THE BELOVED ONE

HAMPIR KETAHUAN (3)



HAMPIR KETAHUAN (3)

"Eumm.. Bunda, bolehkah sore nanti aku pergi melihat teman dekatku itu? dia sekarang sakit karena kecelakaan." tanya Ayraa dengan tatapan memohon.     

"Kenapa dia sampai kecelakaan nak? apa keadaan dia baik-baik saja? memang siapa dia namanya Ayraa kalau boleh Bunda tahu?" tanya Nicky dengan tatapan iba.     

"Aku juga kurang tahu bunda, bagaimana dia bisa kecelakaan. Karena aku juga belum tanya kenapa dia bisa kecelakaan. Namanya Kak Danish Bunda dia lebih tua daripada aku." jawab Ayraa dengan jujur tanpa menutupinya.     

"Ya sudah...kalau kamu ingin melihat keadaannya kamu bisa melihatnya Nak. Bunda memberi Izin padamu, nanti biar Bunda yang akan bilang sama ayah. Salam buat dia dari bunda ya." ucap Nickiy dengan tersenyum.     

"Aaahhhh.... Terima kasih bunda. Bunda yang terbaik deh." ucap Ayraa seraya memeluk Bundanya dengan sangat erat.     

"Ya sudah...Bunda kembali ke belakang ya, hati-hati...tetap terus belajar jangan sampai mengecewakan Ayah dan Bunda." Ucap Nicky dengan tersenyum.     

Dengan penuh semangat Ayraa kembali meneruskan belajarnya tanpa apa ada kegelisahan lagi di hatinya.     

Menjelang sore Ayraa sudah bersiap-siap kembali pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Danish dengan naik taksi.     

***     

Di kamar Danish...     

Danish terlihat sangat gelisah karena sampai jam setengah empat Ponco belum pulang juga.     

"Sayang dari tadi kamu terlihat gelisah? Ada apa sih? apa kamu merasa terganggu?" tanya Ponco dengan hati yang ikut gelisah juga.     

"Tidak beib, aku hanya merasa ingin tidur saja. Dari pagi aku belum tidur dan kalau kamu masih ada disini bagaimana aku bisa tidur? aku tidak tega kalau kamu menjagaku disaat aku tidur. Kamu juga harus butuh istirahat beib. Ingat kamu juga sakit...pulanglah dan istirahat, besok kamu kan bisa kesini lagi untuk menjagaku." ucap Danis dengan tatapan penuh agar Ponco percaya dengan kata-katanya.     

Ponco menghilang nafas panjang.     

"Baiklah sayang, aku akan pulang sekarang. Kamu jaga diri baik-baik ya? kalau ada apa-apa hubungi aku ya? besok aku akan ke sini lagi untuk melihatmu." ucap Ponco dengan tatapan sayang.     

Dengan penuh perasaan Ponco mendekati wajah Danis dan menyapu lembut bibir Danish dan berusaha melumatnya namun dengan pelan Danish memalingkan wajahnya hingga bibir Ponco lepas dari bibirnya.     

"Maaf beib... bibirku terluka dan sekarang sariawan karena terbentur dashboard mobil." ucap Danish memberi alasan pada Ponco agar tidak merasa curiga.     

"Ya sudah sayang, aku pulang dulu ya? jaga diri baik-baik." ucap Ponco seraya mengambil tasnya dan keluar meninggalkan Danish dengan sedikit perasaan yang kecewa, karena dia lihat sendiri bagaimana Danis makan bubur ayam tanpa ada rasa kesakitan di bibirnya.     

Setelah Ponco meninggalkan kamarnya Danish segera mengeluarkan ponselnya yang ada di balik bantal.     

Dengan hati berdebar-debar Danish menghubungi Ayraa apa Ayraa akan datang atau tidak.     

"Ayraa...apa kamu sudah berangkat? kamu akan ke sini kan? aku menunggumu Ayraa." ucap Danis setelah panggilannya diterima oleh Ayraa.     

"Iya kak...aku sudah di dalam taksi sekarang, sudah hampir sampai di rumah sakit, tunggu ya Kak Danish." ucap Ayraa yang sudah sampai di depan rumah sakit.     

saat Khaira sedang mau keluar dari taksi Khaira melihat Ponco sedang masuk ke dalam mobilnya     

"Bukannya itu tadi Pak Ponco ya? apa Pak Ponco habis dari menengok Kak Danish ya?" tanya Ayraa dalam hati sambil berjalan masuk ke dalam rumah sakit.     

