Aku Sedang Belajar
Aku Sedang Belajar
Tubuh lembut dan aroma manis tubuh Liuli Guoguo sekali lagi mengitari tubuh Xuanyuan Pofan. Dia kemudian merasakan dua buah dada kecil yang belum sempurna itu menempel di dirinya. Yang seketika langsung membangunkan kesadaran dan hasratnya.
"Jangan menempel lagi ke aku. Kalau tidak, kamu nanti malah ketiduran lagi," kata Xuanyuan Pofan sambil menepuk pelan kepala Liuli Guoguo.
Liuli Guoguo pun mengangguk, lalu dia turun dari pelukan Xuanyuan Pofan sambil mengambil buku seratus simbol dari tangan besar itu. Dia kemudian mengangkat kepalanya dan berkata ke Xuanyuan Pofan, "Kakak Po, menunduklah. Aku mau memberimu ciumanku sebagai hadiahnya."
Xuanyuan Pofan tertegun, dia kemudian menundukkan kepalanya mengikuti keinginan istri kecilnya. Liuli Guoguo pun menjinjit, lalu mencium pipi Kakak Po-nya. Setelah sentuhan yang begitu lembut itu pergi, yang tersisa di pipi Xuanyuan Pofan hanyalah aroma manis jeruk yang juga membuatnya sangat bahagia.
Liuli Guoguo memeluk buku seratus simbol itu, lalu pergi ke depan meja belajar dan mulai membuka buku itu untuk mencari halaman yang menjelaskan mengenai simbol pengembalian mimpi yang diajari oleh guru Gou hari ini.
Xuanyuan Pofan pun mengikutinya dari belakang. Setelah itu, dia duduk di samping Liuli Guoguo. "Kamu cari apa?" tanyanya sambil meneguk tehnya.
"Simbol pengembalian mimpi. Guru memperbolehkan kami untuk mencontohnya dari buku ini. Tapi, aku mencoba menggambar simbol itu sesuai dengan apa yang aku ingat. Tapi tidak tahu kenapa, aku sudah menggambarnya berkali-kali, tapi tetap saja gambarnya jelek sekali. Jadi, aku berniat untuk menggambarnya dengan mencontoh buku ini. Aku mau lihat, apa teknik menggambar ku yang salah atau ingatanku yang kurang bagus," terang Liuli Guoguo.
Liuli Guoguo kemudian membuka buku itu sambil mengerutkan kening, memperlihatkan ekspresi serius di wajah kecil itu. Ekspresi serius yang jarang sekali terlihat di wajah kecilnya, sehingga membuat Xuanyuan Pofan yang duduk di sampingnya jadi semakin gemas melihatnya.
Xuanyuan Pofan tidak menyangka kalau istri kecilnya begitu serius dan rajin sekali ketika menghadapi pekerjaan tugas dari sekolah. Dia pun menikmati tehnya sambil memainkan rambut Liuli Guoguo, lalu bertanya, "Bukannya setiap hari kamu sukanya kalau tidak makan permen ya tidur? Kenapa sekarang begitu rajin mengerjakan tugas? Em?"
Liuli Guoguo masih saja serius membolak-balikkan bukunya mencari simbol itu, lalu dia berkata dengan nada yang sangat serius dengan kening yang berkerut, "Kakak Po, aku sedang belajar. Jadi tolong jangan bicara denganku. Juga jangan memainkan rambutku."
Xuanyuan Pofan pun langsung berhenti dan menghentikan tangannya yang tidak bisa diam. Lalu, dia berjalan dan pindah ke tempat yang sedikit jauh dari Liuli Guoguo, dan meneruskan menikmati teh di tangannya.
Liuli Guoguo merasa aneh, kemudian dia bertanya dengan bibir dimanyunkan, "Kakak Po, kenapa kamu tidak menjawabku?" Karena tidak juga mendengar Kakak Po-nya menjawab, dia pun memanggilnya lagi, "Kakak Po."
Liuli Guoguo terus memanggil tapi tetap tak dijawab, jadi dia merasa tak berdaya dan hanya bisa membatin, Aku kan cuma asal bicara saja tadi. Kenapa ditanggapi begitu serius oleh Kakak Po.
Xuanyuan Pofan masih saja tidak bicara, bahkan mata elangnya yang tajam itu juga tidak melirik sedikitpun ke Liuli Guoguo. Dia hanya menikmati teh di tangannya dan mengikuti apa yang dikatakan oleh Liuli Guoguo tadi.
Tidak lama kemudian, setelah beberapa saat, istri kecilnya yang ada di sisi meja belajar sedikit demi sedikit menggerakkan pantatnya yang kecil ke atas lutut Xuanyuan Pofan. Setelah itu, istri kecilnya yang imut itu sudah masuk ke dekapannya sambil menaikkan alisnya yang indah.
"Em… Kakak Po, tadi aku salah ucap. Yang benar itu begini maksudku, Kakak Po, aku sedang belajar. Tolong kamu bicara denganku dan silakan saja memainkan rambutku!" kata Liuli Guoguo sambil memajukan beberapa helai rambutnya dan mempersilakan Xuanyuan Pofan memegangnya.
Kemudian, Liuli Guoguo pun berkata lagi, "Kakak Po, mainkanlah saja rambutku!" Padahal, di dalam hatinya, dia sedang menjulurkan lidahnya untuk mengejek Kakak Po-nya itu.