JEBAKAN FATAL PONCO
JEBAKAN FATAL PONCO
Tanpa ikut apel pagi, Ayraa berjalan masuk ke ruang kantor Danish. Baru membuka pintu dan belum menutupnya, tangan kokoh Danish sudah menarik pinggangnya dengan kuat dan mengunci pintu dari dalam.
"Aku sangat merindukanmu Ayraa." bisik Danish memeluk tubuh Ayraa dengan sangat erat.
"Kak Danish? Aduuuh Kakak! lepaskan Kak! malu nanti kalau dilihat orang." ucap Ayraa sambil berusaha melepaskan pelukan dan Danish.
"Tidak akan Ayraa, aku masih sangat merindukanmu. Sebentar saja tidak akan lama. Biarkan aku memelukmu sampai rasa kerinduanku sedikit berkurang." ucap Danish dengan tatapan penuh rindu.
Ayraa menghilangkan nafas panjang, membiarkan Danish memeluk dirinya dengan sangat erat. Perlahan Ayraa mengusap pelan punggung Danish.
"Kita duduk dulu ya Kak, kita akan bicara sekarang." ucap Ayraa dengan suara lembut.
Dengan penuh kasih sayang Ayraa menggandeng tangan Danish untuk segera duduk di kursi sofa.
Ayraa menatap penuh wajah Danish yang terlihat masih pucat.
"Kak Danish belum terlihat sehat, kenapa harus memaksakan diri untuk bekerja? lihat wajah Kakak masih sangat pucat." ucap Ayraa sambil mengusap lembut wajah Danish.
"Aku hanya berusaha untuk menghindar dari dirinya Ayraa, kalau aku masih bersamanya di apartemen pasti aku akan diminta untuk melakukan hal seperti itu lagi." jawab Danish dengan jujur.
"Kenapa Kak Danish tidak menolak saja kalau dia meminta hal seperti itu? bukannya walaupun hidup bersama masih bisa melakukan hal yang lainnya yang lebih bermanfaat daripada melakukan hal seperti itu?" ucap Ayraa tidak habis pikir dengan hubungan Danish dan mantan kekasihnya.
"Sudah kukatakan padamu bukan Ayraa? kalau hubunganku dengan dia tidak bisa lepas dari hubungan seperti itu, setiap hari kita melakukannya dan itu sudah menjadi candu bagi kita berdua. Dan sekarang aku ingin lepas dari semuanya, aku hanya bisa meminta bantuan kamu untuk bisa melupakan semua itu." ucap Danish dengan wajah penyesalan.
Ayraa terdiam menatap wajah Danish dengan penuh rasa iba, ikut merasakan rasa kesedihan Danish.
Di raihnya tangan Danish kemudian di genggamnya dan di usapnya lembut punggung tangannya.
"Aku harus melakukan apa untuk membantu Kak Danish agar Kak Danish bisa melupakan itu semua?" tanya Ayraa dengan wajah serius.
"Tetap bersamaku Ayraa, peluk aku di saat aku sedih." ucap Danish seraya memeluk Ayraa kembali dengan sangat erat.
"Jujur aku bingung dengan semua ini Kak. Aku belum pernah berhubungan dengan seorang laki-laki dengan hubungan seserius ini. Aku terkadang takut tenggelam dalam hubungan dewasa ini." ucap Ayraa dengan jujur sangat berat menjalani hubungan yang sudah seperti orang dewasa. Sedangkan dirinya masih kecil dan belum mengerti apa-apa.
Danish menatap wajah Ayraa dengan tatapan berkabut.
"Apa kamu akan berpikir untuk meninggalkan aku Ayraa?" tanya Danish dengan perasaan putus asa.
Ayraa terdiam hanya bisa menatap wajah Danish dengan hati sedih merasakan kesedihan yang dialami Danish. Seseorang yang ingin bertobat tapi tidak bisa lepas dari dunia gelapnya.
"Ayraa.. kamu tidak menjawab pertanyaanku?" tanya Danish lagi dengan tatapan penuh harap.
Kembali Ayraa, menghela nafas panjang.
"Aku tidak akan meninggalkan Kak Danish." jawab Ayraa tidak tega melihat keadaan Danish yang semakin tersiksa dengan masalahnya.
Dengan hati bahagia, Danish memeluk Ayraa dan menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Ayraa.
