Istri Kecilku Sudah Dewasa

Benar-benar Ingin Membuatku Mabuk Ya?



Benar-benar Ingin Membuatku Mabuk Ya?

Ketika para pelayan menghidangkan bir, mereka melihat di wajah Tuan yang begitu cantik daripada seorang wanita itu, tampak beberapa bekas tamparan merah. Tapi anehnya, Tuan mereka masih saja tersenyum seperti cahaya musim semi, membuat mereka sudah tidak mengerti akan dunia ini.     

Setelah para pelayan itu selesai menghidangkan birnya. Du Heng menyuruh mereka keluar dan dirinya langsung minum satu botol bir itu sampai habis hanya dengan satu tegukan. Kemudian, dia menggoyangkan botol kayu bir yang telah kosong itu di depan pengawal ketujuh.      

Du Heng lalu merapatkan bibirnya dan berkata, "Pengawal ketujuh, jika kamu ingin aku mabuk sekarang juga, aku akan mabuk untukmu. Aku ingin melihat trik dan cara melarikan diri apa yang kamu pikirkan kali ini."     

"Kamu sendiri yang mengatakannya, ya!" kata Pengawal ketujuh yang kemudian bangkit, lalu memeluk Du Heng yang ada di sampingnya dan menenggelamkan kepala Du Heng ke payudaranya. Begitu dia melakukan ini, botol di tangan pria itu jatuh ke lantai. Untungnya, karena botol itu terbuat dari kayu jadi tidak sampai pecah. Botol itu berguling di lantai, setelah itu berhenti dengan sendirinya.     

Du Heng tidak bisa lagi menahan hasrat membara dalam dirinya karena sentuhan itu. Dia pun menanggalkan baju sutra merah pengawal ketujuh, lalu menarik ikat payudara yang melilit di dadanya. Payudara putih yang begitu montok dan indah itu muncul dengan jelas di depannya. Bergoyang sedikit saja sudah membuat Du Heng ingin segera melakukan dosa dengan melahapnya.     

Du Heng tertegun, lalu dengan cepat dia membuang tali ikat payudara itu. Kemudian dia menenggelamkan kepalanya di dada itu untuk mencicipi, menjilati dan melahap habis puting yang bagai ceri di tengah payudara yang begitu indah.     

Pengawal ketujuh mengambil dengan cepat tali ikat payudara itu dan menyimpannya di balik bajunya yang jatuh, lalu mendorong pria itu. "Tuan, cepat habiskan bir yang ada di meja itu sekarang juga. Malam ini aku akan dengan patuhnya melayani dan memuaskan mu. Tidak perlu diikat lagi," katanya. Kemudian dia langsung menjilat daun telinga Du Heng.     

"Kenapa? Apa kamu benar-benar mau membuatku mabuk?" tanya Du Heng sambil melengkungkan bibirnya. Matanya terus menatap tajam ke payudara seputih salju itu. Tenggorokannya juga terasa mencekat dan panas.     

"Kenapa? Apa kamu tidak mau?" tanya pengawal ketujuh. Dia sekarang sudah duduk di atas lutut Du Heng sambil memegang dagunya. Lalu, menuangkan secangkir bir ke sebuah gelas di depan Du Heng, "Aku ingin membuatmu mabuk, apa kamu berani dengan trik baru ini?" tanyanya lagi.     

Tanpa ragu, Du Heng mengambil gelas berisi bir itu, lalu meminumnya dan menarik tubuh pengawal ketujuh ke dekapannya dengan erat. Dia memegang dagu pengawal ketujuh, kemudian menariknya sampai berhadapan langsung dengannya.     

Setelah itu, Du Heng pun berkata, "Kenapa tidak berani? Kamu mau bermain-main, aku pasti akan menemanimu bermain sepuasmu. Tapi..." Dia lalu memicingkan matanya dan sudut bibirnya tampak terangkat. "Aku minum segelas, dan kamu harus menciumku sekali," lanjutnya.     

"Baiklah," kata pengawal ketujuh sambil tersenyum lembut. Dia lalu merangkul leher Du Heng dan tersenyum kepadanya.     

"Xiao Qiqi, kamu yang menggoda begini sungguh mematikan sekali!" kata Du Heng, yang kemudian meneguk segelas birnya. Lalu, dia menutup matanya dan menempatkan wajahnya yang tampan ke arah pengawal ketujuh.      

Pengawal ketujuh memelototinya dan membungkuk untuk memberinya kecupan ringan di kening Du Heng. Tepat setelah itu, Du Heng menggelengkan kepalanya dengan cemberut. "Xiao Qiqi, bukan di sana tapi di sini." katanya sambil memanyunkan bibirnya ke pengawal ketujuh.      

Pengawal ketujuh pun kemudian berkata, "Lain kali saja."      

Du Heng tersenyum lalu dia menjawab, "Baiklah, tidak apa deh."     

***     

Kediaman Raja Huayou di Penglaizhou, bangunan Liuli Guoguo,     

Seorang gadis kecil tampak mengerutkan kening sambil memegang kuas di tangannya untuk mengerjakan PR yang diberikan oleh guru Gou. Dia sedang menggambar satu garis ke garis lain untuk membentuk pola simbol hipnotis pengembalian mimpi.      

Tapi, sudah menggambarnya cukup lama, alis Liuli Guoguo terlihat semakin naik dan keningnya juga semakin mengkerut. Dia pun memanyunkan bibirnya, lalu menjatuhkan kuasnya di atas lembaran kertas. Kertas yang di atasnya tadi sudah digambar sebuah pola pun diremas lagi dan lagi, kemudian dilemparkan begitu saja.     

Ding Xiang yang ada di samping pun melihat dengan kasihan ke kertas-kertas yang sudah diremas dan dilemparkan itu. Lalu, dia lagi-lagi meletakkan kertas lain ke depan Liuli Guoguo. Setelah itu mengepalkan tangannya, dia juga memberikan semangat kepada Nyonya kecilnya, "Nyonya kecil, semangat!!!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.