THE BELOVED ONE

MEMENDAM CEMBURU



MEMENDAM CEMBURU

Hanya kesabaran yang Ayraa punya saat ini untuk melihat apa yang dilakukan Ambika pada Danish.     

"Ayraa.. kemarilah." panggil Danish menatap Ayraa dengan perasaan bersalah.     

"Iya Kak." sahut Ayraa berjalan mendekati Danish.     

"Ayraa...jangan di masukkan hati dengan sikapnya Ambika." ucap Danish meraih tangan Ayraa dan menggenggamnya dengan perasaan sayang.     

Ayraa hanya menganggukkan kepalanya dengan pemikiran yang masih ada dipikirannya.     

"Kenapa kamu diam Ayraa? Apa ada yang kamu pikirkan?" tanya Danish dengan tatapan cemas tidak biasanya Ayraa menjadi lebih banyak diam dari pada bicara.     

Ayraa menatap wajah Danish dengan tatapan mata yang rumit.     

"Katakan Ayraa, ada apa? agar aku tahu apa yang kamu pikirkan?" tanya Danish seraya mengusap tangan Ayraa dengan perasaan sayang.     

"Aku hanya ingin tahu Kak Danish sama Kak Ambika dulu.. apa pernah ada berpacaran? karena aku tidak tahu kenapa Kak Ambika tidak ada ada batas terhadap Kak Danish." ucap Ayraa agak kesulitan untuk menjelaskan kalau Ambika begitu beraninya menyentuh Danish seolah-olah tidak ada rasa canggung.     

Danish menghela nafas panjang kemudian menyentuh wajah Ayraa dan mengusapnya dengan sayang.     

"Seperti halnya hubungan kamu dengan Chello, Apa kamu pernah ada hubungan dengan Chello? tidak kan Ayraa? tapi kalian berdua begitu sangat akrab dan saling memperhatikan. Mungkin seperti itu hubunganku dengan Ambika dulu. Tapi tidak bagiku sekarang karena aku adalah milikmu. Perasaan Ambika mungkin tidak berubah kepadaku, tapi aku berubah baginya." ucap Danish memberi pengertian pada Ayraa.     

Air mata Ayraa menetes tanpa dia sadari bukan karena ucapan Danish hanya saja karena Ayraa tidak bisa menghentikan perasaan Ambika pada Danish.     

"Seperti halnya perasaan Chello padamu Ayraa, begitu sangat sayang padamu. Apa yang aku rasakan seperti yang ada di hatimu saat ini aku tidak bisa berbuat apa-apa selain bisa melihat Chello yang tetap sayang padamu." ucap Danish mengungkapkan apa yang di rasakannya.     

Ayraa terdiam sangat mengerti apa yang dikatakan Danish padanya.     

Sekarang Ayraa tahu bagaimana rasanya perasaan Danish waktu dia sangat dekat dengan Chello karena sekarang dia juga merasakannya.     

Ayraa mengangkat wajahnya dan menatap wajah Danish dengan perasaan yang lebih tenang.     

"Aku sudah paham Kak, dengan apa yang Kak Danish katakan. Baru aku tahu sekarang bagaimana rasanya perasaan Kak Danish waktu melihat aku dengan Chello walaupun aku dan Chello tidak ada apa-apa. Maafkan aku ya Kak." ucap Ayraa dengan tersenyum tidak lagi merasa kesal pada Danish.     

"Dan kamu tahu Ayraa, aku tidak akan tinggal diam saat Ambika ada di dekatku karena aku akan menjaga perasaan kamu Ayraa. Aku akan berusaha untuk menghindari hal-hal yang akan menyakiti hati kamu." ucap Danish dengan serius.     

Hati Ayraa merasa terharu sambil mengusap air matanya menganggukkan kepalanya pada Danish dengan tersenyum.     

"Iya Kak, aku percaya sama Kak Danish. Terima kasih Kak Danish memberi pengertian padaku." Ucap Ayraa menahan haru.     

"Sekarang sudah baikan kan hati kamu?" tanya Danish dengan tersenyum.     

Ayraa menganggukkan kepalanya membalas senyuman Danish.     

"Aku masih berpikir untuk pulang cepat Ayraa, aku tidak bisa di sini lama-lama selagi Ambika seperti ini sikapnya padaku." ucap Danish berusaha berpikir keras bagaimana cara untuk bisa keluar dari rumah sakit.     

"Kenapa tidak pulang paksa saja Kak?" ucap Ayraa memberi saran pada Danish.     

"Aku akan minta tolong sama dokter yang sebelumnya saja, untuk memberi izin aku pulang." ucap Danish dengan serius.     

