengok Ayraa Pak." ucap Nicky dengan sebuah senyuman.
Danish mengganggukkan kepalanya dan tersenyum membalas senyuman Nicky.
"Silakan masuk Pak, Ayras ada di dalam kamar, badannya katanya lemas.' ucap Nicky seraya beranjak masuk ke dalam di ikuti Anna dan Danish.
Tiba di kamar Ayraa, Nicky membuka pintu kamar Ayraa. Terlihat Ayraa sedang berbaring di tempat tidurnya.
Hati Danish semakin terluka dalam, bukan saja karena karena dirinya tapi saat melihat Ayraa yang ikut terluka.
"Silahkan duduk Pak, mungkin Ayraa masih mengantuk karena habis minum obat." ucap Nicky seraya memberikan kursi pada Danish.
"Tante, maaf sebelumnya..saya mau pulang dulu sebentar, saya di minta ibu untuk mengantar adik saya sekolah." ucap Anna minta izin pulang sebentar.
"Oh....Ya Anna." ucap Nicky yang berniat membuat minuman.
"Pak Pak Danish... saya tinggal sebentar ya?" ucap Nicky seraya meninggalkan Danish di kamar dengan pintu terbuka.
Danish menatap wajah Ayraa yang terlihat pucat. Ingin sekali Danish memeluk Ayraa dengan segala kesedihannya.
Dengan hati-hati, Danish mengusap wajah Ayraa dengan sangat pelan.
Tiba-tiba Ayraa bergerak ketika merasakan sentuhan tangan Danish di wajahnya.
Sungguh hati Ayraa sangat terkejut melihat Danish berada di dalam kamarnya.
"Pak Danish? kenapa Pak Danish ada di sini?" tanya Ayraa tiba-tiba berubah menjadi marah.
"Aku ingin melihat keadaanmu Ayraa." sahut Danish dengan tatapan sedih melihat sikap Ayraa yang sangat membencinya.
"Sebaiknya Pak Danish pulang sekarang, saya tidak apa-apa dan baik-baik saja." ucap Ayraa dengan tatapan dingin.
"Ayraa, maafkan aku... sungguh aku menyesalinya, aku tidak berniat membohongimu Ayraa." ucap Danish dengan suara pelan.
"Maaf Pak, aku tidak mau mendengarkan apa pun lagi. Silahkan Pak Danish pulang, aku tidak ingin melihat Pak Danish lagi apalagi dengan Pak Danish ada di sini." ucap Ayraa kemudian berbalik memunggungi Danish tidak ingin melihat wajah Danish.
Hati Danish terasa sedih dan sakit melihat Ayraa yang sudah sangat membencinya.
"Ayraa... dengarkan penjelasanku sebentar." ucap Danish dengan memohon.
"Pulanglah Pak, aku tidak mau mendengarkan apapun lagi dan tidak ingin melihat wajah Pak Danish lagi. Tolonglah pergi sekarang! atau aku harus mengusir dengan kasar." ucap Aiyraa dengan hati yang ikut merasa sedih.
"Ayraa... tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya Ayraa." ucap Danish dengan hati yang telah hancur dengan sikap Ayraa yang telah kasar padanya.
"Sudah tidak ada kesempatan lagi Pak, cepat pergilah." ucap Ayraa kemudian menutup wajahnya dengan sebuah bantal.