Tiba di kamar Danish, Ayraa mengetuk pintu dengan pelan kemudian masuk ke dalam kamar Danish.     

Wajah Danish terlihat senang dan tersenyum ketika melihat wajah Ayraa yang sudah bisa di lihatnya lagi. Dan hati Danish merasa bahagia karena Ayraa memenuhi janjinya untuk menjaganya.     

"Maaf Kak Danish...aku datang sedikit terlambat, karena aku harus minta izin dulu sama Bunda dan syukurlah Bunda memberi izin. Dan ada juga salam dari Bunda buat Kak Danish katanya semoga cepat sembuh." ucap Ayraa dengan malu-malu.     

"Benarkah itu Ayraa? kalau Bunda kamu memberi salam untukku? apakah Bunda kamu tahu tentang aku atau sudah tahu tentang kita? katakan Ayraa? Aku ingin mendengarnya." tanya Danish dengan hati yang berdebar-debar.     

"Sedikit sih Kak, karena Bunda tanya siapa teman yang sudah dekat sama aku. Aku juga tidak tahu bunda tahu dari mana kalau aku sudah punya kekasih. Kata Bunda sih, melihat dari wajahku. Apa benar Kak, orang jatuh cinta itu bisa dilihat dari wajahnya? karena kata Bunda seperti itu." tanya Ayraa dengan wajah polosnya.     

Danis tertawa gemas, karena baru kali ini ini dia bisa tertawa lepas pada seseorang yang yang sangat dicintainya yaitu itu Ayraa gadis kecil yang baru dikenalnya.     

"Bisa jadi Ayraa, karena kan wajah itu tidak bisa membohongi hati? jadi semua isi hati bisa terlihat dari pancaran wajah orang itu, baik senang..baik sedih ataupun bahagia. Seperti wajah kamu terlihat berseri-seri karena sedang jatuh cinta padaku." goda Danish dengan sebuah senyum.     

"Kak Danis juga dong? kan Kak Danis juga jatuh cinta padaku?" ucap Ayra sambil tertawa lepas.     

Danish dan Ayraa pun tertawa dengan perasaan senang dan bahagia.     

"Kak Danish, aku tadi lihat Pak ponco di depan rumah sakit? apa Pak Ponco datang ke sini?" tanya Ayraa tanpa ada rasa curiga.     

Danish terdiam dan berpikir sejenak apa yang harus dia jawab dengan pertanyaan Ayraa.     

"Iya tadi dia mampir ke sini, tanya tentang training kalian...karena kan keadaan Ponco sekarang sudah sehat, Dia berencana akan mengajar kalian lagi selagi aku masih sakit." jelas Danish berusaha meyakinkan kan hati Ayraa.     

"Waduh!! tidak enak dong Kak, kalau bukan Kak Danish yang mengajar kita lagi?" ucap Ayraa dengan wajah sedih.     

"Kenapa memang Ayraa? bukannya sama saja, dulukan Ponco juga yang mengajari kamu? aku kan hanya dosen pengganti." ucap Danish dengan perasaan senang melihat wajah Ayraa terlihat sedih karena kehilangan dirinya.     

"Iya juga sih Kak, tapi aku kan sudah terbiasa dengan Kak Danish sekarang, bagaimana aku bisa berpaling dari Kak Danish sekarang?" goda Ayraa dengan sebuah senyuman.     

"Sekarang kamu sudah pintar menggodaku ya Ayraa?" ucap Danis dengan hati yang sangat bahagia.     

"Tidak Kak, aku hanya ingin membuat Kak Danis lupa dengan sakit kakak. Memang sakitnya di mana sih Kak? apa hanya di kening dan di lengan kakak?" tanya Ayraa dengan tatapan penuh.     

"Di sini Ayraa." jawab Danish sambil meraih tangan Aira dan meletakkannya pada bibirnya.     

"Kenapa dengan bibir Kakak? apa ada yang sakit?" tanya Ayraa dengan polosnya.     

"Iya Ayraa...bibir ini ini sakit karena merindukanmu, ingin sekali disentuh olehmu. Maukah kamu menyentuhnya Ayraa? seperti saat kamu pulang tadi pagi?" pinta Danish dengan tatapan penuh harap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.