Wanita Pembawa Bencana
Wanita Pembawa Bencana
Hanya dengan cara ini saja, Du Xuexin bisa bertemu dan melihat pria yang sangat sulit untuk dia lupakan. Bahkan, walaupun pria itu sudah menyakitinya, tapi tetap saja dia sulit untuk melupakan pria itu. Karena cintanya pada pria itu sudah dalam sampai ke sumsum tulang.
Tapi, begitu melangkah ke kediaman Raja An Yin, Du Xuexin melihat salah satu kamar di lantai dua dikelilingi oleh banyak pengawal, seolah-olah ada masalah besar yang sedang terjadi. Karena penasaran, dia pun menghampiri kamar itu dan memeriksanya. Tapi, tiba-tiba dia melihat pemandangan yang sangat menyedihkan di kamar tersebut.
Sejak kecil hingga dewasa, Du Xuexin tidak pernah melihat kakak keempatnya yang tampan, hebat dan kuat itu tampak begitu menyedihkan seperti sekarang. Pemandangan ini benar-benar membuatnya terkejut dan tak percaya.
"Jangan mendekat, kalau tidak aku akan mencekiknya!" ancam pengawal ketujuh. Tangan seindah gioknya tampak menarik tali yang ada di tangannya.
Du Heng yang tidak sadarkan diri pun terbangun karena ditarik. Hanya saja, masih belum sadar sepenuhnya. Jadi, dia sama sekali tidak tahu kalau dirinya baru saja dipukul dan ditendang begitu menyedihkan oleh wanita yang disukainya.
"Jangan, jangan, jangan sakiti kakak keempatku!" kata Du Xuexin segera menghentikan pengawal ketujuh. Padahal di hatinya, dia sedang memaki pengawal ketujuh beberapa kali.
Dasar wanita kurang ajar! Sebenarnya wanita sial ini memberikan obat pemikat apa pada kakak keempatku, sih?! Sampai kakakku yang begitu tampan dan luar biasa ini jadi seperti ini! Penyihir luar biasa sekarang malah bisa-bisanya tampak sangat menyedihkan seperti itu! batin Du Xuexin. Jika hal ini didengar yang lain, jelas hal ini pasti akan sangat memalukan untuk kakak keempatnya.
"Nona pengawal ketujuh, jendelanya sudah terbuka sekarang, kuda juga telah disiapkan. Jadi tolong lepaskan Tuan kami!" kata salah satu pengawal baju besi emas.
Pengawal ketujuh kemudian menarik tali ke pinggangnya, lalu menyeret Du Heng sampai ke jendela. Ketika cukup dekat, dia mulai memperhatikan bagian bawah jendela. Ketika dia tidak menemukan hal janggal apapun, dia siap untuk melompat turun.
Tapi siapa sangka, baru saja akan mau meloncat, tiba-tiba kaki panjang dan ramping yang disembunyikan dalam jubah ungu itu dipegang oleh pria yang ada di lantai. "Xiao Qiqi, aku sangat haus. Aku mau minum susu..." kata Du Heng sambil merangkul paha wanita itu dan melengkungkan bibir tipisnya.
Pada saat ini, baju atasan warna biru pria itu sudah berantakan tidak karuan. Rambutnya yang hitam berantakan terurai sampai ke pundaknya, wajah tampan itu memerah tidak karuan seperti pria yang meminjam perona pipi wanita saja. Intinya, sosoknya saat ini benar-benar tidak pantas untuk disaksikan oleh banyak orang.
Para pengawal baju besi emas terkejut, suara merintih yang manja itu ternyata adalah suara dari Tuannya. Pada saat ini juga, kesan baik Du Heng yang sangat dikagumi oleh para pengawalnya itu langsung hancur begitu saja. Sedangkan Du Xuexin dengan bingung berpikir, Minum susu? Apa maksudnya itu?
Pria tampan yang merangkul paha wanita itu pun, seketika itu juga langsung ditendang oleh wanita tersebut sampai tersungkur di ranjang. Kemudian, sosok yang memakai jubah ungu itu langsung melompat dari jendela dan meninggalkan punggung yang begitu dingin untuk mereka semua.
Pengawal ketujuh pun langsung menaiki kudanya dan pergi. Lalu, semua orang baru tersadar dengan apa yang telah terjadi.
"Huwaaaahhh! Pengawal! Cepat panah dia! Cepat panah sampai mati wanita murahan itu!" perintah Du Xuexin dengan marah dan menggertakkan giginya. Dia sudah tidak peduli dengan kakak keempatnya yang pingsan itu. Dia pun langsung berlari ke jendela dan memaki habis-habisan pengawal ketujuh.
Tapi, sudah lama Du Xuexin berteriak dan memberi perintah, sampai akhirnya sosok berjubah ungu itu pergi dan menghilang bercampur dalam kegelapan. Bahkan, dia tetap tidak melihat siapapun maju untuk memanah pengawal ketujuh. Dia pun marah kepada para pengawal baju besi emas dan membentak, "Apa kalian semua ini tuli ya?!"
Salah satu pengawal baju besi emas kemudian maju dan berkata, "Tuan putri ketujuh, Tuan telah memberi perintah untuk selamanya jangan pernah memanah pengawal ketujuh."
Mendengar ini, Du Xuexin tercengang dan tidak bisa mengatakan apa-apa. Dia kemudian membatin, Dasar wanita pembawa bencana!