THE BELOVED ONE

KEMARAHAN PONCO



KEMARAHAN PONCO

"Katakan Ayraa! apa kamu bisa menerima semua itu? bagaimana dengan orang tuamu? pasti mereka juga tidak akan bisa menerima masa laluku yang sangat kelam itu?" ucap Danish dengan perasaan sedih.     

"Bukannya aku sudah mengetahui semua itu Kak? kalau Kak Danish menjalani hubungan dengan wanita itu sudah seperti suami istri. Aku tidak ada masalah dengan semua itu Kak, yang terpenting Kak Danish sudah menyadari semua kesalahan itu dan tidak akan mengulanginya lagi." ucap Ayraa dengan tatapan penuh rasa sayang.     

Danish terdiam tanpa bisa mengeluarkan semua masalahnya pada Ayraa. Danish tidak tahu lagi harus bagaimana menjelaskan pada Ayraa kalau hubungan seperti suami istri bukanlah dengan seorang wanita tetapi dengan seorang laki-laki sesama jenis.     

"Aku tidak tahu lagi Ayraa...mungkin saat ini aku hanya bisa menceritakan hal itu saja, masih belum bisa menceritakan semuanya. Aku harap suatu saat kamu bisa mengerti dan akan memaafkan semua yang aku lakukan. Aku sangat mencintaimu Ayraa dan sungguh-sungguh dengan hubungan ini." ucap Danish mengusap lembut wajah Ayraa dengan penuh dengan rasa cinta.     

"Baiklah Kak, sekarang Kak Danish baik-baik saja...tenangkan diri dan konsentrasi dengan kesehatan Kakak biar cepat sembuh. Aku mau pulang karena sudah terlalu siang." ucap Ayraa mengusap wajah Danish dengan perasaan hatinya yang tidak tega.     

"Tidak bisakah kamu pulang sore nanti Ayraa? Aku ingin kamu menjagaku di sini." ucap Danish dengan tatapan penuh harap.     

"Aku sudah tidak bisa lama-lama lagi di sini Kak Danish, pasti Bunda sedang mencariku sekarang. Aku tidak ingin melanggar kepercayaan kedua orang tuaku Kak." ucap Ayraa yang tidak bisa berbuat apa-apa untuk bisa lebih lama lagi dengan Danish.     

Wajah Danis terlihat sedih. Dengan memejamkan matanya Danish berusaha menenangkan hatinya untuk bisa membiarkan Ayraa pulang.     

"Aku pulang dulu ya Kak Danish." ucap Ayraa sambil mengusap bahu Danish yang sedang membelakangi dirinya.     

Danish tidak menjawab hanya bisa terdiam sambil merasakan kesedihannya yang tidak bisa dia ungkapkan.     

"Kak Danish, Kak Danish jangan seperti ini? bagaimana aku bisa pulang dengan tenang kalau melihat keadaan Kak Danish seperti ini? dimana kak Danish yang aku kenal dulu? yang selalu percaya diri dan yang selalu aku kagumi dengan kedewasaannya." ucap Ayraa dengan nada sedih.     

Tiba-tiba Danish berusaha bangun dari tidurnya dan memeluk erat tubuh Ayraa.     

"Aku sudah hancur Ayraa, aku tidak bisa lepas dari semua masalahku. Aku putus asa dengan semua ini. Bagaimana aku bisa lepas darinya? kamu tidak tahu siapa dia Ayraa? kamu tidak tahu." ucap Danish sambil menangkup wajah Ayraa dengan kesedihan yang sangat mendalam.     

Aira membalas memeluk dance dengan perasaan penuh tidak ada lagi yang akhirnya bisa ucapkan selain memeluk Danis dengan sangat erat     

"Sabar ya Kak, pasti semua ada jalan keluar. Kakak lebih banyak berdoa agar bisa menemukan jalan keluar itu. Aku yakin semua ini pasti akan berlalu. Jangan putus asa lagi ya Kak Danish? ada aku yang akan menemani kakak. Percayalah." ucap Ayraa dengan suara pelan.     

Hingga beberapa menit Ayraa masih memeluk Danish dalam pelukannya, hingga Danish merasa keadaannya tenang kembali.     

Setelah melihat keadaan Danis tenang, Ayraa meminta Danish untuk berbaring kembali.     

