MENJAGA DI RUMAH SAKIT KOTA
MENJAGA DI RUMAH SAKIT KOTA
"Kalau keadaan Kak Danish sekarang sudah baikan, Apa Kak Danish mau kita berangkat ke rumah sakit kota sekarang?" tanya Ayraa dengan serius.
Danish menganggukkan kepalanya tanpa ada penolakan.
"Syukurlah kalau Kak Danish mau. Kita akan berangkat sekarang ke rumah sakit kota. Aku akan bilang sama ayah sekarang." ucap Ayraa dengan tersenyum.
"Jangan lama-lama ya Ayraa..aku tidak ingin kamu pergi terlalu lama." ucap Danish tidak ingin jauh dari Ayraa.
"Tidak Kak, hanya sebentar saja... biar ayah menyiapkan mobilnya, dan aku akan mempersiapkan pakaian kakak." ucap Ayraa mengusap wajah Danish agar tidak merasa cemas.
Setelah menenangkan hati Danish, Ayraa menemui Khabir lagi memberitahu kalau Danish sudah bersedia untuk pergi ke rumah sakit kota.
Khabir berulang kali mengucapkan terimakasih pada Ayraa yang telah membuat Danish setuju untuk ke rumah sakit kota.
Dengan di antar Khabir. Ayraa menemani Ponco dan Danish pergi ke rumah sakit kota.
Hampir dua jam perjalanan, mereka baru sampai rumah sakit.
Tiba di rumah sakit, Khabir meminta pada dokter dan beberapa perawat untuk memeriksa Danish dan Ponco. Juga pada Ayraa untuk memastikan Ayraa dalam keadaan sehat.
Untuk Ponco di putuskan oleh dokter untuk berobat jalan sedangkan Danish harus menjalani rawat inap beberapa hari sampai daya tubuh Danish membaik.
"Ayraa, Ayah dan Ponco akan pulang. Jaga Danish di sini baik-baik ya, besok atau besok lusa Ayah akan datang melihat kalian lagi." ucap Khabir tidak bisa menjaga Danish di rumah sakit karena ada pekerjaan di rumah.
"Iya Ayah, aku akan menjaga Kak Danish di sini. Ayah jangan kuatir lagi." ucap Ayraa dengan tersenyum.
"Baiklah Ayah pulang dulu ya, hati-hati..kamu jaga kesehatan juga, jangan lupa makan." ucap Khabir kemudian kembali ke pedalaman bersama Ponco.
Setelah Khabir dan Ponco kembali pulang, Ayraa menjaga Danish di kamar rawat inap sendirian.
Danish masih terlelap tidur setelah mendapatkan suntikan penenang agar bisa istirahat dengan tenang.
Sambil menunggu Danish bangun dari tidurnya, Ayraa tidur juga di samping Danish dengan duduk di kursi.
Tak terasa waktu pun berjalan hingga sore tiba. Ayraa terbangun dari tidurnya dan melihat Danish yang sedang menatapnya dengan tatapan tak berkedip.
"Kak Danish sudah bangun? Kenapa tidak membangunkan aku kak?" Tanya Ayraa menatap Danish dengan perasaan tenang karena Danish terlihat baik-baik saja.
"Aku juga baru bangun Ayraa, dan melihatmu masih tidur kamu terlihat sangat lelah." ucap Danish dengan suara pelan.
"Aku tidak lelah Kak dan kalaupun aku lelah itu tidak akan membuatku merasa kelelahan, karena ada kak Danish di sini. rasa lelah aku menjadi hilang." ucap Ayraa dengan sebuah senyuman.
Danish tersenyum merasa lega, melihat Ayraa terlihat sehat dan tidak tertular olehnya.
"Kak Danish lapar atau tidak? kalau lapar aku suapi ya? makanan Kak Danish sudah datang." ucap Ayraa saat melihat sudah ada makanan diatas meja.
"Kamu juga harus makan Ayraa, kita makan bersama tapi kamu pakai sendok yang berbeda ya." ucap Danish tidak ingin Ayraa kenapa-kenapa.
"Tapi Kak Danish bukannya aku sudah mendapat obat vaksin dan Kak Danish juga sudah mendapat obat yang tidak akan menularkan virus ke orang lain, Kenapa kita harus pakai sendok yang berbeda?" ucap Ayraa tidak ingin menghindar dari Danish dalam hal apapun.
