KESABARAN AYRAA TERUJI
KESABARAN AYRAA TERUJI
"Baiklah Danish, aku tidak bisa memaksamu tapi aku sebagai Dokter disini, dan yang menanganimu, kamu harus menurut dengan semua perintahku demi kesembuhanmu." ucap Ambika menggunakan statusnya sebagai Dokter agar dekat dengan Danish.
Danis menatap ambilah dengan tatapan tak percaya kalau ambika sudah tidak seperti yang dulu dikenalnya.
"Terima kasih Dokter Ambika atas peringatannya, sekarang izinkan saya kembali lagi ke kamar dengan calon istri saya." ucap Danish dengan nada dingin meminta Ayraa untuk mendorong kursi rodanya.
Tiba di dalam kamar dengan dibantu Ayraa Danish duduk bersandar di tempat tidur.
"Apakah dulu Kak Ambika adalah sahabat dekat kak Danish?" tanya Ayraa dengan suara pelan.
"Iya.. dulu Ambika teman bermainku sekaligus teman sekolah dari SD sampai SMA kita berpisah disaat Ambika kuliah di Malaysia dan aku menyelesaikan kuliahku di Bandung." jawab Danish dengan jujur.
"Apa Kak Danish saat SMA pernah pacaran dengan Kak Ambika?" tanyain lagi dengan perasaan yang tiba-tiba sedikit tercubit di hatinya karena Ambika lebih dulu mengenal Danish dari SD sampai SMA sedangkan dirinya hanya dalam beberapa bulan.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu Ayraa? apakah kamu cemburu pada Ambika?" tanya Danish dengan tersenyum senang melihat ada kecemburuan di kedua mata Ayraa.
"Tidak Kak, aku hanya ingin tahu saja apa Kak Danish pernah berpacaran dengan Kak Ambika hanya itu saja." tanya Ayraa dengan wajah memerah.
"Yakin kamu tidak cemburu Ayraa? kalau kamu tidak cemburu berarti kamu tidak mencintaiku?" ucap Danish dengan wajah di buat sedih menatap wajah Ayraa yang sudah memerah.
"Kak Danish, kalau aku cemburu apa Kak Danish akan senang?" tanya Ayraa semakin malu dengan perasaannya.
"Melihatmu cemburu ada bahagia di hatiku, karena ada cinta di hatimu untukku Ayraa. Hanya itu yang aku rasakan." Jawab Danish dengan jujur.
Wajah Ayraa semakin memerah mendengar ucapan Danish. Ayraa hanya bisa menundukkan wajahnya sambil memainkan pakaian dengan jari-jarinya.
"Benarkah itu Ayraa kamu cemburu pada Ambika?" tanya Danish sekali lagi ambil meraih tangan Ayraa dan menggenggamnya dengan lembut.
"Sedikit Kak." jawab Ayraa dengan malu-malu.
"Hanya sedikit saja?" tanya Danish dengan gemas mendengar jawaban Ayraa dengan rasa cemburunya yang sedikit saja.
"Apa aku harus menjawab yang lain Kak?" ucap Ayraa mulai gemas juga pada Danish padahal dia sudah sangat malu.
"Apa tidak ada jawabannya yang lain seperti cemburu yang banyak?" tanya Danish dengan tatapan menggoda.
"Kalau cemburu banyak apa Kak Danish akan senang? dengan aku marah-marah tanpa alasan hanya karena cemburu itu?" tanya Ayraa menatap penuh wajah Danish.
"Jangan Ayraa, aku tidak ingin melihatmu marah-marah hanya karena cemburu. Tidak apa-apa cemburu sedikit, yang penting ada rasa cemburu di hatimu." ucap Danish seraya menempelkan tangan Ayraa pada wajahnya.
"Kak Danish sekarang sedikit genit ya?" ucap Ayraa sambil mencubit pelan wajah Danish.
"Tidak Ayraa, aku hanya sedikit ingin bermanja padamu, merasakan perhatianmu yang beberapa hari tidak aku rasakan saat kita berpisah jauh." ucap Danish kembali sedih jika mengingat saat jauh dari Ayraa.
"Apapun yang Kak Danish inginkan...yang penting Kak Danish bahagia, pasti akan aku berikan." ucap Ayraa tidak ingin melihat kesedihan lagi di wajah Danish.
