SAKIT HATI PONCO
SAKIT HATI PONCO
"Malam Kak Danish." Sahut Ayraa di sana yang juga masih belum tidur memikirkan masalah Danish.
"Kamu belum tidur? apa kamu memikirkan aku juga Ayraa?" tanya Danish dengan hati yang berdebar-debar.
"Iya sedikit Kak... memikirkan masalah Kak Danish karena aku tidak bisa membantu apa-apa selain hanya bisa mendoakan agar semua masalah Kak Danish cepat selesai." ucap Ayraa dengan sangat tulus.
"Terima kasih Ayraa, mungkin berkat doa kamu akhirnya hari ini aku bisa mengatakan padanya kalau hubungan aku dan dia benar-benar sudah berakhir dan dia bisa menerimanya. Tapi sedikit ada masalah, dia meminta waktu satu minggu untuk tetap bisa bersamaku. Apa kamu tidak marah dalam satu minggu ini aku tidak bisa menghubungimu secara intens seperti yang sudah-sudah?" tanya Danish meminta izin dari Ayraa.
"Tidak apa-apa Kak, kalau memang itu bisa membuat masalah Kak Danish cepat selesai. Aku tidak apa-apa dan lagi juga aku masih fokus dengan training aku yang tinggal sebentar lagi selesai." ucap Ayraa dengan tenang.
"Tapi aku pasti merindukanmu Ayraa, satu hari saja tidak bertemu denganmu aku sudah merindukanmu apalagi dalam satu minggu? Aku tidak bisa membayangkan hari-hariku tanpa kamu Ayraa." ucap Danish mengungkapkan semua perasaannya.
"Tidak apa-apa Kak, anggap saja perasaan rindu Kak Danish akan menjadi sebuah kesetiaan di saat kita nanti bertemu." ucap Ayraa dengan tersenyum.
"Aku tidak bisa lama-lama Ayraa, karena dia meminta satu syarat untuk bersamaku dalam satu minggu ini dengan tinggal bersama." ucap Danish berterus terang pada Ayraa karena tidak ingin ada salah paham antara dia dan Ayraa.
"Untuk itu terserah Kak Danish... karena hal apapun yang dilakukan Kak Danish, entah itu baik atau tidak baik hanya Tuhan yang tahu. Hanya saja aku memberi saran pada Kak Danish, jauhi semua hal yang membuat Kak Danish lebih berdosa lagi." ucap Ayraa berharap Danis tidak melakukan hal yang salah lagi.
"Iya Ayraa, aku usahakan untuk tidak melakukan hal itu. Terima kasih banyak, kamu kekasih yang terbaik yang pernah aku miliki." ucap Danish dengan hati yang semakin mencintai Ayraa.
"Kenapa Kak Danisj tidak beristirahat? Bukannya Kak Danish membutuhkan waktu yang banyak untuk bisa beristirahat? tidurlah Kak sudah larut malam." ucap Ayraa berniat untuk melanjutkan tidurnya.
"Aku masih ingin bicara banyak denganmu Ayraa, sayang sekali waktunya tidak ada lagi.
Baiklah, selamat malam Ayraa, mimpikan aku ya...aku mencintaimu." ucap Danish seraya menutup panggilannya.
Setelah selesai bicara dengan Ayraa, Danish mematikan ponselnya dan mengembalikannya di tempat yang semula.
Perlahan Danish membaringkan tubuhnya untuk bisa memejamkan matanya dan tidur beristirahat.
Sedang Ponco yang ada di samping Danish tiba-tiba kedua matanya terbuka, sebuah senyuman terselip di kedua sudut bibirnya. Kedua tangan Ponco terkepal, semua apa yang dikatakan Danish dengan Ayraa telah di dengarkan olehnya.
"Aku tidak akan membiarkan kalian berdua bersatu! kalian lihat saja nanti! aku akan membuat hubungan kalian berdua hancur! seperti hancurnya hatiku saat ini!" ucap Ponco dalam hati sambil memejamkan matanya kembali.
***
Pagi hari...
Danish bangun pagi-pagi, dengan perasaan yang agak lebih tenang setelah mendengar suara Ayraa dan mendengar nasihat nasihat dari Ayraa.
Tidak ada lagi keraguan di hatinya untuk menetapkan hatinya mencintai Ayraa. Hatinya sudah bulat untuk memutuskan hubungannya dengan Ponco.
