INGIN KEMBALI PULANG
INGIN KEMBALI PULANG
"Sudahlah Ayraa, kamu tidak perlu bersedih atas kematian Ambika. Mungkin itu sudah dari Tuhan untuk Ambika yang telah berbuat jahat padamu dan pada Danish." ucap Khabir menenangkan hati Ayraa.
Ayraa menganggukkan kepalanya seraya mengusap air matanya atas apa yang menimpa pada Danish dan Ambika.
"Ayah kalau Kak Danish setelah ini sadar dan di perbolehkan pulang, bolehkah aku membawa Kak Danish pulang ke kota Bandung? aku mau merawat Kan Danish disana dan melupakan masa lalu kak Danish yang ada di sini." ucap Ayraa tidak ingin mengingat lagi apa yang terjadi antara dirinya dan Ambika.
"Iya.. tidak apa-apa Ayraa. Ayah menyerahkan Danish padamu, yang penting kamu bisa menjaga dan merawat Danish dengan baik. Bukankah Danish calon suamimu Ayraa?" ucap Khabir sudah percaya penuh pada Ayraa.
Hati Ayraa merasa lega setelah Khabir memberikan izin padanya untuk membawa Danish kembali ke kota Bandung.
"Terima kasih Ayah, aku berjanji pada Ayah untuk menjaga dan merawat Kak Danish dengan baik dan akan selalu mengabari Ayah tentang keadaan Kak Danish." ucap Ayraa dengan perasaan lega.
Setelah keadaan Danish membaik, Danish segera dipindahkan ke kamar rawat inap. Khabir pun pulang dan meninggalkan Ayraa untuk menjaga Danish.
Di dalam kamar Ayraa menatap wajah Danish yang masih terlihat sangat pucat. Ayraa menangis dalam diam melihat keadaan Danish yang selalu menderita.
"Kenapa kak Danish selalu menderita karena orang lain? kapan Kak Danish bisa bahagia dan merasakan kebahagiaan itu?" tanya Ayraa dalam hati sambil menggenggam tangan Danish yang sudah mulai sedikit hangat.
Tanpa mengenal lelah Ayraa menjaga Danish yang masih belum sadar. Hingga beberapa jam kemudian Ayraa melihat tangan Danish yang di genggamnya bergerak pelan.
"Kak Danish... Kak Danish." Panggil Ayraa seraya mengusap wajah Danish yang masih belum terbuka kedua matanya.
Perlahan kedua mata Danish terbuka pelan setelah merasakan sentuhan lembut tangan Ayraa dan panggilan Ayraa yang memanggil namanya.
"Ayraa." panggil Danish dengan suara lirih hampir tidak terdengar. Tenggorokan Danish terasa sakit untuk dibuat bicara karena beberapa jam yang lalu tenggorokan Danish harus dimasuki slang untuk mengeluarkan semua cairan racun yang ada di dalam tubuhnya.
"Jangan bicara dulu Kak, kalau Kakak masih tidak bisa bicara. Tenggorokan Kak Danish sepertinya masih masih terluka." ucap Ayraa seraya menyuapi Danish dengan satu sendok air agar tenggorokan Danish tidak terasa kering.
Kedua mata Danish hanya bisa berkedip tidak bisa berkata apa-apa lagi karena tenggorokannya memang terasa sakit untuk dibuat bicara.
"Minum lagi airnya ya Kak, biar tenggorokan Kak Danish bisa pulih kembali." ucap Ayraa kembali menyuapi Danish dengan satu sendok air hangat secara berulang-ulang.
Setelah beberapa kali menyuapi Danish dengan air hangat Ayraa menatap wajah Danish yang sudah tidak pucat di banding sebelumnya.
"Kak Danish... aku sudah bilang sama Ayah kalau Kak Danish sudah sehat, aku akan membawa pulang Kak Danish kembali ke Bandung. Dan aku akan merawat Kak Danish di sana tinggal bersama di rumah Ayah dan Bunda." ucapan Ayraa menatap penuh wajah Danish.
Danish mengedipkan matanya kembali dengan sebuah senyuman yang tidak kentara setelah mendengar ucapan Ayraa.
