MENJAGA DANISH SAAT SAKIT
MENJAGA DANISH SAAT SAKIT
"Kamu sudah bangun Ay?" tanya Chello dengan tersenyum.
"Apa aku ketiduran Chell?" tanya Ayraa sambil mengusap kedua matanya.
"Sebentar saja kok, kita pulang sekarang ya." ucap Chello dengan tersenyum melihat wajah Ayraa yang masih mengantuk.
Dengan perlahan Chello menjalankan motornya ke arah jalanan pulang. Tiba di pertigaan Chello menghentikan motornya karena jalanan dalam keadaan macet.
"Ada apa Chell? kok berhenti?" tanya Ayraa sedikit penasaran.
"Sepertinya ada kecelakaan di depan." ucap Chello saat mendengar beberapa orang yang bicara tentang kenapa sampai macet.
Perlahan tapi pasti, motor Chello menyelip di antara sela-sela mobil yang masih tidak bisa jalan.
"Chell, apa benar ada kecelakaan?" tanya Ayraa setelah dekat dengan tempat area macet.
"Ya benar kecelakaan mobil, sepertinya kecelakaan tunggal mungkin Ay." ucap Chello saat melihat mobil yang ada di dekat pohon besar.
"Mana?" tanya Ayraa masih tertutup dengan mobil-mobil yang macet.
"Itu Ay? mobil yang ada di potong besar itu. Mungkin menabrak pohon itu." ucap Chello sambil menunjuk ke arah pohon.
"DEG"
Jantung Ayraa terasa berhenti saat melihat mobil hitam yang sangat di kenalnya.
"Ya Tuhan! bukannya itu mobil Kak Danis?" tanya Ayraa dalam hati dengan tatapan tak berkedip.
"Apa yang kecelakaan sudah di bawa ke rumah sakit Chell?" tanya Ayraa yang sudah tidak menemukan apa-apa kecuali mobil yang macet.
"Mungkin sudah Ay, sudah tidak ada polisi itu?" ucap Chello kembali melanjutkan perjalanannya.
Setelah sampai di rumah, Ayraa turun dari motor Chello sedikit tergesa-gesa.
"Terima kasih ya Chell." ucap Ayraa dengan tersenyum kendati hatinya lagi gelisah memikirkan keadaan Danish.
"Sama-sama Ay, sampai besok." ucap Chello kemudian meninggalkan Ayraa yang sedang gelisah.
Dengan cepat Ayraa masuk ke dalam kamar, meraih ponselnya dan segera menghubungi Danish.
Berulang-ulang Ayraa menghubungi Danish tapi tidak bisa di hubungi. Ponsel Danish tidak aktif.
Hati Ayraa semakin gelisah dan cemas. Tidak tahu keadaan Danish apa dalam keadaan baik atau tidak.
Ayraa berusaha tidur karena tidak ada lagi yang bisa di lakukannya lagi karena ponsel Danish tidak aktif lagi.
Setelah beberapa kali berdoa dan berusaha menenangkan hatinya akhirnya Ayraa bisa memejamkan matanya.
***
Pagi hari....
Dengan hati yang masih gelisah dan cemas, Ayraa berangkat ke kantor perusahaan dengan naik taxi tanpa menunggu Chello.
Tiba di tempat kantor perusahaan, Ayraa menemui sekertaris asli dari Danish Aillen yang bernama Dina.
"Mbak Dina mau tanya, untuk hari ini yang mengajari saya siapa ya mbak? karena saya lihat Pak Danish belum datang." tanya Ayraa dengan hati semakin cemas.
"Oh ya Dik, Pak Danish kemarin sore kecelakaan sekarang belum bisa bekerja." sahut Dina Sekertaris Danish.
"Kalau boleh tahu di rumah sakit mana ya Mbak?" tanya Ayraa dengan hati merasa sedih dan takut kehilangan.
"Rumah sakit Citra Medika dik." ucap Dina dengan ramah.
"Terima kasih Mbak Dina." ucap Ayraa dengan cepat minta izin ke Anna dan teman-temannya untuk pergi sebentar.
Masih dengan naik taxi, Ayraa pergi ke rumah sakit Citra Medika untuk melihat keadaan Danish.
Tiba di rumah sakit Citra Medika, Ayraa turun dari taxi dan segera mendatangi ke bagian informasi untuk bertanya di mana Danish di rawat.
