AWAL BARU DI BALI
AWAL BARU DI BALI
"Dewa yang akan menjemput kita. Kamu duduk saja istirahat, kasihan Cahaya kalau kamu mondar-mandir terus. Kamu bisa duduk tenang sambil menghubungi Armand kalau kita sudah sampai di Bali, biar hati Armand tenang." ucap Chello seraya mengirim pesan pada Dewa kalau dia sudah menunggu di depan Bandara di sebelah kanan dekat cafe kopi.
"Nanti saja kalau sampai rumah Chell." ucap Jessi sambil menatap wajah mungil Cahaya yang masih tidur lelap.
"Hubungi saja sekarang walau hanya beberapa kata saja, yang penting hati Armand akan tenang. Di rumah, kamu bisa menghubunginya lagi." ucap Chello seraya bersandar di dinding sambil menunggu kedatangan Dewa.
"Baiklah, aku akan menghubunginya." ucap Jessi seraya mengambil ponselnya untuk segera menghubungi Armand.
"Hallo... Armand." panggil Jessi dengan tersenyum, entah kenapa dengan menghubungi Armand rasa gugup masih dia rasakan.
"Jessi... apa kamu sudah sampai?" tanya Armand masih dalam posisi berbaring di tempat tidur.
"Baru sampai di Bandara, kamu sendiri bagaimana sudah bangun apa belum? demam kamu sudah turun kan?" tanya Jessi dengan penuh perhatian, karena berangkat Armand dalam keadaan demam karena tidak tidur semalaman.
"Syukurlah kalau sudah sampai. Aku masih di tempat tidur, baru saja bangun." ucap Armand tidak menjawab pertanyaan Jessi tentang demamnya.
"Armand, aku bertanya demam kamu sudah turun belum?" tanya Jessi dengan cemas.
"Masih sedikit demam, tidak terlalu." Jawab Armand tidak ingin Jessi cemas.
"Kamu harus sarapan, lalu minum di obatnya lagi." ucap Jessi mulai merasa cemas dengan keadaan Armand. Penyebab yang membuat Armand mudah demam, hanya pada lututnya yang habis amputasi masih belum sembuh benar.
"Ya...apa kamu masih di Bandara Jess?" tanya Armand mengalihkan pembicaraan.
"Ya...masih di Bandara, menunggu jemputan. Armand kita lanjutkan pembicaraan kita kalau sudah di rumah nanti ya? sepertinya yang menjemput sudah datang." ucap Jessi saat melihat Chello berbincang-bincang dengan seorang laki-laki yang baru datang.
"Baiklah, aku tunggu. Hati-hati di sana." ucap Armand sudah merasakan rindu yang mendalam.
"Ya... kamu juga harus jaga kesehatan." ucap Jessi kemudian menutup panggilannya.
"Jessi." panggil Chello dengan isyarat tangannya agar dia datang mendekati Chello.
"Ada apa Chell?" sahut Jessi setelah berada di dekat Chello.
"Kenalkan ini Dewa, suami Cayla. Dewa, dia Jessi temanku ibu asuh Cahaya juga." ucap Chello dengan tersenyum.
"Hai Jessi, senang bertemu denganmu." ucap Dewa seraya mengulurkan tangannya.
"Aku juga, senang bertemu denganmu." sahut Jessi menerima uluran tangan Dewa.
"Dewa, bisa kita berangkat sekarang? kasihan Cahaya kalau kepanasan." ucap Chello selalu melindungi Cahaya dari hal apapun.
"Tentu saja, sementara kamu istirahat di rumahku saja. Nanti malam setelah aku pulang kerja aku akan mengantar kalian ke rumah Mas Danish. Biar Mas Danish yang akan mengantar ke rumah kalian yang baru." ucap Dewa yang sudah mendapat pesan dari Danish untuk membawa Chello ke rumahnya.
"Oke...mana yang terbaik saja." ucap Chello sambil membawa dua koper besar mengikuti Dewa yang membawa koper Cahaya.
"Semoga kalian berdua senang tinggal di perumahan dekat rumah Mas Danish. Perumahan di sana dekat dengan pantai." ucap Dewa dengan tersenyum.
Chello menganggukkan kepalanya kemudian memasukkan kopernya ke dalam bagasi dengan di bantu Dewa.
Setelah semua masuk ke dalam mobil, Dewa menjalankan mobilnya menuju ke rumahnya.