"Ada apa denganku Ayraa?" tiba-tiba Danish bertanya tentang keadaannya yang tidak bisa bicara apa-apa.
"Kak Danish telah di suntik racun oleh Kak Ambika dan Kak Ambika juga telah menyuntik dirinya sendiri dengan racun itu. Dan sayangnya nyawa Kak Ambika tidak tertolong dan untungnya Kak Danish masih bisa tertolong." ucap cerita Aiyraa kembali dengan perasaan sedih.
Wajah Danish berubah menjadi pucat seketika mendengar cerita Ayraa tentang kenekatan Ambika padanya.
"Aku tidak tahu Kak, apa yang terjadi antara Kak Danish dan Kak Ambika di masa yang lalu. Karena sebelum Kak Danish dibawa Kak Ambika, Kak Ambika mengatakan padaku kalau hubungan Kak Danish di masa lalu bersama Kak Ambika sudah seperti suami istri. Aku tidak tahu, harus percaya apa tidak dengan apa yang dikatakan Kak Ambika itu." ucap Ayraa mengungkapkan pertanyaan apa yang ada di dalam hatinya.
Danish menatap wajah Ayraa dengan tatapan tak berkedip, kemudian menggenggam kedua tangan Ayraa dengan sangat erat seraya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pelan.
"Apa Kakak Danish mengatakan semua yang diucapkan Kak Ambika itu tidaklah benar?" tanya Ayraa setelah Danish menggelengkan kepalanya berulang-ulang.
Dengan kesulitan bicara Danish berusaha menjawab pertanyaan Ayraa.
"Itu tidak benar Ayraa." jawab Danish dengan suara yang masih tidak terdengar jelas, namun bagi Ayraa ucapan Danish sangat terdengar jelas.
"Syukurlah kalau semua itu tidak benar Kak. Maafkan aku yang sempat berpikir kalau apa yang diucapkan Kak Ambika itu semua benar, karena dengan kejadian antara Kak Danish dan Pak Ponco... aku jadi berpikir seperti itu. Maafkan aku Kak Danish." ucap Ayraa seraya mengecup lembut punggung tangan Danish yang masih lemah.
"Maafkan aku karena selalu membuatmu menjadi terluka Ayraa." ucap Danish dengan suara lirih.
"Tidak Kak Danish, aku yang harusnya minta maaf pada kak Danish...karena tidak sepenuhnya percaya pada Kak Danish tentang masa lalu kakak." ucap Ayraa seraya mengusap lembut wajah Danish dengan perasaan bersalah.
Danish memejamkan kedua matanya merasakan halusnya jemari Ayraa yang sedang mengusap lembut wajahnya.
"Sekarang kak Danish istirahat ya, agar kak Danish cepat sehat kembali dan kita akan segera pulang ke Bandung." ucap Ayraa dengan tersenyum.
"Kita belum menikah, apa kita akan tinggal bersama di sana?" tanya Danish yang tidak mengerti maksud Ayraa saat Ayraa bilang kalau dirinya akan tinggal bersama dengan kedua orang tua Ayraa.
"Aku masih belum tahu Kak, apa Kak Danish akan tinggal dengan di rumah Ayah atau tetap di Apartemen Kak Danish. Aku ingin Kak Danish tinggal bersama kita, agar aku bisa menjaga Kak Danish lebih baik lagi." ucap Ayraa akan bicara dulu dengan Ayah dan Bundanya.
"Apa kamu mau kalau kita menikah Ayraa?" tanya Danis dengan suara pelan.
Ayraa mengangkat wajahnya menatap penuh wajah Danish, tidak percaya dengan apa yang ditanyakan Danish.
"Apa Kak? apa Kak Danish ingin kita menikah?" tanya cara mengulang lagi pertanyaan Danish.
"Aku ingin kita menikah kalau Ayah dan Bunda kamu setuju." ucap Danish dengan sungguh-sungguh.
"Aku tidak tahu Kak, Ayah dan Bunda akan setuju atau tidak. Karena Ayah sendiri sudah pernah bilang kalau aku boleh menikah dengan Kak Danish setelah kuliahku selesai dan itu masih dua tahun lagi." jawab Ayraa dengan jujur.