"Di kamar mana tadi suster?" tanya Ayraa dengan serius.
"Di kamar mawar nomor delapan." ucap Suster jaga.
Setelah mengucapkan terima kasih, Ayraa berjalan cepat pergi ke kamar mawar nomor delapan.
Hati Ayraa berdebar-debar keras saat masuk ke kamar setelah beberapa kali mengetuknya.
Di lihatnya Danish terbaring dengan kening terbalut perban juga lengan tangan sebelah kanannya yang di perban dan tergantung dengan sebuah kain di lehernya.
"Apa yang terjadi padamu Kak? bukannya Kak Danish kemarin baik-baik saja?" tanya Ayraa dalam hati duduk di samping Danish.
Kedua mata Danish perlahan terbuka dan menatap wajah Ayraa dengan sayu.
"Apa kamu sedih dengan keadaanku Ayraa?" Tanya Danish mengingat dengan jelas saat melihat Ayraa berjalan bersandar di bahu Chello kemudian tidur di dada Chello di atas motor. Sungguh pemandangan yang sangat menyakitkan hingga dia tidak sedikitpun bisa melupakannya saat dalam perjalanan pulang dan membuatnya tidak sadar menabrak sebuah pohon besar yang di pinggir jalan.
"Sangat sedih Kak, dari semalam aku tidak bisa tidur memikirkan keadaan Kak Danish." jawab Ayraa dengan jujur.
"Apa benar itu Ayraa?" tanya Danish lagi tidak ingin membahas tentang Chello lagi.
"Benar Kak, aku takut terjadi apa-apa pada Kak Danish...aku takut kehilanganmu Kak." ucap Ayraa memeluk erat tubuh Danish dan menenggelamkan kepalanya pada dada Danish yang bidang.
"Kalau aku mati apa kamu akan menangis untukku Ayraa?" tanya Danish ingin tahu isi hati Ayraa.
"Jangan bicara seperti itu Kak, aku tidak ingin kehilanganmu Kak." ucap Ayraa seraya menggenggam tangan Danish.
"Aku juga takut kehilangan kamu Ayraa. Aku ingin bersamamu selamanya Ayraa." ucap Danish menyesal dengan semua keputusannya untuk menyudahi hubungannya dengan Ayraa.
"Aku juga Kak, ingin bersama Kak Danish selamanya.
" Apa aku sudah terlambat kalau ingin kembali bersamamu Ayraa? aku menyesal dengan semua yang aku putuskan." ucap Danish dengan tatapan sayu.
Ayraa terdiam berpikir tentang keadaan Danish yang masih dalam keadaan sakit.
"Ayraa.. jawablah... apa sudah tidak ada kesempatan untukku? atau kamu telah jadian dengan Chello?" tanya Danish dengan tatapan sedih dan terluka.
"Kak Danish bilang apa tentu saja aku masih milik Kak Danish aku masih menganggap Kakak sebagai kekasihku, untuk itu aku ada di sini hanya untuk Kak Danish." ucap Ayraa dengan jujur dan sungguh-sungguh.
"Benarkah Ayraa?" tanya Danish dengan hati yang sangat bahagia menggenggam tangan Ayraa dan mengecupnya secara berulang-ulang.
"Ya kak, semua itu benar Kak..buat aku berbohong pada Kak Danish." ucap Ayraa mengusap lembut wajah Danish.
"Terima kasih Ayraa." ucap Danish memeluk erat Ayraa dengan hati sangat lega karena tidak kehilangan Ayraa gadis muda yang mampu mengalahkan keegoisannya.
"Kak Danish, yang jaga Kak Danish siapa? aku tidak melihat keluarga Kakak?" tanya Ayraa dengan heran.
"Ya Ayraa...tidak ada yang menjagaku di sini, orang tuaku jauh dari sini Ay." ucap Danish dengan tatapan sendu.
"Biar aku yang menjaga Kak Danish ya?" ucap Ayraa dengan hati sedih melihat keadaan Danish yang sendirian di saat sakit.
"Apa kamu mau menjagaku? apa tidak akan merepotkanmu Ayraa?" tanya Danish dengan hati di penuhi kebahagiaan karena Ayraa mau menjaganya.
"Tentu Kak, dengan senang hati aku akan menjaga Kak Danish, bukannya aku kekasih Kakak?" sahut Ayraa dengan tatapan penuh rasa sayang.