SALAH PAHAM FARHAN
SALAH PAHAM FARHAN
"Kita akan bicarakan itu nanti ya, semoga saja Ayah dan Bunda setuju kalau kita menikah, Tapi apa kamu mau menikah denganku dengan keadaanku yang seperti ini? Apa kamu tidak takut tertular oleh ku Ayraa?" tanya Danis menatap dalam-dalam kedua mata Ayraa untuk mencari kejujuran di sana.
"Kak Danish kenapa bertanya lagi seperti itu? bukannya Kak Danish sudah tahu kalau aku ingin selamanya hidup bersama Kak Danish." ucap Ayraa dengan tatapan bersungguh-sungguh.
"Maafkan Ayraa, terkadang aku tidak percaya saja dengan apa yang kamu putuskan untuk berhubungan denganku, karena keadaan ku seperti ini. Aku tidak bisa percaya dengan diriku sendiri apakah aku akan hidup selamanya atau hanya di tengah perjalanan aku meninggalkanmu sendirian." ucap Danish dengan tatapan sedih.
"Mengapa kak Danish bicara seperti itu? Bukankah hidup dan mati seseorang semua itu kehendak yang diAtas. Bisa saja antara Kak Danish dan aku yang meninggal lebihdulu lebih adalah aku. Kita tidak bisa melawan takdir Kak Danish, tapi kita bisa melawan keadaan." ucap Ayraa mengusap lembut wajah Danish.
"Kamu bener Ayraa, kita tidak bisa berbuat apa-apa dengan takdir kita, tapi kita berusaha untuk bisa melawan keadaan." ucap Danish menatap sendu wajah Ayraa.
"Sekarang, sebaiknya Kak Danish istirahat. Aku akan pergi sebentar untuk menemui Dokter tentang keadaan keadaan Kak Danish." seraya membetulkan selimut Danish yang tidak pada tempatnya.
Danish berusaha memejamkan matanya untuk beristirahat karena keadaan dirinya masih terasa sangat lemas.
Ayraa menyusuri lorong Rumah sakit menuju ke ruang Dokter untuk bertanya tentang keadaan Danish yang terbaru.
Tapi dalam perjalanan Ayraa di hadang oleh seorang laki-laki yang menatap marah padanya.
"Apakah kamu Ayraa?" tanya laki-laki itu dengan tatapan tajam.
"Iya benar. Kamu siapa?" tanya Ayraa bertanya pada laki-laki itu yang usianya Ayraa perkirakan seusia dirinya.
"Kamu tidak perlu tahu siapa aku! aku hanya minta pertanggungjawaban kamu atas kematian kakakku Ambika. Kenapa kamu merebut Kak Danish dari Kak Ambika." tanya laki-laki itu dengan nada penuh amarah.
"Merebut dari kak Ambika? siapa yang merebut Kak Danis dari Kak Ambika? kamu kalau tidak mengerti, Jangan menuduh seseorang sembarangan itu namanya fitnah." ucap Ayraa dengan tak kalah marahnya.
"Kenapa aku tidak tahu tentang Kak Danish dan Kak Ambika? aku tahu bagaimana hubungan mereka di saat waktu dulu. Kamu saja yang tidak tahu." ucap laki-laki itu masih dengan tatapan matanya yang tidak senang.
"Baiklah, aku jadi ingin tahu apa ucapanmu itu benar atau tidak. Sekarang ikut aku ke Kak Danish kamu bisa bilang ke Kak Danish bagaimana hubungan Kak Danish dulu dengan Kak Ambika." ucap Ayraa dengan amarah yang sudah tidak bisa ditahan ya lagi.
"Baik!! siapa takut!! ayo kita ke sana." ucap laki-laki itu menuruti apa kata Ayraa untuk bertemu dengan Danish.
Berdua berjalan cepat menuju ke kamar Danish untuk mengetahui bagaimana cerita yang sebenarnya.
Tiba di kamar Danish, Ayraa membuka pintu dan mengajak laki-laki itu masuk ke dalam.
Danis yang kebetulan tidak bisa tidur melihat kedatangan laki-laki itu sedikit terkejut kemudian bangun dari tidurnya dan duduk bersandar.
