Xiao Qiqi, Kamu Tidak Patuh Ya
Xiao Qiqi, Kamu Tidak Patuh Ya
"Tidak mau! Aku mau secepat mungkin memeluk Kakak Po," jawab Liuli Guoguo sambil memanyunkan bibirnya. Kemudian dia melepaskan cadar dan topi sekolahnya. Setelah itu, memeluk Xuanyuan Pofan lagi. "Kakak Po, aku mengantuk sekali, aku mau pelukan hangat," keluhnya.
Liuli Guoguo pun sudah menenggelamkan diri dan bersandar di atas Lutut Xuanyuan Pofan. Kemudian dia menepuk pantat kecil Liuli Guoguo dengan lututnya dan menyuruh Liuli Guoguo duduk di tempatnya lagi, "Sana, duduklah di tempatmu."
Liuli Guoguo langsung memanyunkan bibirnya dan berkata, "Tidak mau!" Setelah itu, tiba-tiba dia sudah tidur dengan lelap.
Pada akhirnya, Xuanyuan Pofan pun terpaksa menggendong Liuli Guoguo yang sedang tidur, turun dari kereta kuda setelah tiba di kediaman. Wajah tampannya tampak tak berdaya, karena istri kecilnya itu memang hebat sekali keahlian tidurnya.
***
Kerajaan Bei Yun, kediaman Raja An Yin,
Berbagai hidangan lezat telah disajikan di meja mahoni tepatnya di sebuah kamar indah di sana. Pengawal ketujuh dengan malasnya mengambil sumpit dan mulai mencicipi hidangan. Tidak terlihat ekspresi apapun yang ada di wajahnya.
"Xiao Qiqi, kamu tidak patuh, ya. Bisa-bisanya kamu sudah mengambil sumpitmu tanpa menungguku. Tunggu saja, aku sebentar lagi akan..." kata Du Heng begitu masuk ke dalam kamar. Karena dia melihat wanita cantik yang sedang menikmati hidangan. Begitu mendekat, dia sangat terkejut dan tidak menyelesaikan ucapannya.
Wanita itu telah mengenakan baju sutra merah tipis yang telah dipesannya. Bibir merah yang seksi bergerak menikmati makanan di mulutnya. Di bawah leher putih yang begitu lembut itu tampak payudara yang menggairahkan di sana. Dengan aksi wanita itu menikmati hidangan tersebut sambil menggunakan baju sutra tipis warna merah, sungguh membuat orang tidak tahan ingin segera menikmati tubuhnya dan mati karenanya.
Setelah Du Heng terpana, kemudian dia sudah menempel di tubuh wanita itu. "Xiao Qiqi, kamu yang mengenakan baju ini, benar-benar seolah mau mengambil seluruh nyawaku. Sangat cantik sekali," pujinya.
"Benarkah? Lalu kenapa kamu masih belum mati juga?" jawab pengawal ketujuh sambil masih menikmati hidangan.
Mata Du Heng lalu beralih ke payudara pengawal ketujuh yang seputih salju di balik baju sutra tipis itu. Tenggorokannya langsung menegang, kemudian dia pun berkata, "Xiao Qiqi, aku mau minum susu. Sekarang juga aku mau meminumnya!" Setelah bicara, dia langsung menenggelamkan kepalanya ke payudara pengawal ketujuh tanpa menunggu jawaban darinya.
Pengawal ketujuh pun langsung menampar wajah Du Heng, setelah itu mengelus tangannya, dan berkata, "Aku mau minum bir, bawakan bir sekarang juga."
Du Heng mengelus bekas tamparan pengawal ketujuh di wajahnya, lalu menoleh dan memerintahkan ke pelayan yang ada di luar pintu, "Pengawal, bawakan bir sekarang juga!" Wanita ini benar-benar harus diikat dulu, baru bisa seenaknya menikmatinya, batinnya.
"Kenapa? Xiao Qiqi, apa kamu mau membuatku mabuk, lalu kamu berencana untuk kabur? Jangan lupa kalau ada sebaris pengawal baju emas di depan pintu!" kata Du Heng sambil menempelkan kepalanya di pundak pengawal ketujuh yang begitu putih dan lembut itu.
Pengawal ketujuh kemudian menurunkan pundaknya agar terlepas dari kepala Du Heng. "Raja An Yin yang terhormat, para pengawal baju emas itu seharusnya adalah sersan dan prajurit yang maju di garis depan perang. Kamu meminta mereka untuk menjaga seorang wanita? Apa menurutmu, bukannya ini mempermalukan mereka?" tanyanya.
"Puluhan juta kepala musuh, tidak bisa dibandingkan dengan satu jari indahmu itu," kata Du Heng sambil memeluk pengawal ketujuh dari belakang. Bibir tipisnya kemudian mulai mencium dan tenggelam di leher wanita itu. Dia lalu melanjutkan perkataannya, "Lagi pula, aku juga tidak kekurangan prajurit. Menjagamu adalah berkat untuk mereka."
Sejenak, pengawal ketujuh melirik tajam ke belakang sambil mencibir Du Heng dengan dinginnya. "Penderitaan mereka memang, punya Tuan sepertimu," katanya dengan ketus.
Du Heng sudah tidak peduli dan tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh pengawal ketujuh, karena dia sudah tenggelam dengan aroma lembut dan wanginya pengawal ketujuh.
Sedangkan para pengawal berbaju emas yang ada di luar terdengar bergumam, "Raja agung yang aku sangat kagumi ini, kenapa berubah jadi seperti ini setelah bertemu dengan wanita pengawal ketujuh itu? Ya Tuhan, kami benar-benar tidak bisa mengerti hal ini"