THE BELOVED ONE

UNGKAPAN CINTA AMBIKA



UNGKAPAN CINTA AMBIKA

"Aku akan memendam rasa cemburu itu Kak, aku akan mengingat cinta Kak Danish saja agar aku bisa tenang." sahut Ayraa dengan sebuah senyuman.     

"Baiklah kalau kamu bisa menahan semua itu, aku menurut apa yang kau katakan saja." ucap Danish dengan hati merasa lega.     

"Sekarang kak Danish tidur ya? aku akan menunggu di sini. Sudah waktunya Kak Danish istirahat." ucap Ayraa penuh perhatian.     

Dengan perasaan lega, Danish memejamkan matanya dengan menggenggam tangan Ayraa dan diletakkan di atas dadanya.     

Ayraa tersenyum dan membiarkan apa yang di lakukan Danish padanya.     

Sambil menjaga Danish sudah tidur menghabiskan waktunya dengan mengirim pesan pada keluarganya di rumah terutama Bundanya.     

Tak terasa waktu pun bergulir hingga sore hari. Dan Ayraa pun tertidur di kursi di samping Danish dengan tangannya yang masih digenggam erat Danish.     

"Ayraa.. bangun." panggil Danish yang sudah terbangun lebih dulu dan melihat Ayraa yang masih tertidur dengan lelap.     

Dengan mengusap pelan wajah Ayraa, Danish memanggil beberapa kali nama Ayraa agar segera bangun.     

Ayraa membuka kedua matanya perlahan saat merasakan sentuhan tangan Danish yang ada di wajahnya dan mendengar panggilan Danish yang berulang-ulang.     

"Iya Kak... jam berapa sekarang Kak Danish?" tanya Ayraa setelah sadar dari tidurnya.     

"Sudah jam empat Ayraa, aku sangat lapar. Makanan belum datang dari rumah sakit." ucap Danish sambil memegang perutnya.     

"Ya sudah Kak, aku akan pergi ke kantin untuk membelikan makanan buat kakak." ucap Ayraa merasa kasihan melihat Danish yang sedang kelaparan.     

"Aku ikut denganmu saja Ayraa, sekalian jalan-jalan ke kantin. Aku bosan di kamar terus." ucap Danish yang ingin selalu bersama Ayraa terus.     

"Jangan kak, kalau jalan-jalan itu pagi saja terkena sinar matahari pagi seperti biasanya. Sekarang baiknya Kakak istirahat saja. Aku tidak akan lama Kak, aku akan segera kembali." ucap Ayraa seraya mengusap lembut wajah Danish kemudian beranjak dari tempatnya dan keluar kamar untuk segera ke kantin.     

Sambil menunggu kedatangan Ayraa yang membeli makanan, Danish meraih ponselnya dan melihat foto Ayraa yang ada di wallpaper ponselnya.     

Danish tersenyum seraya mengusap foto Ayraa yang ada di ponselnya.     

"Danish." Panggil Ambika yang tiba-tiba sudah ada di depan pintu kamarnya.     

"Kamu Ambika! bukannya waktu jam memeriksaku nanti malam ya?" tanya Danish dengan heran.     

"Apakah sebagai orang terdekat aku tidak boleh melihatmu Danish?" tanya Ambika berjalan mendekati Danish dan duduk disampingnya.     

"Iya.. boleh, kenapa tidak boleh? tidak ada yang melarang kamu melihatku." Ucap Danish sedikit canggung karena tidak ada Ayraa di sampingnya.     

"Sepertinya kamu telah berubah Danish, tidak seperti dulu saat kita terakhir berpisah untuk melanjutkan pendidikan kita." ucap Ambika dengan nada kecewa.     

"Maafkan aku Ambika, bukannya aku berubah aku tetaplah seperti dulu sebagai sahabat kamu. Hanya saja, permasalahannya sekarang aku sudah mempunyai seorang kekasih yang harus aku jaga hatinya dan aku harap kamu mengetahui hal itu." ucap Danish dengan terbuka dan jujur pada Ambika.     

"Kenapa Danish? kenapa dari dulu kamu selalu menyakiti hatiku? kenapa kamu tidak pernah membuka hatimu untukku walau sedikit saja?" ucap Ambika dengan tatapan penuh kekecewaan.     

"Apa yang kamu maksud Ambika? Aku tidak mengerti?" tanya Danish dengan tatapan tak percaya dengan apa yang diucapkan Ambika.     

