MAKAN MALAM BERSAMA
MAKAN MALAM BERSAMA
"Aku sudah memaafkan kamu. Selama kalian berdua berteman baik dengan Mas Danish, kalian juga temanku. Aku berterima kasih, karena kalian berdua sangat peduli dengan Mas Danish." ucap Ayraa dengan tersenyum.
"Sama-sama." ucap Jessi merasa lega setelah Ayraa memaafkannya. Tenyata apa yang di katakan Chello sangatlah benar kalau Ayraa bukan wanita pendendam tapi wanita pemaaf.
"Jessi, apa aku bisa minta tolong padamu?" ucap Ayraa menoleh ke arah Jessi.
"Minta tolong apa? katakan saja." ucap Jessi dengan senang hati.
"Bisakah kamu memanggil Mas Danish dan Chello untuk turun? aku sudah menyiapkan makan malam bersama." ucap Ayraa sambil membawa beberapa makanan ke meja makan.
"Baiklah, aku akan memberitahu mereka." ucap Jessi segera naik ke lantai atas untuk memanggil Danish dan Chello.
"Bagaimana Jess? apa kamu sudah bicara dengan Ayraa? apa Ayraa sudah memaafkan kamu?" tanya Chello dengan banyak pertanyaan.
"Sudah, dan seperti katamu. Ayraa sudah memaafkan aku. Dan sekarang Ayraa memintaku memanggil Mas Danish dan kamu untuk segera turun. Ayraa sudah menyiapkan makan malam buat kita." sahut Jessi dengan tersenyum.
"Tapi kamu tidak mengatakan hubungan kita yang sebenarnya kan?" tanya Chello dengan serius.
"Tidak, aku tidak mengatakan apa-apa. Bahkan saat Ayraa bertanya tentang hubungan kita yang sudah menikah. Aku tidak berkomentar apapun. Jadi kamu tenang saja." ucap Jessi sambil menepuk bahu Chello.
"Syukurlah kalau begitu. Kamu turunlah dulu, biar aku yang membantu Mas Danish turun." ucap Chello dengan perasaan lega.
Jessi menganggukkan kepalanya kemudian keluar kamar.
"Bagaimana perasaanmu Chell, apa sudah lega? kalau Ayraa tidak marah padamu?" tanya Danish dengan tersenyum.
"Aku lega, karena Ayraa sudah memaafkan Jessi Mas. Aku lebih berharap Ayraa marah padaku, dengan hal itu aku tidak menjadi dekat dengan Ayraa." ucap Chello tersenyum tipis.
"Kamu sangat aneh Chell, entah cintamu seperti apa pada Ayraa. Bukannya cinta itu lebih banyak egois Chell? semua orang tidak ingin kehilangan orang yang di cintainya." ucap Danish dengan tatapan kagum.
"Aku juga tidak ingin kehilangan Ayraa Mas, tapi aku juga tidak Ingin kehilangan Mas Danish." ucap Chello bangun dari duduknya dan mendekati Danish.
"Kita turun sekarang Mas, kasihan Ayraa menunggu di bawah." ucap Chello sambil membantu Danish untuk berdiri.
"Aku masih sehat Chell, aku bisa berjalan sendiri. Kamu jangan menjadikan aku seperti perempuan." ucap Danish dengan nada bercanda berjalan pelan ke pintu untuk segera keluar kamar.
Chello tersenyum seraya mengusap tengkuk lehernya.
Dengan hati-hati Danish turun dari tangga dengan Chello yang berjalan di sampingnya.
"Mas, ayo kita makan malam." ucap Ayraa saat Danish sudah di hadapannya.
"Masak apa untuk makan malam kita Ayraa?" tanya Danish seraya duduk di samping Ayraa.
"Telur rebus dan sayur putih untuk Mas Danish. Ada juga ikan goreng untuk Chello dan Jessi. Entah mereka suka atau tidak, karena aku tidak pandai memasak." ucap Ayraa menatap Chello sekilas kemudian menundukkan kepalanya.
"Chello, Jessi, cepat makanlah. Setelah ini Bibi Ratih akan mengantar kalian ke rumah kalian. Tidak jauh dari sini, dan kalian jangan kuatir semua sudah lengkap. Tinggal pakaian kalian saja yang tidak ada." ucap Danish berusaha membuat suasana tidak tegang.