"Farhan? Kenapa kamu bisa bersama Ayraa?" tanya Danish sedikit heran karena Farhan adik Ambika bersama Ayraa.
"Aku memang berniat menemui Ayraa, karena aku meminta pertanggungjawaban Ayraa. Kenapa Ayraa merebut Kak Danish dari Kak Ambika." ucap Farhan dengan apa adanya.
Danis mengerutkan keningnya mendengar ucapan Farhan.
"Kenapa kamu bisa bilang seperti itu Farhan? aku dan Ambika tidak ada apa-apa. Kenapa kamu bilang kalau Ayraa merebut aku dari Ambika?" tanya Danish menatap Farhan dengan tatapan heran.
"Bukannya Kak Danish ada hubungan jarak jauh dengan Kak Ambika walau Kak Danish berjauhan?" tanya Farhan dengan tatapan mengintimidasi Danish.
"Aku punya hubungan jarak jauh dengan Ambika? aku sama sekali tidak mengerti. Sudah hampir bertahun-tahun aku tidak bertemu dengan Ambika." ucap Danish dengan perasaan tak percaya mendengar ucapan Farhan.
"Kalau Kak Danish tidak percaya baca saja pesan dari Kak Ambika saat mengirim pesan denganku." ucap Farhan menunjukkan ponselnya pada Danish tentang apa yang dikirim ambika pada Farhan.
Danish menerima ponsel dari Farhan dan membaca semua pesan dari Ambika ke Farhan.
Dan sungguh Danish tidak percaya dengan apa yang dibacanya. Pesan Ambika ke Farhan bercerita selama dua tahun dia berhubungan jauh dengan Danish dan hubungannya baik-baik saja. Bahkan dalam pesan Ambika pada Farhan Danish akan menikahi Ambika dalam waktu dekat setelah mereka kembali pulang.
"Aku sama sekali tidak mengerti dengan maksud Ambika mengirim pesan seperti ini pada Farhan. Selama dua tahun aku tidak pernah berhubungan lagi dengan Ambika sejak aku mengenal Ponco, karena selama dua tahun hanya Ponco yang berhubungan denganku." ucap Danish masih dengan perasaan yang tak percaya.
"Apakah Danish mau bilang kalau Kak Ambika berbohong padaku tentang semua pesan yang dikirim padaku?" tanya Farhan dengan tatapan mata yang rumit.
"Aku tidak tahu, yang pasti selama dua tahun terakhir, aku sudah tidak pernah berhubungan dengan Ambika. Kalau kamu tidak percaya kamu bisa melihat ponsel Ambika yang pasti kamu tahu kan di mana ponsel Ambika?" ucap Danish dengan sungguh-sungguh.
"Aku tidak percaya dengan semua ini, bagaimana bisa Kak Ambika berbohong padaku dengan masalah hubungan yang tidak pernah ada." ucap Farhan sambil mengusap tengkuk lehernya.
"Sekarang, kamu bisa lihat hubunganku dulu sama Ambika. Seperti apa antara aku dan Ambika tidak pernah lebih dari seorang sahabat." ucap pada Farhan yang lebih tahu karena dulu satu sekolah di mana Danish dan Ambika di SMA dan Farhan masih SMP.
Farhan terdiam tidak bisa berkata apa-apa selain bingung dengan pikirannya sendiri aku antara percaya atau tidak dengan ucapan Danish.
"Kalau kamu tidak percaya kenapa aku sendiri tidak percaya bisa bertemu Ambika di sini? kamu bisa bertanya pada Ayraa yang saat itu aku terkejut saat tahu Ambika bekerja di sini. Bahkan Ambika bilang kalau menungguku pulang. Benarkan Ayraa kalau Ambika bilang seperti itu?" tanya Danish tidak ingin Ayraa salah paham lagi dengan dirinya.
Ayraa terdiam, masih ingat bagaimana saat pertemuan pertama Ambika dengan Danish. Ambika yang mendatanginya di taman. Danish memang sangat terkejut bahkan saat Ambika bilang kalau sudah lama tidak bertemu dengan Danish semua masih teringat jelas dalam memori Ayraa.