Tiba di rumah Dewa, Cayla sudah menyambutnya dengan dua bayi kembarnya.
"Chello!!" panggil Cayla saat Chello keluar dari mobil.
Chello tersenyum kemudian menghampiri Cayla dan memeluknya.
"Senang bertemu denganmu Cay." ucap Chello kemudian melihat kedua keponakannya yang sedang tidur di kereta dorongnya.
"Wah... keponakanku sudah besar ya? sudah usia berapa Cay?" tanya Chello sambil mengusap lembut wajah kedua keponakannya.
"Sebelas bulan. Oh ya Chell, apa dia Jessi dan Cahaya keponakanku?" tanya Cayla menganggukkan kepalanya pada Jessi seraya mengulurkan tangannya pada Jessi
"Senang bertemu denganmu Jessi, aku Cayla saudara kembar Chello." ucap Cayla dengan ramah.
Jessi menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.
"Senang bertemu denganmu juga Cayla." ucap Jessi merasa bahagia ternyata keluarga Chello semuanya ramah. Tapi kenapa Chello begitu sangat dingin saat di basis Utara.
"Ayo... masuk ke dalam, pasti kalian capek." ucap Cayla seraya mendorong kereta bayinya.
Chello dan Dewa masuk ke dalam dengan membawa kopernya.
"Jessi, kamu Istirahatlah. Tidurkan Cahaya di kamarmu." ucap Chello seraya duduk bersandar di sofa menghilangkan rasa lelahnya.
"Dewa, tolong jaga anak kita. Aku mau menyiapkan makan siang buat Chello dan Jessi." ucap Cayla meninggalkan bayi kembarnya di samping Dewa.
"Dewa." panggil Chello dengan serius setelah Cayla dan Jessi tidak ada.
"Ya Chell, ada apa?" sahut Dewa menatap penuh wajah Chello yang terlihat tegang.
"Apa Mas Danish, tidak mengatakan apa-apa tentang aku yang akan bekerja di perusahaannya?" tanya Chello dengan tatapan tak berkedip.
"Mas Danish sudah menceritakan semuanya, aku di minta untuk membantumu cara mengelola perusahaan. Kamu akan mengganti posisi Mas Danish di perusahaan." ucap Dewa dengan serius.
"Apa! aku menggantikan posisi Mas Danish di perusahaannya? itu tidak mungkin! Mas Danish tidak mengatakan tentang hal ini padaku." ucap Chello dengan pikiran gelisah.
"Semalam Mas Danish menjelaskan semuanya padaku. Aku harap kamu bisa menerimanya. Kasihan Mas Danish kalau kamu menolaknya. Mas Danish sangat percaya padamu dan berharap kamu yang bisa melanjutkan keinginannya untuk membahagiakan Ayraa dan anak-anaknya juga memajukan perusahaannya." ucap Dewa sedikit shock saat mengetahuinya tapi kemudian memahami semuanya setelah tahu alasan di balik semua keinginannya Danish.
"Aku ragu bisa memenuhi keinginannya Mas Danish, Dew." ucap Chello merasakan beban yang amat besar.
"Sekarang keadaan Mas Danish bagaimana?" tanya Chello dengan cemas.
"Bisa di katakan sehat, bisa juga sakit. Karena kadang-kadang pingsan di tempat tanpa ada tanda-tanda kesakitan. Mungkin karena lelah Mas Danish langsung pingsan." ucap Dewa sedikit terbiasa dengan kondisi Danish.
"Aku mau secepatnya bertemu dengan Mas Danish." ucap Chello sambil menekan pelipisnya.
"Kenapa?" tanya Dewa dengan serius.
"Aku ingin membahas tentang sakitnya Mas Danish. Aku ingin memeriksa keadaan organ vital Mas Danish secara keseluruhan. Aku ingin memperbaiki satu-satu organ vital Mas Danish yang tidak berfungsi dengan baik." ucap Chello dengan tatapan serius.
"Aku rasa, Mas Danish tidak akan mau. Mas Danish tidak mau ke rumah sakit. Kalau kamu punya tujuan seperti itu. Kamu minta tolong ke Ayraa, karena hanya Ayraa yang bisa memaksa Mas Danish pergi ke rumah sakit." ucap Dewa memberikan pendapatnya.
"Kita lihat dulu, biar aku bicara dulu dengan Mas Danish." ucap Chello seraya menghela nafas panjang.