PERASAAN DANISH AILLEN
PERASAAN DANISH AILLEN
"Maksud Kak Danish apa? aku tidak mengerti Kak?" tanya Ayraa dengan tatapan tak mengerti.
"Aku ingin kamu menciumku lagi Ayraa. Aku sangat merindukannya." ucap Danish dengan tatapan sendu.
"Aku... aku... tidak bisa lagi Kak Danish. Aku tidak mau tergantung dengan hal yang seperti itu." ucap Ayraa dengan perasaan takut kalau ciuman yang akan dilakukannya akan menjadi sebuah candu bagi dirinya.
"Apa kamu tidak ingin menciumku Ayraa?" tanya Danish dengan perasaan sedih dan kecewa.
Inginnya Danish melupakan semua apa yang akan di lakukannya bersama Ponco dengan mengalihkan pandangannya dan perhatiannya pada Ayraa.
"Aku tidak bukannya tidak ingin Kak, tapi aku tidak ingin melakukanya tanpa sebuah alasan." ucap Ayraa masih mempertahankan prinsipnya.
Danish terdiam dengan segala kesedihannya.
"Aku hanya ingin melupakan bayangan masa laluku Ayraa. Aku ingin melupakan apa yang pernah aku lakukan bersamanya dan hanya denganmu aku bisa cepat melupakan semua kenangan yang pernah aku lakukan dengan dia." ucap Danish dengan sorot mata yang penuh kesedihan.
Entah kenapa hati Ayraa ikut merasakan kesedihan yang dirasakan Danish, dan Ayraa tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan untuk membantu menghilangkan semua kesedihan yang di alami Danish.
"Memang apa yang kak Danish lakukan dengan dia? hingga kakak tidak bisa melupakan semua kenangan bersamanya? apa Kak? ceritakan semua padaku! agar aku bisa tahu apa yang Kak Danish rasakan." tanya Ayraa dengan tatapan mata yang penuh rasa iba.
"Aku sudah melakukan hubungan seperti suami-istri dengannya Ayraa. Aku tidak bisa melupakannya begitu saja...dengan adanya kamu...perhatian kamu, dan mungkin hanya dengan ciuman kamu saja aku bisa melupakan semuanya aku tidak akan meminta lebih Ayraa." ucap Danish dengan tatapan penuh harap.
Ayraa tidak bisa berkata-kata lagi selain hanya bisa memeluk Danish dengan sangat erat.
"Kanapa Kak Danish sampai melakukan hal seperti itu? bukannya hal itu dilarang oleh agama Kak? kenapa kak Danish?" tanya Ayraa dengan tatapan tak percaya kalau Danish bisa melakukan hal seperti itu dengan wanita lain yang masih belum muhrimnya.
"Aku telah salah jalan Ayraa...maafkan aku. Saat bertemu denganmu pertama kali aku merasakan hal yang lain dari dalam hatiku, aku menemukan cinta dan kasih sayang yang tulus darimu. Maafkan aku Ayraa...Aku tahu kamu pasti sangat kecewa denganku, dan mungkin..kamu akan meninggalkanku setelah ini, tapi aku benar-benar sangat mencintaimu Ayraa...aku tidak ingin berpisah denganmu." ucap Danish dengan hati yang di penuhi dengan kesedihan.
"Aku tidak bisa bilang apa-apa lagi Kak, aku ikut merasakan kesedihan Kak Danish. Dan percayalah aku tidak akan pernah meninggalkan Kak Danish, karena apa yang aku putuskan dan apa yang aku cintai akan selalu aku pertahankan." ucap Ayraa dengan tatapan mata yang sungguh-sungguh.
"Benarkah itu Ayraa? kamu tidak akan pernah meninggalkanku? dan akan selalu menemaniku? katakan padaku lagi Ayraa? aku ingin mendengarnya." ucap Danish dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.
"Iya Kak itu benar, aku tidak akan pernah meninggalkan Kak Danish. Percayalah...aku akan menemani Kak Danish selamanya." ucap Ayraa dengan sebuah senyuman yang tulus.
"Terima kasih sayang, atas semua yang telah kamu berikan padaku." ucap Danish sambil memeluk Ayraa dengan sangat erat.