"Aku hanya ingin kamu ada disisiku saja Ayraa, tidak akan meninggalkanku.. hanya itu yang aku inginkan." ucap Danish menatap Ayraa dengan tatapan penuh harap.
"Aku berjanji padamu Kak, tidak akan pernah meninggalkanmu." ucap Ayraa seraya mengusap lembut wajah Danish.
"Tok.. Tok..Tok"
Suara pintu terdengar dan terlihat seorang perawat dan Ambika datang menghampiri Danish.
"Permisi Pak Danish dokter Ambika akan memeriksa pak Danish... silahkan Dokter." ucap perawat itu sambil membawa catatan riwayat hasil pemeriksaan Danish di awal.
Dengan penuh perhatian Ambika memeriksa Danish dan menyentuh beberapa bagian tubuh Danish dengan penuh kelembutan, dan itu membuat hati Ayraa sedikit terluka dan cemburu.
Danish tidak bisa berbuat apa-apa karena apa yang dilakukan Ambika adalah kewajibannya sebagai Dokter untuk memeriksanya.
"Selama beberapa minggu ini kamu tidak bisa pulang Danish. Kamu harus tetap dirawat di sini sampai benar-benar kamu dalam keadaan sehat." ucap Ambika yang masih ingin merawat dan menjaga Danish.
"Tapi keadaanku sudah sehat Ambika? Aku mau berobat jalan dan tinggal di rumah." ucap Danish saat berbicara dengan dokter yang sebelumnya dan di perbolehkan pulang.
"Kalau kamu pulang kamu bisa rentan dengan semua penyakit Danish? kalau kamu di rumah sakit kesehatanmu akan terjamin. Apa kamu tidak ingin sembuh?' tanya Ambika dengan nada kesal karena Danish tidak mendengarkan kata-katanya.
"Aku sudah bicara dengan dokter sebelumnya dan dokter tersebut memberikan aku izin untuk berobat jalan karena keadaanku sudah tidak seperti awal datang." ucap Danish membantah ucapanmu Ambika.
"Aku tidak akan memberi izin kamu pulang Danish, karena tubuhmu masih rentan oleh penyakit dan itu akan bisa membahayakan nyawamu." ucap Ambika tidak ingin kehilangan Danish.
Danish menghela nafas panjang percuma saja bicara dengan Ambika lagi. Danish hanya bisa berpikir bagaimana cara untuk bisa keluar dari rumah sakit dengan meminta Izin pada Dokter sebelumnya.
Ayraa yang melihat hal itu hanya diam saja tidak ingin ikut campur dalam urusan pribadi antara Danish dan Ambika.
"Kamu sudah sarapan pagi belum Danish?" tanya Ambika sambil membawa kotak makanan buat Danish.
"Aku membuatkan puding kesukaanmu.. puding mangga. Kamu masih ingatkan? dulu kamu sangat suka sekali dengan buatan pudingku." ucap Ambika tanpa memperdulikan Ayraa yang berdiri menatapnya.
"Aku masih kenyang, tadi pagi aku sudah sarapan dengan Ayraa. Kamu letakkan saja di meja biar nanti aku memakannya." Ucap Danish tidak ingin juga membuat Ambika tersinggung dan marah.
"Baiklah...aku letakkan di meja ya? kalau kamu membutuhkan sesuatu hubungi saja aku. Aku pasti akan datang.' ucap Ambika seraya mengusap lembut wajah Danish.
Dada Ayraa terasa sesak melihat Ambika yang begitu berani mengusap wajah Danish, kesabaran Ayraa benar-benar teruji dengan kehadiran Ambika sahabat kecil Danish.
"Kalau Kak Ambika tidak pernah ada apa-apa dengan Kak Danish, Kenapa Kak Ambika begitu berani menyentuh Kak Danish sampai seperti itu?" tanya Ayraa dalam hati.
"Ya sudah Danish, aku kembali dulu bekerja ya? jangan lupa...hubungi aku kalau ada apa-apa denganmu." ucap Ambika kemudian pergi meninggalkan kamar Danish tanpa melihat pada Ayraa sedikitpun.
Air mata Ayraa ingin jatuh dari kedua matanya, tapi masih bisa di tahannya karena tidak ingin terlihat lemah di mata Danish. Hanya kesabaran yang Ayraa punya saat ini untuk melihat apa yang dilakukan Ambika pada Danish.