"Untuk pembantu yang kamu inginkan, Bibi Ratih akan membantu mencarikan. Kamu tenang saja." ucap Danish lagi sambil makan makanannya yang susah di siapkan Ayraa.
"Kalau Bibi Ratih tidak bisa mencarikan dengan cepat, aku akan minta tolong pada Bara. Bara mempunyai banyak pembantu, kita bisa memintanya satu pembantu yang benar-benar bisa di percaya seperti Bibi Ratih." ucap Ayraa dengan tenang.
Danish menghela nafas panjang, melihat ke arah Chello sekilas. Seolah-olah memberitahu Chello kalau Ayraa selalu mengandalkan Bara.
Chello hanya tersenyum kemudian menundukkan kepalanya.
Setelah selesai menikmati makan malam, Danish meminta Bibi Ratih untuk mengantar Chello dan Jessi ke rumah barunya.
"Ayraa, aku mau bicara denganmu." ucap Danish dengan tatapan penuh.
"Kita bicara di kamar saja Mas, tunggu sebentar biar aku bereskan meja makan dulu." ucap Ayraa seraya membereskan yang ada di atas meja.
Setelah selesai membereskan semuanya, Ayraa membantu Danish untuk kembali ke kamar.
"Berbaringlah dulu Mas, aku mau ganti pakaian." ucap Ayraa merasa gerah kalau malam hari.
"Apa kamu tidak merasakan sakit di perutmu Ayraa?" tanya Danish melihat perut Ayraa yang sudah besar dan kurang dua bulan lagi melahirkan.
"Sedikit kram saja kalau menjelang pagi Mas." ucap Ayraa kembali duduk di samping Danish setelah berganti pakaian.
"Aku sudah tidak sabar melihatmu melahirkan, melihat bayi perempuan kita." ucap Danish meraih pinggang Ayraa agar tidur di sampingnya.
"Tinggal sebentar lagi Mas, tidak akan lama." ucap Ayraa seraya mengusap wajah Danish setelah tidur di samping Danish.
"Ayraa." panggil Danish setelah ingat akan tujuannya.
"Hem...ya Mas. Ada apa?" sahut Ayraa menatap penuh wajah Danish.
"Aku ingin bicara tentang kesehatanku, aku ingin selain Chello membantuku di perusahaan. Aku ingin Chello menjadi Dokter pribadiku." ucap Danish dengan serius.
"Apa Mas? kenapa begitu? bukankah Mas Danish sudah cocok dengan Dokter Prasetyo?" tanya Ayraa dengan tatapan tak percaya.
"Dokter Prasetyo, sudah memberi vonis padaku kalau hidupku tinggal beberapa bulan lagi. Organ vitalku sudah tidak berfungsi dengan baik. Chello bilang akan memeriksanya lagi, dan akan mengganti organ vitalku yang sudah tidak berfungsi dengan organ yang baru. Chello ingin organ vitalku sehat semua agar hidupku bisa lebih lama lagi." ucap Danish menjelaskan panjang lebar pada Ayraa.
"Dan apa Mas Danish mau ke rumah sakit untuk pemeriksaan lagi? dan juga menerima donor organ orang lain?" tanya Ayraa dengan perasaan yang sangat bahagia.
"Ya...aku mau, Chello sudah memberikan aku semangat untuk bertahan." ucap Danish dengan tersenyum.
"Jadi... Chello sudah merubah hati dan pikiranmu Mas?" tanya Ayraa lagi dengan perasaan tak percaya.
Danish menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.
"Karena aku sudah mau untuk di periksa lagi, aku ingin Chello yang menjadi Dokter pribadiku. Chello bersedia menjagaku di rumah sakit atau saat di rumah." ucap Danish dengan tenang.
"Tapi... bagaimana Chello bisa melakukannya? bukannya Chello harus berkerja di perusahaan? dan lagi apa Chello sudah mendapat Izin? karena gelar Dokter Chello masih belum turun." ucap Ayraa dengan heran.
"Ayah Raka akan datang saat aku melakukan pemeriksaan dan juga Ayah Raka yang akan menangani aku nanti. Chello hanya membantu dan menjagaku saja. Kamu jangan cemas satu bulan lagi gelar Chello akan turun. Chello akan menjagaku dengan baik. Dan kamu bisa fokus dengan bayi kita yang sebentar lagi akan lahir." ucap Danish seraya memeluk Ayraa dengan hangat.