Istri Kecilku Sudah Dewasa

Pengawal Ketujuh Melarikan Diri (Bagian 2)



Pengawal Ketujuh Melarikan Diri (Bagian 2)

"Hahaha, Xiao Qiqi, kamu begitu sulit menjawabnya, ya? Hehehe, biarkan aku memberitahumu."     

Du Heng tersenyum dengan bodohnya, lalu menundukkan kepala, mencium pipi pengawal ketujuh dan berkata lagi, "Tidak ada!" Kemudian, dia mengubah gaya berbaringnya ke gaya yang lebih nyaman di tubuh pengawal ketujuh. Dia menarik tangan pengawal ketujuh ke dadanya dan membuat pengawal ketujuh sama sekali tidak bisa melepaskan tangannya dari Du Heng.     

Du Heng kemudian berkata dengan serius, "Aku, tidak ada yang paling suka, karena aku suka semuanya darimu! Mulai dari jari-jari kakimu yang seindah giok dan lebih putih daripada mutiara, betis dan paha yang sangat lembut dan putih, perutmu yang rata dan sangat nyaman ini, hingga payudaramu yang montok yang lebih empuk daripada bantal apapun."      

Begitu bicara sampai sini, tangan Du Heng yang dari tadi menjelajahi tubuh pengawal ketujuh pun, sekarang sudah diletakkan di payudara pengawal ketujuh, lalu mencubit dan meremasnya. Lalu, sebuah tamparan berturut-turut langsung dijatuhkan ke wajahnya yang lebih cantik daripada wanita itu, sehingga muncul dua bekas telapak tangan warna merah di sana.     

Kemudian, Du Heng tertegun sejenak, matanya yang indah bagai bunga persik yang penuh air mata itu, menatap wanita yang ada di bawah tubuhnya. DIa seperti seorang menantu yang baru saja dianiaya. Beberapa detik setelahnya, dia tiba-tiba menangis. "Hiks hiks hiks Xiao Qiqi, kamu lagi-lagi menamparku! Hiks hiks hiks, Xiao Qiqi, kamu mana boleh menampar dan memukulku?! Hiks hiks."      

Mendengar ini, pengawal ketujuh rasanya sudah mau gila saja.      

Du Heng menyeka air matanya, lalu menggenggam tangan pengawal ketujuh yang baru saja menamparnya. Sambil menangis dia berkata, "Xiao Qiqi, kamu mana boleh memukulku? Kamu tidak boleh memukulku! Jika tanganmu yang begitu putih dan lembut ini terluka bagaimana?! Hiks hiks hiks. Xiao Qiqi, tanganmu ini tidak boleh digunakan untuk memukulku, terlalu sia-sia saja. Lebih baik tanganmu yang cantik dan indah itu digunakan untuk menyentuh dan mencium tubuhku saja!"      

Setelah mengatakan itu, Du Heng mencium tangan pengawal ketujuh. Dia lalu berkata lagi, "Xiao Qiqi, aku lapar sekali, aku mau minum susu." Kemudian dia merapatkan bibir tipisnya. Tatapan matanya sekarang sudah terkunci di dua gunung besar dan putih, beserta ceri merah yang ada di dada pengawal ketujuh.     

Setelah diam dan menatap beberapa detik, Du Heng menundukkan kepalanya dan berniat menggigit payudara di depannya. Tapi, pengawal ketujuh lebih dulu menghalanginya dengan meletakkan tangannya di depan dadanya. Dia kemudian menatap Du Heng dan berkata, "Jika kamu patuh dan mendengarku baik-baik, maka akan aku biarkan kamu meminum susuku."     

"Em em! Xiao Qiqi, aku pasti akan mendengarkanmu," kata Du Heng sambil mengangguk dengan patuhnya. Pipinya jadi semerah semangka.      

Pengawal ketujuh lalu berkata lagi, "Pejamkan matamu dan jangan bergerak." Kemudian dia merangkul leher Du Heng dan menggigit daun telinganya. Du Heng pun mengiyakan, dia memejamkan matanya dan menenggelamkan diri ke wajah pengawal ketujuh.     

Pengawal ketujuh mengambil kesempatan ketika Du Heng mabuk akan pesonanya. Dia dengan cepat segera mengencangkan tali ikat di leher Du Heng, lalu melilitkannya lagi. Setelah itu, dia mengangkat lututnya dan menendang burung besar Du Heng.     

"Awww! Xiao Qiqi, apa kamu ingin membunuh suamimu?! Jika kamu menendang burung, bagaimana nanti kamu bisa melahirkan putra dan putriku?! Xiao Qiqi, menyebalkan deh kamu," keluh Du Heng.     

Lalu, pengawal ketujuh sekali lagi menendang burung Du Heng dengan keras. Du Heng pun langsung melompat dari ranjang. Dia terkejut sekali dan dia baru menyadari kalau lehernya terlilit oleh tali ikat payudara pengawal ketujuh tadi. Selanjutnya, kepalanya seperti kura-kura dalam toples, dan dipegang oleh wanita di depannya.     

Pengawal ketujuh lalu berguling sebentar ke samping. Membuat benda di antara paha Du Heng langsung berdiri tegak membentuk garis yang indah. Dia pun langsung memukul kepala Du Heng, membuat Du Heng jatuh ke lantai dan jadi sedikit pusing. Kemudian dia langsung menarik lagi tali itu, mengikatnya dengan sempurna, setelah itu memukuli Du Heng yang saat ini terikat dengan tali di samping ranjang.     

Pengawal baju besi mendengar ada suara aneh di kamar, mereka pun langsung bertanya, "Tuan, apa semuanya baik-baik saja?" Mendengar suara pukulan yang tidak hentinya itu, serta tidak mendengar Tuannya menjawab sama sekali, mereka merasa ada yang salah jadi mereka pun masuk ke dalam. Tapi, yang mereka lihat malah pemandangan Du Heng yang sangat menyedihkan sekali.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.