"Apa Kak Danish tidak istirahat? sudah dari tadi Kak Danish belum ada tidur." tanya Ayraa melihat wajah Danish sudah terlihat lelah.     

"Ya Ayraa, bisa kah aku minta minum Ayraa?" pinta Danish merasa haus.     

Dengan cepat Ayraa mengambil segelas air putih dan di berikan pada Danish.     

Danish menerimanya kemudian meneguknya dengan pelan.     

"Drrrt... Drrtt...Drrrt"     

Ponsel Ayraa berbunyi, tanpa mengalihkan tatapannya dari Danish Ayraa menerima panggilan dari Chello.     

"Ya Chell... ada apa?" tanya Ayraa sambil menggenggam tangan Danish yang sedikit hangat.     

"Bagaimana keadaanmu Ay?" tanya Chello di sana dengan memendam rindu.     

"Baik Chell, kamu sendiri bagaimana? baik juga kan?" tanya Ayraa dengan penuh perhatian.     

"Sedikit kurang baik Ay, aku flu beberapa hari." sahut Chello yang terlihat pucat.     

"Banyak istirahat Chell, jangan terlalu banyak kegiatan." ucap Ayraa merasa kuatir.     

Danish menatap Ayraa dengan hati di penuhi rasa cemburu dengan perhatiannya Ayraa pada Chello.     

"Tidak terlalu banyak kegiatan juga Ay." ucap Chello yang sebenarnya sakit karena merindukan Ayraa.     

"Sudah di periksa Ayah Raka belum Chell?" tanya Ayraa lagi mendengar Chello yang bersin-bersin terus.     

"Belum Ay, Ayah ada tugas ke luar kota." ucap Chello benar-benar merindukan Ayraa.     

"Ke dokter lain saja Chell, kalau Ayah Raka tidak ada." ucap Ayraa memberi saran.     

Mendengar obrolan Chello dan Ayraa yang masih lama dan saling memperhatikan Danish tidak bisa lagi menahan cemburunya.     

Dengan memejamkan matanya, Danish tidur dengan membalikkan badannya memunggungi Ayraa yang masih berbincang dengan Chello.     

Ayraa segera menghentikan perbincangannya dengan Chello setelah melihat Danish yang terlihat cemburu.     

Setelah mengakhiri panggilan Chello, Ayraa meletakkan ponselnya di atas meja kemudian menghampiri Danish.     

Dengan penuh rasa sayang, Ayraa memeluk punggung Danish dan mengusap lembut dada Danish dengan perasaan bersalah.     

"Maafkan aku Kak Danish, terkadang aku lupa kalau sudah bicara dengan Chello." ucap Ayraa dengan tatapan menyesal.     

Danish membalikkan badannya, bagaimana dia bisa marah pada Ayraa kalau Ayraa begitu sangat menyayanginya.     

"Tidak apa-apa Ayraa, walau aku tidak bisa pungkiri kalau aku merasa cemburu melihat perhatian kamu yang begitu besar pada Chello." ucap Danish dengan jujur.     

"Kak Danish cemburu sama Chello?" tanya Ayraa dengan tatapan tak percaya.     

"Aku selalu cemburu kalau kamu dekat dengan laki-laki manapun Ayraa, bukan hanya pada Chello saja" ucap Danish mengungkapkan rasa cemburunya pada Ayraa.     

"Maafkan aku ya Kak." ucap Ayraa memeluk Danish lebih erat.     

"Apa hanya minta maaf saja?" tanya Danish menggoda Ayraa ingin apa yang akan diperbuat Ayraa padanya.     

Perlahan Ayraa memejamkan matanya kemudian mengecup kening Danish dengan penuh rasa sayang.     

Danish tersenyum bahagia, walau Ayraa masih belum berani mengecup bibirnya.     

"Aku ingin segera pulang Ayraa, agar bisa berdua denganmu saja." ucap Danish tidak sabar ingin bebas dari aturan rumah sakit.     

"Kak Danish... masih dua hari tinggal di sini kenapa tidak menunggu beberapa hari lagi sampai Kak Danish benar-benar sehat." ucap Ayraa menenangkan hati Danish.     

"Bagaimana kalau aku nanti tidak bisa menghindari Ambika Ayraa? dan Ambika berlaku mesra padaku? aku tidak ingin kamu cemburu lagi." ucap Danish menatap penuh wajah Ayraa.     

"Aku akan memendam rasa cemburu itu Kak, aku akan mengingat cinta Kak Danish saja agar aku bisa tenang." sahut Ayraa dengan sebuah senyuman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.