Untuk bisa menenangkan hatinya Danish kembali Ayraa memberanikan diri untuk memberikan sebuah ciuman pada Danish.     

Perlahan Ayraa mendekati wajah Danish yang menatapnya dengan sedih.     

"Aku mencintaimu Kak Danish, aku sangat mencintaimu." ucap Ayraa seraya menyapu lembut bibir Danish dengan penuh perasaan.     

Hati Danish merasa tenang dengan adanya ciuman dari Ayraa dan kata-kata Ayraa yang menenangkan hatinya. Tanpa bicara Danish pun membalas ciuman Ayraa dengan penuh perasaan.     

"Aku juga mencintaimu Ayraa, sangat mencintaimu. Aku tidak ingin kamu meninggalkan aku." ucap Danish dengan suara lirih di telinga Ayraa.     

Dengan berat hati akhirnya Ayraa meninggalkan Danish dalam keadaan yang masih menyedihkan.     

Setelah Ayraa meninggalkan Danish sendirian di kamar. Tiba-tiba pintu kamar Danish terbuka dengan kasar oleh kedatangan Ponco dengan wajahnya yang merah padam menahan amarah.     

"Danish! kenapa kamu pulang tidak memberitahuku? kenapa? apa kamu tidak menghubungiku? aku barusan ke rumah sakit ingin menjemputmu! tapi kamu sudah pulang! ada apa denganmu Danish? ada apa?" tanya Ponco dengan kemarahan yang meluap-luap.     

garis hanya bisa terdiam merasakan rasa sakit di tubuhnya tanpa bisa membantah semua ucapan Ponco dan itu membuat Ponco semakin marah dan melempar semua apa yang ada di hadapannya     

"Aku tidak mengerti denganmu sekarang Danish? apa yang terjadi denganmu? apa yang kamu inginkan? sudah aku katakan berulang-ulang jangan pernah kamu berubah padaku aku! aku tidak akan pernah melepasmu! dan tidak akan pernah! lebih baik aku membunuhmu atau membunuh diriku sendiri daripada melihat kamu meninggalkan aku!" ucap Ponco dengan kedua tangannya yang memukul dinding dengan sekeras-kerasnya.     

Danish hanya bisa terdiam dan hanya ingin mengatakan ingin mengakhiri semua hubungannya, tapi bibirnya terasa kelu dan hanya bisa menatap Ponco yang sedang memukul dinding dengan kedua tangannya.     

"Aku tidak bisa meneruskan hubungan ini lagi Pon. Hubungan kita tidak bisa selamanya seperti ini! aku ingin hidup normal dan aku juga ingin kamu menjalani hidupmu dengan normal! kenapa kita tidak bisa seperti orang lain yang bisa menjalani hidupnya dengan secara normal?" ucap Danish menatap Ponco yang sedang bersandar di dinding dengan kedua tangannya yang berdarah.     

"Sudah berapa kali kita membahas masalah ini Danish? aku tidak bisa hidup kembali seperti orang yang normal! Aku hanya ingin memiliki kamu dan aku adalah milikmu. Kita tidak akan terpisahkan Danish! kalaupun ada hanya kematian yang bisa memisahkan kita! ingat itu Danish!" ucap Ponco dengan tatapan mata yang sangat mengerikan.     

"Bunuh saja aku sekarang Pon! bunuh aku sekarang! agar aku bisa bebas darimu! Aku tidak bisa menjalani hidup seperti ini terus! Aku sudah membantumu untuk melepas semua kesedihanmu! dan sekarang sudah saatnya kamu harus hidup sendiri tanpa harus ada aku yang membantumu!" ucap Danish dengan suara yang terdengar jelas di telinga Ponco dan itu membuatku semakin kalap dan melempar semua apa yang ada di di hadapannya.     

Dengan kemarahan yang luar biasa, Ponco mendekati Danish dan melepas semua pakaian yang melekat pada tubuh Danish. Dengan kasar Ponco menindih tubuh Danish dan melampiaskan kemarahannya dengan mencium dan melumat bibir Danish dengan brutal.     

"Aku merindukanmu Danish! aku sangat merindukanmu sayang! Aku ingin bercinta denganmu seperti dulu, hanya kita berdua tidak ada yang lain. Aku mencintaimu sayang! sangat mencintaimu!" teriak Ponco masih melumat bibir Danish dengan penuh kemarahan dan kekecewaan yang sangat mendalam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.