THE BELOVED ONE

RUMAH BARU CHELLO



RUMAH BARU CHELLO

"Aku tidak menyangka, rumah yang di berikan Mas Danish sangat besar Chell." ucap Jessi setelah masuk di rumah barunya.     

"Aku juga tidak percaya." ucap Chello sambil meletakkan tas kopernya.     

"Bibi Ratih, tolong Cahaya berikan pada Jessi biar di tidurkan di kamar." ucap Chello pada Bibi Ratih yang masih menggendong Cahaya.     

Segera Bibi Ratih memberikan Cahaya pada Jessi untuk segera di tidurkan.     

"Bibi Ratih, aku mau minta tolong untuk mencarikan pembantu yang Bibi Ratih anggap baik dan bisa di percaya." ucap Chello pada Bibi Ratih setelah Jessi masuk ke dalam kamar.     

"Tuan Chello mencari pembantu yang masih muda atau yang seumuran dengan saya Tuan?" tanya Bibi Ratih dengan sopan.     

"Aku mencari pembantu yang seumuran dengan Bibi Ratih saja." ucap Chello dengan ramah.     

"Baiklah Tuan Chello, secepatnya aku akan mencarikan pembantu untuk bisa menjaga Cahaya. Karena sudah malam saya minta izin pulang." ucap Bibi Ratih minta izin pulang.     

"Ya Bibi, terima kasih banyak atas semuanya." ucap Chello kemudian mengantar Bibi Ratih sampai depan rumah.     

"Oh ya Tuan Chello, tiga rumah dari rumah Tuan Chello adalah rumah Tuan Bara. Siapa tahu Tuan Chello memerlukan bantuan, Tuan Bara pasti akan membantu." ucap Bibi Ratih sebelum pergi.     

"Terima kasih Bibi Ratih, hati-hati di jalan." ucap Chello dengan tersenyum, kemudian melihat ke arah rumah Chello yang tidak jauh dari rumahnya.     

Dengan nafas lega, Chello masuk kembali ke dalam rumah dan masuk ke dalam kamarnya untuk istirahat.     

Di kamar sebelah, setelah Jessi menidurkan Cahaya segera Jessi membersihkan badannya kemudian berganti pakaian.     

"Ini hari pertamaku tinggal di Bali, semoga semua masalah Chello bisa teratasi dengan baik. Dan semoga Ayraa mengetahui berapa besarnya cinta Chello." ucap Jessi sambil menghela nafas panjang.     

"Drrrt... Drrrt... Drrrt"     

"Ya Tuhan, aku lupa... belum menghubungi Armand lagi. Tadi Armand demam, semoga demamnya turun." ucap Jessi dengan cepat mengambil ponselnya saat mendengar ponselnya berbunyi ada panggilan video call dari Armand.     

"Armand, maafkan aku...aku belum sempat menghubungi kamu. Aku baru sampai di rumah milik Chello, aku baru menidurkan Cahaya." ucap Jessi menjelaskan semuanya tanpa Armand minta.     

"Ya... tidak apa-apa." ucap Armand dengan suara pelan duduk bersandar di dinding kamar.     

"Apa demam kamu belum turun Mand? suara kamu masih terlihat sakit?" ucap Jessi menatap wajah Armand dengan perasaan cemas.     

"Aku sudah minum obat kamu jangan kuatir, ceritakan harimu di sana. Apa kamu menikmatinya?" tanya Armand tersenyum dan bertanya layaknya seorang sahabat yang membuat Jessi semakin bahagia telah memilih Armand.     

"Awal sangat tegang Mand, aku takut bertemu dengan Ayraa. Kamu tahu kan? sikapku dulu tidak baik pada Ayraa. Aku minta maaf pada Ayraa dan syukurlah Ayraa sudah memaafkan aku. Dan sekarang aku tinggal di rumah Chello yang baru. Rumah pemberian Mas Danish." ucap Jessi menceritakan semuanya pada Armand tanpa ada yang di sembunyikan.     

"Aku sudah melihatnya, sepertinya rumah Chello sangat besar. Jadi...apa Ayraa masih mengira kamu dan Chello sudah menikah dan punya anak?" tanya Armand seiring batuk Armand yang cukup keras membuat Jessi semakin cemas melihatnya.     

"Kamu batuk dan demam Mand, sebaiknya kamu istirahat." ucap Jessi dengan tatapan cemas, mencemaskan kesehatan Armand hingga lupa menjawab pertanyaan Armand.     

"Jessi kamu belum menjawab pertanyaanku?" tanya Armand dengan suara pelan berusaha tersenyum agar Jessi tidak merasa cemas.     