"Kenapa kamu tidak mengerti juga Danish? dari dulu aku mencintaimu dan sampai saat ini aku masih mencintaimu dan aku masih mengharapkanmu untuk bisa menjadi milikku." ucap Ambika dengan tatapan penuh harap.     

"Aku tidak tahu kalau kamu mempunyai perasaan seperti itu padaku Ambika. Aku kira perasaan sayangmu padaku itu hanya sebagai sahabat." ucap Danish tak percaya dengan apa yang dikatakan Ambika.     

"Tidak Danish, aku mencintaimu bukan sebagai sahabat tapi aku mencintaimu sebagai wanita kepada laki-laki. Tapi kamu tidak pernah mengerti akan hal itu." ucap Ambika dengan menghela nafas panjang.     

"Aku minta maaf mengenai hal itu Ambika, sungguh aku tidak tahu kalau kamu mempunyai perasaan seperti itu padaku. Sekarang kamu sudah tahu kalau aku sudah mempunyai Ayraa yang akan menjadi istriku." ucap Danish tidak ingin menutupi apapun dari Ambika.     

"Tapi aku menginginkanmu? dan aku ingin kamu menjadi milikku? aku sudah menunggu sangat lama dan aku sudah lama menunggumu kedatanganmu." ucap Ambika dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.     

"Semuanya sudah terlambat Ambika aku sudah mencintai ayraa dan aku sangat mencintainya. Kamu harus bisa melupakan aku Ambika. Kita masih bisa bersahabat seperti dulu." ucap Danish mengatakan apa adanya.     

"Beri kesempatan aku Danish...aku akan membuktikan cintaku padamu aku akan membahagiakanmu. Cintaku sangat besar padamu dan percayalah padaku. Putuskan Ayraa dan terimalah aku Danish, aku lebih baik daripada Ayraa. Aku bisa menjagamu karena aku seorang dokter." ucap Ambika dengan tatapan memohon.     

"Kamu bicara apa Ambika? Kenapa kamu berkata seperti itu? tentu saja aku tidak bisa memutuskan Ayraa. Aku sangat mencintai Ayraa dan aku akan segera menikahinya. Lebih baik kamu melupakan aku Ambika itu akan lebih baik untukmu." ucap Danish berusaha membuka pikiran Ambika.     

"Tidak bisa Danish... aku tidak bisa melupakanmu. Aku mohon terimalah aku dan putuskan Ayraa. Aku akan mencintaimu dengan sungguh-sungguh dan menjagamu." ucap Ambika mendekati Danish seraya memeluk Danis dengan sangat erat dan mencium bibir Danish dengan air mata yang mengalir deras.     

Ayraa yang sudah berada di dalam kamar sangat terkejut melihat Ambika yang sedang memeluk dan mencium bibir Danish.     

"Kak Danish...apa yang kalian lakukan?" tanya Ayraa dengan tatapan tak percaya.     

Seketika Danish mendorong tubuh Ambika dengan cukup keras seraya mengangkat wajahnya melihat ke arah Ayraa yang sedang menatapnya.     

"Ayraa??" panggil Danish dengan tatapan rumit tidak ingin Ayraa salah paham dengan apa yang di lihatnya.     

Dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca, Ayraa meninggalkan kamar Danish dan berlari keluar ke arah taman rumah sakit.     

Danish beranjak dari tempatnya dan segera mengejar Ayraa dengan nafas tersengal-sengal.     

Kedua mata Danish mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Ayraa.     

"Di mana kamu Ayraa? kamu telah salah paham padaku Ayraa?" ucap Danish dalam hati masih mencari keberadaan Ayraa.     

Langkah kaki Danish berhenti sampai pada di taman rumah sakit dan melihat Ayraa yang duduk di kursi taman dengan kedua tangan yang menutup wajahnya.     

"Ayraa." panggil Danish dengan suara bergetar dengan nafasnya yang naik turun setelah di hadapan Ayraa.     

Ayraa mengangkat wajahnya, melihat wajah Danish yang pucat dengan tangannya yang memegang dadanya.     

"Ayraa.. apa yang kamu lihat tidaklah benar. Ambika tiba-tiba memelukku dan menciumku. Aku tidak akan pernah mengkhianatimu Ayraa. Aku hanya mencintaimu dan hanya mencintaimu saja." ucap Danish dengan kedua matanya yang berkunang-kunang dan semuanya berubah menjadi gelap. Hingga....     

"BRUKKKK"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.