"Sebaiknya Kakak pulang sekarang dan istirahat di rumah. Wajah Kak Danish masih sangat pucat, Kak Danish tidak akan bisa cepat sembuh kalau seperti ini kak? bukannya kita masih bisa mengirim pesan atau bisa teleponan." ucap Ayraa seraya mengusap pelan punggung Danish dengan berulang-ulang.
"Apa kamu nanti akan pulang langsung Ayraa?" tanya Danish menatap penuh wajah Ayraa.
"Ya Kak...aku tidak ingin Ayah dan Bunda mencariku dan lagi Ayah meminta Chello untuk menjemputku. Jadi aku harus pulang tepat waktu.
"Ya sudah, kamu bekerjalah sekarang. Aku akan pulang sekarang dan istirahat di rumah." ucap Danish tidak ingin melihat Ayraa saat di jemput dengan Chello.
"Hati-hati di jalan ya Kak." ucap Ayraa merasa tidak tega melihat wajah Danish yang selalu sedih.
"Kamu juga hati-hati pulang nanti, jangan ke mana-mana dengan Chello." ucap Danish dengan sebuah permintaan.
"Iya Kak, Kak Danish tenang saja ya? nanti aku langsung pulang kok Kak! aku tidak akan kemana-mana." ucap Ayraa dengan tersenyum.
"Terima kasih sayang, aku pulang dulu." ucap Danish seraya mengecup kening Ayraa kemudian meninggalkan Ayraa yang masih melanjutkan trainingnya.
Tiba di Apartemen, Danish tidak melihat keberadaan Ponco. Dengan cepat Danish meletakkan ponselnya di tempat seperti biasanya.
Setelah meletakkan ponselnya di tempat yang aman. Danish berbaring untuk melepas lelahnya.
Sedikit terkejut hati Danish saat melihat Ponco keluar dari kamar mandi dengan keadaan telanjang hanya sebuah celana dalam saja yang melekat di tubuh Ponco.
"Sayang... kamu sudah pulang?" tanya Ponco dengan wajah terlihat segar.
"Ya...aku mau istirahat sebentar." ucap Danish seraya memejamkan matanya agar tidak tergoda oleh Ponco.
"Mandilah dulu dengan air hangat Danish agar kamu terlihat segar." ucap Ponco seraya mendekati Danish yang jelas-jelas ingin menghindarinya.
Karena ingin menghindari Ponco dengan terpaksa Danish bangun dari tidurnya untuk segera mandi dan berencana akan tidur di sofa.
"Baiklah...aku akan mandi." ucap Danish seraya masuk ke dalam kamar mandi.
Saat Danish masuk ke kamar mandi dengan cepat Ponco mengambil ponsel Danish dan segara mengirim pesan pada Aiyraa. Kalau dirinya saat ini dirinya membutuhkan Ayraa dan akan segera mengakhiri hidupnya jika Aiyraa tidak datang.
Selesai mengirim pesan, segera Ponco ke belakang untuk membuat teh lemon kesukaan Danish yang sudah Ponco campuri dengan obat perangsang.
Dengan sebuah senyuman Ponco membawa teh lemon Danish yang sudah berisi campuran obat perangsang ke kamar Danish.
"Sudah selesai mandinya sayang? ini.. aku buatkan kamu minuman teh lemon kesukaanmu, biar kamu bisa istirahat dengan nyaman." ucap Ponco sambil memberikan teh lemon hangatnya pada Danish.
Kembali Danish tidak bisa menolak teh lemon yang telah diberikan Ponco kepadanya. Dengan terpaksa Danish menghabiskan minuman teh lemon hangat yang telah diberikan padanya.
Selang beberapa menit pengaruh obat perangsang itu telah bekerja dengan sangat sempurna hingga membuat Danish tak berdaya dalam pelukan Ponco bahkan saat Ponco melepas pakaiannya.
Dengan sengaja Ponco tidak mengunci pintu Apartemen agar Ayraa bisa masuk dengan mudah.
Perlahan Ponco menarik tangan Danish agar menindihnya dengan dirinya pada posisi di bawah dan berbaring terlentang.
"Sayang.. tubuh kamu harum sekali. Peluk aku sayang." bisik Ponco sambil memeluk pinggang Danish yang sudah telanjang.
Danish menatap wajah Ponco dengan tubuh lemas tidak bertenaga. Tubuhnya lemas di atas tubuh Ponco yang memeluk dan menciuminya.
"Kak Danishhhh!! Pak Poncoo!!"