"Ya begitulah, Ayraa masih mengira seperti itu. Dan itu yang di inginkan Chello agar Ayraa tidak bisa lagi dekat dengannya. Pengorbanan Chello sangat besar Mand." ucap Jessi menatap penuh wajah Armand yang terlihat pucat.     

"Syukurlah, semoga Chello mendapat kebahagiaan. Lalu bagaimana dengan pembantu yang kalian inginkan untuk menjaga Cahaya, apa sudah kalian dapatkan?" tanya Armand dengan serius.     

"Kemungkinan besok kita baru mendapatkan pembantu. Kenapa Mand?" tanya Jessi dengan heran.     

"Aku sudah merindukanmu Jess." ucap Armand berusaha tersenyum menyembunyikan rasa sakit di lututnya.     

"Baru dua hari Mand, belum satu Minggu." ucap Jessi dengan tersenyum.     

"Ya...aku tahu, tapi aku benar-benar merindukanmu. Apa kamu tidak merindukan aku?" tanya Armand dengan tatapan penuh cinta dan rindu.     

"Aku juga merindukanmu Mand, tapi aku di sibukkan menjaga Cahaya." ucap Jessi merasa kasihan pada Armand.     

"Tidak bisakah kamu pulang cepat? tidak harus satu Minggu di sana." pinta Armand dengan tatapan memohon.     

"Aku sudah terlanjur berjanji pada Chello untuk membantunya selama satu Minggu, jadi tidak mungkin aku pulang sebelum waktunya tiba." ucap Jessi menatap wajah Armand yang terlihat sedih.     

"Ya... harusnya aku tidak seperti ini, harusnya aku bisa menahan rinduku ini bukan?" ucap Armand tersenyum sedih. Entah kenapa hatinya begitu sedih tanpa adanya Jessi.     

Mendengar ucapan Armand, hatiJessi menjadi sedih. Tapi bagaimana lagi karena dia sudah berjanji pada Chello untuk membantunya selama satu Minggu, agar Ayraa yakin kalau Chello sudah menikah.     

"Tidak Armand, apa yang kamu rasakan aku juga merasakannya. Aku juga merindukanmu ingin cepat pulang agar bisa bersamamu." ucap Jessi berusaha untuk tenang.     

"Aku akan menunggumu sampai kamu datang." ucap Armand pada akhirnya tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menunggu kedatangan Jessi.     

"Sebaliknya, sekarang kamu istirahat. Aku tidak ingin kamu semakin sakit." ucap Jessi penuh perhatian.     

"Hem... baiklah, aku akan segera tidur. Aku mencintaimu." ucap Armand tidak ingin Jessi merasa lelah juga.     

"Mimpi indah ya Mand, aku juga mencintaimu." ucap Jessi dengan perasaan berat terpaksa mengakhiri panggilan video call Armand.     

Dengan perasaan sedih, Jessi meletakkan ponselnya di atas meja kemudian melihat keadaan Cahaya yang masih tertidur lelap.     

Saat melihat botol susu Cahaya tinggal sedikit, Jessi mengambil botol bersih dan membawanya ke dapur untuk mengisinya dengan air susu.     

Setelah membuat susu, tanpa sengaja Jessi melihat Chello sedang duduk bersandar di sofa.     

Tanpa menimbulkan suara, Jessi mendekati Chello yang terlihat melamun.     

"Apa kamu melamunkan Ayraa Chell?" tanya Jessi mengejutkan Chello.     

Chello menegakkan punggungnya, menoleh ke arah Jessi yang sedang membawa sebotol susu.     

"Apa Cahaya terbangun?" tanya Chello berusaha tenang.     

"Cahaya masih tidur, aku membuat susu karena susunya tinggal sedikit." sahut Jessi masih menunggu jawaban Chello yang belum menjawab pertanyaannya.     

"Aku tidak melamunkan Ayraa, aku hanya memikirkan Mas Danish. Ingin tahu keadaan Mas Danish yang sebenarnya." ucap Chello dengan beban berat di hatinya.     

"Kamu jangan terlalu banyak berpikir Chell, kamu juga harus menjaga kesehatan kamu juga. Bagaimana kalau kamu sakit? siapa nanti yang akan merawatmu?" tanya Jessi dengan tatapan penuh.     

"Kamu jangan cemas, aku bisa menjaga diriku. Sekarang kita fokus pada Mas Danish. Aku ingin secepatnya Mas Danish di periksa Ayah, agar aku segera mengambil tindakan. Aku ingin di saat Ayraa melahirkan, keadaan Mas Danish sudah membaik." ucap Chello dengan wajah serius.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.