"Dengarkan aku Ayraa, ini untuk kebaikanmu. Aku tidak ingin kamu kenapa-kenapa, kamu harus tetap sehat Ayraa." ucap Danish bersikeras ingin makan dengan sendok berbeda.
"Baiklah Kak, aku akan menuruti apa kata Kak Danish, yang penting hati Kak Danish senang." ucap Ayraa dengan sebuah senyuman.
Dengan penuh perhatian akhirnya Ayraa menyuapi Danish dengan sendok yang berbeda. Danish makan dengan sangat lahap ingin segera sehat agar bisa pulang dengan Ayraa ke Bandung saat Ayraa masuk kuliah lagi.
"Ayraa, bagaimana dengan hubungan kamu dengan Chello apa baik-baik saja?" tanya Danish setelah beberapa saat teringat akan Chello yang sudah bertunangan dengan Ayraa.
"Baik-baik saja Kak, kemarin juga waktu ke bandara Chello yang mengantar aku dan Ayah. Chello laki-laki yang sangat baik Kak, aku dan Chello sudah seperti saudara. Chello sangat menyayangiku seperti halnya aku juga sangat menyayanginya." ucap Ayraa dengan jujur.
"Kalau umpama kamu tidak mengenalku, apa kamu akan menjadi kekasihnya Chello?" tanya Danish menatap penuh wajah Ayraa.
"Aku tidak tahu Kak, kita kan tidak tahu jodoh kita siapa? dan kalau kakak bertanya kalau aku tidak mengenal lebih dulu Kakak. Bisa juga aku mencintai Chello karena Chello laki-laki yang sangat baik seperti halnya Kak Danish laki-laki yang sangat baik." ucap Ayraa menjawab seperti kata hatinya.
"Seandainya suatu saat aku lebih dulu tidak ada, apa kamu akan menikah dengan Chello? kalau Chello belum menikah dengan wanita manapun?" tanya Danish lagi ingin tahu jawaban Ayraa.
"Kenapa kak Danish bertanya seperti itu? Kak Danish akan berusia panjang dan kita akan bersama-sama selamanya." ucap Ayraa dengan perasaan sedih.
"Seandainya kalau aku lebih dulu pergi, Aku ingin kamu bisa menerima Chello, jika Chello masih mencintaimu Ayraa." ucap Danish dengan sungguh-sungguh.
"Kenapa Kakak selalu berkata seperti itu? jangan bilang seperti itu lagi Kak, ucapan Kak Danish membuatku sedih. Kak Danish tidak akan pergi, karena Kak Danish akan selalu bersamaku sampai kita tua bersama-sama." ucap Ayraa dengan kedua matanya berkaca-kaca.
"Aku minta maaf ya Ayraa, kamu jangan menangis lagi. Aku hanya bertanya saja." ucap Danish seraya mengusap air mata Ayraa yang menetes di pipinya.
"Tidak apa-apa Kak, aku hanya sedih saja kalau kakak bicara seperti itu. Sekarang Kak Danish istirahat ya? sudah malam, besok pagi Kak Danish harus jalan-jalan olahraga, aku akan menemani Kak Danish." ucap Ayraa mengalihkan pembicaraan ke hal yang lain.
"Kamu akan tidur di mana Ayraa?" tanya Danish merasa kasihan kalau tidur di kursi kayu.
"Aku bisa tidur di mana saja Kak, bahkan di kursi sambil menjaga kakak aku tidak apa-apa. Sekarang Kak Danish tidur ya? aku akan menjaga Kak Danish di sini." ucap Ayraa seraya membelai kening Danish.
"Aku ingin tidur dalam pelukanmu Ayraa. Aku sangat merindukanmu, dalam dua minggu tidak bertemu denganmu, seakan-akan aku tinggal menunggu kematianku saja. Maukah kamu tidur denganku Ayraa? aku hanya ingin kamu memelukku saja." pinta Danish dengan tatapan penuh harap.
Ayraa terdiam tidak tahu harus bilang apa, dengan permintaan Danish yang ingin di temani tidur, sedangkan posisinya berada di rumah sakit.