Tidak Makan Gadis Secantik Dewi
Tidak Makan Gadis Secantik Dewi
Xiao Denglong dan Mo Li tampak membawakan makan malam. Begitu melihat Raja Huayou sedang menenangkan istri kecilnya yang ada di pelukan, mereka pun tidak ingin mengganggu dunia dua orang itu. Jadi, mereka menaruh beberapa kotak makanan dan nampan mahoni di meja, kemudian keluar pelan-pelan.
"Tidak akan, Raja hantu tidak makan gadis secantik Dewi," kata Xuanyuan Pofan sambil mengelus kepala Liuli Guoguo.
Liuli Guoguo kemudian menjawab, "Tapi, aku masih takut. Aku mau dipeluk dengan erat." Matanya tampak membelalak karena ketakutan, lalu dia melengkungkan tangannya ke pelukan pria itu. Namun, sebenarnya dari tadi dia sudah tidak takut lagi karena ada Kakak Po-nya.
Aku tidak perlu takut, karena jelas sekali Kakak Po pasti lebih hebat daripada Raja hantu. Tapi, pelukan Kakak Po ini terlalu hangat dan nyaman sekali. Ada kesempatan sebaik ini untuk terus di pelukan ini, mana mungkin aku menyia-nyiakannya, batin Liuli Guoguo.
Xuanyuan Pofan mengira kalau istri kecilnya benar-benar ketakutan, jadi dia pun mengikuti apa yang istrinya mau dengan memeluknya erat seperti ini. Dia juga tidak bisa menahan diri untuk mencium telinga kecil Liuli Guoguo. Dirinya menganggap kalau ciuman ini sebagai hadiahnya, karena telah menenangkan istri kecilnya itu.
Setelah waktu berlalu beberapa saat, Xuanyuan Pofan kemudian memeluk Liuili Guoguo dan menghiburnya sebentar. Lalu, tiba-tiba Liuli Guoguo melepaskan pelukannya. Dia mengira kalau Liuli Guoguo sudah tenang dan tak takut lagi.
Begitu Xuanyuan Pofan bersiap untuk mencium pipi putih dan lembut Liuli Guoguo. Namun, begitu melepaskan pelukan istri kecilnya, Liuli Guoguo malah hampir terjatuh ke belakang. Dirinya yang terkejut segera merangkulnya kembali ke dekapannya. Ternyata istri kecilnya itu ketiduran.
Xuanyuan Pofan memegang keningnya sendiri, lalu dia menggendong Liuli Guoguo untuk membawanya tidur di kamarnya. Tapi baru sampai di gerbang, Liuli Guoguo malah terbangun dan mengucek-kucek matanya sambil menguap dan berkata dengan begitu manisnya, "Kakak Po, tolong bawa aku ke perpustakaan."
"Em?" gumam Xuanyuan Pofan.
"PR-ku belum selesai ku kerjakan," kata Liuli Guoguo. Lalu dia bersandar di dada Xuanyuan Pofan sambil merangkulkan tangan kecilnya ke lehernya.
Xuanyuan Pofan menepuk pantat kecil Liuli Guoguo, lalu berkata, "Rajin sekali, em?" Dia kemudian mengikuti apa yang diminta istri kecilnya, dan menggendong Liuli Guoguo untuk berjalan ke arah perpustakaan.
"Em," jawab Liuli Guoguo dengan susahnya kepada Xuanyuan Pofan. Dia sangat mengantuk sekali.
Seperti yang sudah diduga oleh Xuanyuan Pofan, begitu sampai di perpustakaan, Liuli Guoguo berhasil kembali tidur lagi. Di sudut bibirnya tampak air liur yang mengalir yang membasahi baju Xuanyuan Pofan.
Xuanyuan Pofan geleng-geleng kepala melihatnya. Dia pun menepuk pelan pantat Liuli Guoguo sebagai hukuman untuknya. Dia kemudian berbalik dan mau menggendong Liuli Guoguo ke kamarnya, tapi tiba-tiba Liuli Guoguo bergerak di dekapannya dan terbangun lagi.
"Eh? Sudah sampai di perpustakaan?" tanya Liuli Guoguo sambil menjulurkan kepalanya dari dekapan Xuanyuan Pofan. Setelah memastikan kalau sudah sampai tempat tujuannya, dia pun turun dari dekapan Xuanyuan Pofan dan langsung berlari ke dalam perpustakaan.
"Kakak Po, buku seratus simbol ada di mana?" tanya Liuli Guoguo sambil berjalan ke barisan rak buku di sana.
Xuanyuan Pofan kemudian menaikkan alisnya dan menjawab, "Ada di baris ketiga dari bawah, di kolom ke enam, di tumpukan kedelapan."
"Oh, oh," jawab Liuli Guoguo. Kakak Po hebat sekali. Bisa mengingatnya dengan jelas, batinnya. Dia pun berbelok, lalu berlari ke lokasi yang dikatakan oleh Xuanyuan Pofan untuk mengambil buku itu. Namun, ketika dia menemukan buku itu, sayangnya letak buku itu terlalu tinggi dan dia tidak bisa mencapainya.
Liuli Guoguo terlihat menjinjit, dan akhirnya tangannya bisa menyentuh buku itu. Tetapi tangan itu hanya bisa menyentuhnya, namun tidak bisa untuk mengambilnya. Saat dia mengerutkan kening dan memanyunkan bibirnya, tampak tangan putih yang panjang dan menjadi seperti juru selamat surgawi untuknya. Tangan itu juga, yang kemudian membantunya mengambilkan buku itu.