Apalagi sebagian seluruh ceritanya Ayraa sudah mengetahui dan bisa menerimanya.
Pagi ini Danish berniat berangkat pagi agar bisa bertemu Ayraa di perusahaannya. Masa training Ayraa hanya tinggal dua minggu lagi.
Danish Ingin dalam dua minggu itu dia bisa berdekatan dengan Ayraa di perusahaannya.
Dengan mata yang sedikit mengantuk Danish tidak melihat Ponco di sampingnya.
"Di mana Ponco? kenapa tidak ada disini? apa yang sedang dia lakukan?" tanya Danis dalam hati sambil bangun dari tempatnya untuk mencari keberadaan Ponco.
Dengan langkah sedikit tersaruk-saruk Danish berjalan ke dapur mencari Ponco sekalian mengambil segelas air.
"Hai sayang, kamu sudah bangun? aku sedang memasak sesuatu yang menjadi makanan favorit kamu, Nasi goreng ala Ponco." ucap Ponco dengan sebuah senyuman terkulum.
"Aku harus berangkat pagi Pon, mungkin aku tidak akan sarapan di sini tapi kalau kamu sudah memasaknya...ya sudah, biar aku bawa saja ke kantor." ucap Danish tidak ingin menyakiti Ponco.
"Kenapa tidak sarapan denganku di sini saja Danish? tidak memakan waktu yang banyak." ucap Ponco dengan tatapan penuh harap.
"Baiklah, tapi aku harus berangkat cepat jadi jangan kecewa nanti kamu ya." ucap Danish berusaha tersenyum pada Ponco.
"Tenang saja sayang, aku akan selalu berusaha mengerti. Bukannya selama satu minggu kita akan bersama-sama terus? Dalam satu minggu ini, aku ingin menjadi kenangan yang terindah dalam hidupmu." ucap Ponco dengan sebuah senyuman yang penuh arti.
"Oke...aku akan mandi dulu, bawa saja nanti nasi gorengnya ke kamar ya." ucap Danish kemudian meninggalkan Ponco yang sedang masih menggoreng nasinya.
Tanpa ada pembicaraan yang penting Danish makan nasi gorengnya bersama Ponco.
Sesekali Ponco menyuapinya dan terpaksa Danish tidak bisa menolaknya. Karena sudah kesepakatannya dalam satu minggu mereka berdua tetap menjalani suatu hubungan seperti suami istri sebelumnya.
"Sudah Pon, aku sudah kenyang...aku mau berangkat kerja sekarang." ucap Danish seraya beranjak dari tempatnya.
"Apa kamu tidak menciumku Danish sebelum berangkat kerja?" cegah Ponco sebelum Danish keluar dari pintu.
Dengan berat hati Danish mendekati Ponco dan mengecup sekilas kening Ponco.
"Aku berangkat dulu tetaplah di rumah." ucap Danish terpaksa mengusap wajah Ponco.
Ponco tersenyum walau hatinya terasa sakit saat melepas kepergian Danish bekerja untuk bisa bertemu dengan Ayraa.
Tiba di kantor perusahaan, Danish segera masuk ke dalam ruangannya.
Sambil berjalan ke kursinya Danish sudah menghubungi Ayraa dengan ponsel pribadinya.
"Ayraa.. kamu sudah berangkat belum? aku sudah menunggumu di kantor." tanya Danish dengan penuh rindu.
"Aku baru sampai di depan perusahaan Kak Danish." sahut Ayraa dengan suara yang hampir tidak terdengar.
"Syukurlah, kamu langsung ke ruanganku ya? tidak perlu ikut apel." ucap Danish dengan perasaan rindu yang tidak bisa di tahannya lagi.
"Tapi Kak, bagaimana aku harus bilang pada yang lainnya?" ucap Ayraa merasa tidak ada enak pada yang lainnya.
"Biar aku yang akan memberikan alasan pada mereka. Aku sudah tidak sabar ingin bertemu denganmu Ayraa. Kamu tidak tahu bagaimana tersiksanya diriku di apartemen bersama dengannya. Aku tidak bisa menolak semua keinginannya...aku telah menjadi budaknya." ucap Danish dengan suara parau.
Ayraa menghela nafas panjang. Merasa ikut bingung dengan masalah yang di hadapi Danish.