Terima Kasih Pangeran (1)
Terima Kasih Pangeran (1)
Padahal, tatapan Murong Mingtao benar-benar begitu kesal dan geram ketika melirik ke arah anak kampungan di belakang Xuanyuan Poxi.
Di umurnya ini, mana ada pemuda yang tidak bermain perempuan. Jadi, Murong Mingtao merasa itu bukanlah hal yang memalukan ketika mengakui hal ini. Dia tidak percaya jika pangeran kedelapan dari kerajaan Dong Xuan akan tidak menghargai dirinya, hanya demi seorang gadis yang statusnya rendah seperti ini.
Xuanyuan Poxi kemudian melirik ke karung yang sudah rusak di lantai, lalu menebak apa yang telah terjadi di sini. Setelah itu dia melengkungkan bibirnya dan berkata, "Sahabatku Murong Mingtao, memperkosa dan memaksa seorang gadis, itu bukanlah hal yang bagus. Kalau gadis ini tidak bersedia, maka lebih baik jangan memaksa dan menyulitkannya."
"Siapa bilang dia tidak bersedia, dia hanya emosi biasa saja. Aku baru saja..."
Belum selesai Murong Mingtao bicara, tapi dia langsung terkejut karena melihat seorang gadis yang sangat imut sekali. Kulitnya juga sangat putih dan lembut, yang saat ini sedang mengenakan baju merah muda. Kemudian dia tiba-tiba berjalan menghampiri gadis berbaju putih itu.
Gadis itu mengangkat kepalanya, lalu segera berkata pada anak kampungan tersebut, "Kakak, apa kamu baik-baik saja? Kamu sepertinya terluka?"
Wow! Suara gadis ini manis sekali, benar-benar sangat merdu! batin Murong Mingtao.
Mata licik dan panas Murong Mingtao langsung menyipit begitu melihat gadis berbaju merah muda yang tiba-tiba muncul. Jakunnya juga tampak bergerak karena menelan ludahnya sendiri.
Sayangnya, belum sempat berpikir lamunan kotor selanjutnya, tiba-tiba kekuatan yang kuat menyerangnya. Detik berikutnya, tubuhnya terlempar di luar kendalinya, lalu Murong Mingtao juga dipukul mundur oleh kekuatan itu.
Terdengar suara keras benturan di salah satu, dari empat sudut ruangan mewah yang diukir dari kayu bunga pir di pohon pinus. Lalu, tiba-tiba ada sesuatu yang tergantung di dinding. Sesuatu itu adalah Murong Mingtao yang dipukul. Kemudian, seorang pria yang ada di sudut lain benar-benar terkejut dan hanya bisa membatin, Hah... Ini Murong Mingtao?!
Ketika melihat ini, mereka sangat terkejut dan bergumam dalam hati. Mereka lalu langsung menoleh dan melihat sekilas pria itu di pintu. Sekali lagi, keterkejutan muncul di mata semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut. Xu… Xuan… Xuanyuan Pofan? Kenapa dia bisa ada di sini? batin mereka.
Setelah menghukum Murong Mingtao, Xuanyuan Pofan kemudian memalingkan tatapan mata elangnya yang sangat dingin. Dia langsung maju untuk menggandeng kembali tangan Liuli Guoguo yang saat ini sedang bingung ketika melihat kejadian barusan.
Baru saja, mata Murong Mingtao menatap istri kecilnya dengan benar-benar tidak senonoh dan kurang ajar. Jadi, Xuanyuan Pofan pun langsung memutuskan untuk mengambil nyawa Murong Mingtao. Entah bagaimana mungkin dia bisa mentolerir gadis kecilnya ini masuk dan muncul dengan tidak senonoh di dalam pikiran pria lain.
Liuli Guoguo kemudian memandangi Murong Mingtao yang tergantung di dinding. Mulutnya menganga dan dia mengedipkan matanya beberapa kali. Tiba-tiba, dia teringat pada kakak cantik berbaju putih di sampingnya.
Liuli Guoguo lalu segera mendongak dan berkata kepada kakak Po, "Kakak Po, ambilkan bajuku dari cincin ruang sihirmu, dan ambilkan juga obat pemercepat penyembuhan luka!"
Meskipun pakaian Liuli Guoguo mungkin sedikit terlalu kecil untuk kakak cantik berbaju putih ini. Namun dia tidak bisa membiarkan kakak cantik ini mengenakan baju yang sudah tidak rapi dan tidak karuan seperti ini.
"Cincin ruang sihir itu ada di pengawal ketujuh," jawab Xuanyuan Pofan sambil menunduk dan melihat ke arah Liuli Guoguo.
"Oh iya, hari ini pengawal ketujuh membantu kakak Po merapikan cincin ruang sihirnya. Bagaimana aku bisa melupakan itu?!" kata Liuli Guoguo yang langsung mengetuk kepalanya sendiri dengan sedikit cemas. Tidak tahu kenapa, tapi dia tidak ingin melihat kakak cantik di sampingnya itu kesusahan. Bahkan, perasaan ini benar-benar cukup aneh baginya.
Xuanyuan Poxi kemudian melihat si persik madu yang sedang cemas. Dia lalu melihat kepada gadis berbaju putih di belakangnya, yang sekarang tampak menyedihkan. Oleh karena itu, dia pun dengan cepat melepas baju terluarnya.
Tanpa menanyakan izin dari gadis itu, Xuanyuan Poxi kemudian segera berbalik dan menaruh baju terluarnya itu untuk menutupi tubuh Su Muhuan.
Hati Su Muhuan seketika bergetar, dan wajah kecilnya memerah. Setelah itu, dia buru-buru berkata, "Terima kasih, pangeran."