Hukuman Berdiri Sampai Pelajaran Berikutnya
Hukuman Berdiri Sampai Pelajaran Berikutnya
"Pao Meiqing! Tidur saat pelajaran berlangsung, sikap apa itu?! Cepat keluar sana! Hukuman mu berdiri di depan kelas sampai pelajaran berikutnya!" teriak guru Li setelah memukulkan tongkatnya dengan keras.
Bisa-bisanya saat pelajaranku tidur?! Benar-benar menyia-nyiakan waktu emas saja! Menyia-nyiakan masa muda! Tidak tahu apa? Setiap waktu itu sangat berharga bagai emas. Tidak tahu juga apa? Masa-masa seperti ini tidak akan bisa dibeli dengan emas sekalipun! batin guru Li.
Li Jinyang seketika langsung menghela napas dengan lega, dia pun segera meremas lagi gulungan bola kertas itu, lalu membuangnya di keranjang sampah. Dengan begini, dia bahkan tidak perlu repot-repot untuk merobeknya.
Lin cantik yang duduk di barisan pertama juga menghela napas lega. Begitu dia menyerahkan gulungan bola kertas tadi, tiba-tiba setelah itu guru Li langsung mengeluarkan tongkatnya. Dia kira kalau kakak Li Jinyang yang ketahuan tadi. Untung saja bukan, untung, untung saja. Kaget aku! batinnya.
"Guru Li, aku, aku… Hiks hiks hiks. Aku salah. Lain kali aku tidak akan berani lagi melakukan hal buruk ini. Apa boleh tidak menghukumku? Hiks hiks hiks," rengek Pao Meiqing.
Harus berdiri di depan kelas sampai pelajaran berikutnya? Itu berarti aku masih harus berdiri di depan kelas setelah pelajaran ini berakhir. Oh tidak! Setelah berakhirnya kelas akan ada banyak murid yang mondar-mandir di koridor, aduh malu sekali aku! Tidak mau! Aku tidak mau dihukum! Terlalu, terlalu, terlalu memalukan! batin Pao Meiqing dengan cemas.
"Banyak omong kosong, deh! Harus berani menanggung risiko atas perbuatan yang telah kamu lakukan sendiri. Ini juga merupakan pembelajaran budi pekerti yang baik untuk dirimu sendiri! Karena kamu berani melakukan kesalahan dan melanggar peraturan kelas yang telah dibuat olehku. Maka kamu harus menerima hukuman! Kalau tidak, bagaimana aku punya muka untuk berurusan dengan segala hal di kelas ini?! Kenapa masih diam saja?! Cepat sana, keluar dan berdiri di sana!" perintah guru Li.
Liuli Guoguo dan Pao Baobao yang ada di belakang guru Li, sekarang tampak sama-sama sedang menaikkan alisnya, entah karena ikatan batin atau karena apa. Ada rasa aneh dalam hati mereka, karena tiba-tiba mereka merasa tidak terlalu membenci dan jengkel lagi dengan guru Li, guru pemusnahan yang galak ini.
Walaupun senang melihat orang tertimpa masalah atau kesengsaraan adalah sikap yang tidak baik. Tapi melihat orang jahat yang mendapat hukuman karena perilakunya sendiri. Muncul perasaan bahagia yang dari diri sendiri saja tidak bisa menahannya. Tapi, sesaat berikutnya, Liuli Guoguo dan Pao Baobao merasa tidak senang lagi.
"Guru Li, Pao Baobao adalah pelayan yang menemaniku bersekolah. Apa aku boleh menyuruhnya menggantikanku menerima hukuman berdiri di depan kelas? Hiks hiks hiks," kata Pao Meiqing dengan terlihat sangat kasihan. Air mata tampak bergelinang di wajah putih yang lembut itu. Rambut tebal di kepalanya ikut bergoyang karena tubuhnya yang terus gemetaran karena menangis terisak.
Pao Baobao pun merapatkan bibirnya. Ketika dia bersiap bangkit dari duduknya untuk menggantikan hukuman Pao Meiqing, tiba-tiba dia mendengar ucapan guru Li yang membuat batu besar keengganan dalam hatinya jatuh begitu saja.
"Tidak boleh! Di dalam sekolah, tidak membedakan status sosial apapun! Aturan dan teori ini, apa kamu tidak mengerti? Semua orang itu status sosialnya sama saja! Mana ada orang yang melakukan kesalahan, tidak mengakui kesalahan itu, lalu malah menyuruh orang untuk menerima hukumannya?!"
"Karena kamu tidak mengerti mengenai aturan dan teori ini, kesalahanmu bertambah lagi! Jadi harus ditambah juga hukumannya! Keluar sana, hukuman berdirimu selesai setelah dua pelajaran berikutnya berakhir! Ada lagi, tulis ulang buku teori budi pekerti seratus kali. Besok bawa kepadaku untuk diperiksa!" kata guru Li dengan sangat marah.
Dari dulu, guru Li membenci murid-murid yang membawa status sosial ketika masuk ke dalam sekolah. Karena menurutnya, hal ini sangat tidak bisa dia terima. Dia sangat membenci para pejabat, dia benar-benar membenci kekuasaan yang disalahgunakan.
"Tapi, tapi..." gumam Pao Meiging yang terlihat sangat kasihan sambil menyeka air matanya. Kenapa hukumanku jadi semakin berat? Guru pemusnahan, kamu benar-benar sudah mencapai batas! batinnya.
"Tapi tapi apa?! Apa kamu tidak suka karena hukumannya tidak cukup berat?!" tanya guru Li dengan serius.