"Sekarang Kak Danish jangan sedih lagi ya? kalau memang kak Danish ingin melupakan semuanya, aku akan membantu Kak Danish untuk bisa melupakan kenangan masa lalu kakak. Tapi bukan dengan cara seperti itu, aku akan memberikan kasih sayang tulus pada Kak Danish agar Kak Danish bisa melupakan semua tentang masa lalu kakak yang kelam." ucap Ayraa sambil mengusap wajah Danish dengan penuh rasa cinta.
Danish menatap wajah Ayraa dengan tatapan beribu-ribu cinta, dipeluknya lagi Ayraa dengan sangat erat.
"Aku tidak tahu lagi kalau umpama tidak bertemu denganmu Ayraa, Aku bersyukur telah bertemu denganmu. Walaupun usia kita selisih jauh tapi kedewasaanmu telah membukakan mata hatiku. Terima kasih sayang." ucap Danish sambil menggenggam kedua tangan Ayraa dan diciumnya berulang kali.
"Sekarang kita lupakan yang sedih-sedih ya Kak. Kak Danish harus bahagia, jangan sedih lagi.. ada aku yang akan membuat Kak Danish tertawa, kita akan selalu bercanda seperti halnya aku dengan Chello yang selalu bahagia dan tidak pernah memikirkan hal-hal yang terlalu rumit." ucapan Ayraa dengan tersenyum.
"Tapi kalau sedikit dengan ciuman kamu mau kan Ayraa memberikannya padaku? karena aku benar-benar merindukanmu, benar-benar menginginkanmu Ayraa." ucap Danish dengan senyuman bahagia.
"Ternyata masih nakal ya pikiran Kakak? masih suka berpikir mesum. Bolehlah kalau hanya sedikit-sedikit, tapi tidak banyak ya Kak Danish." ucap Ayraa dengan tatapan manja.
Danish menganggukkan kepalanya dengan cepat.
"Bisakah aku memintanya sekarang Ayraa? sedikit saja.. biar aku cepat sembuh dan bisa pulang. Bukannya kamu ingin aku mengajar kamu lagi? atau kamu lebih suka dengan Ponco yang mengajarimu?" ucap Danish tertawa dengan nada menggoda.
"Baiklah...sekarang Kak Danish mintanya apa? hanya satu saja dan satu kali tidak lebih." ucap Ayraa dengan tatapan penuh rasa sayang.
"Aku hanya minta kamu peluk dan menciumku sebentar saja Ayraa. Biar hatiku tenang dan merasa yakin kalau kamu benar-benar mencintaiku dan tidak akan pernah meninggalkanku." ucap Danish dengan tatapan sayu.
"Baiklah Kak, sekarang Kak Danish pejamkan mata ya? biar aku tidak merasa malu untuk memeluk dan mencium Kak Danish. Karena aku benar-benar belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Ini sudah kedua kalinya aku memeluk dan mencium Kak Danish." ucap Ayraa dengan perasaan malu.
Tidak menunggu lama Danish menutup kedua matanya dengan hati yang berdebar-debar. Apalagi saat merasakan nafas Ayraa sudah berada tepat di depan wajahnya, jantungnya terasa berdegup sangat kencang.
Perlahan Ayraa memeluk Danish dengan penuh rasa sayang, kemudian dengan pelan juga Ayraa mendekatkan bibirnya pada bibir Danish dan menyapu pelan bibir Danish yang terasa lembab.
Hati Ayraa bergetar seiring dengan lumatan kecil yang diberikannya pada Danish. Jantung Danish semakin berdebar-debar dan tidak bisa menolak untuk membalas ciuman Ayraa yang begitu lembut dengan lumatan yang lebih intens.
Selang beberapa detik Ayraa melepas bibirnya dari bibir Danish, terlihat sebuah senyuman yang terselip di kedua sudut bibir Ayraa.
"Sudah cukup kan Kak ciumannya? apa masih kurang?" tanya Ayraa dengan nada menggoda.
"Tidak cukup dengan semua itu Ayraa...kalau kamu bertanya apa itu sudah cukup bagiku? ciuman itu tidak akan cukup, bahkan selama hidupku tidak akan pernah cukup. Karena apa yang telah kamu berikan tidak bisa pernah aku lupakan." ucap Danish dengan tatapan yang bersungguh-sungguh.