Dasar Bajingan!!!
Dasar Bajingan!!!
"Apa yang kamu minum?" Wu Ge melihat gelas yang ada di tangan Wu Yunmeng, dia merasa ada yang aneh.
Tangan Wu Yunmeng yang menggenggam gelas itu bergetar dan tiba-tiba merasa dirinya telah melakukan kesalahan yang sangat rendah. Dia pun bergegas menarik sudut bibirnya, tersenyum dan menjawab Wu Ge, "Hehe, ayah, apa yang dapat aku minum. Hehe, ini teh."
Selesai bicara, Wu Yunmeng bergegas menaruh botol alkohol di meja ke dalam ruang sihirnya lagi. Hehehe, ayah, kamu tidak lihat apapun. Ya, tidak melihat apapun, batinnya.
Sejak Nyonya Jiu dibawa masuk ke dalam kediaman rumah oleh Wu Ge, Wu Yunmeng pun telah dekat sekali dengan Nyonya Jiu itu dan menganggapnya seperti ibu kandungnya sendiri. Setelah beranjak agak dewasa, dia pun akhirnya memiliki kebiasaan seperti Nyonya Jiu, yaitu menyimpan alkohol dan suka minum alkohol.
Setiap hari, setidaknya Wu Yunmeng harus minum satu macam alkohol. Begitu juga para bawahan dan atasan di kediaman Wu ini, semuanya tertular kebiasaan Nyonya Jiu. Hampir setiap orang dari mereka semua juga menjadikan alkohol sebagai hobinya.
Tapi, tiga tahun lalu, Nyonya Jiu bercerai. Wu Ge yang masih menjadi pejabat tingkat tengah dalam pemerintahan belum dipromosikan ke posisi setinggi guru negeri seperti sekarang ini, dia yang menceraikannya.
Setelah Nyonya Jiu pindah keluar dari kediaman Wu, Wu Ge pun menjatuhkan perintah untuk menyuruh semua orang di kediaman harus berhenti minum alkohol. Bahkan, tidak peduli dalam penyambutan atau pesta tamu penting, tetap tidak boleh ada minuman beralkohol.
Wu Ge yang dulunya bahkan menganggap minum alkohol seperti minum air pun, sejak hari itu benar-benar tidak menyentuh alkohol sama sekali. Bahkan Raja tidak mau ikut campur dalam hal ini. Saat mengundangnya ke istana kerajaan, satu-satunya orang yang tidak minum alkohol adalah dia. Raja juga bersimpati padanya dan tidak pernah menyalahkannya atas hal itu.
Seiring waktu, kebiasaan Tuan guru besar negeri yang tidak suka alkohol, bahkan bisa dianggap membenci alkohol pun telah didengar oleh orang-orang di seluruh negeri.
Bahkan, pejabat istana kerajaan saat makan bersama dengan Tuan guru besar negeri ini, biasanya juga tidak akan meletakkan alkohol di atas meja, demi menunjukkan sambutan hangat dan rasa hormat mereka kepada Tuan guru besar negeri itu.
Namun, hanya di luarnya saja terlihat seperti ini. Tapi kenyataannya, banyak sekali orang-orang di dalam kediaman Wu yang sulit untuk lepas dari kebiasaan alkohol ini. Mereka yang statusnya rendah dan tidak terlalu pintar, dapat kapan saja dipenggal kepalanya jika ketahuan. Jadi mereka takut sampai gemetaran, sehingga mereka benar-benar berusaha keras sekali untuk menghentikan kebiasaan minum alkohol ini.
Namun, dua anak muda seperti Wu Yunmeng dan Wu Yunfu yang tak patuh pada peraturan ini dan selalu nakal, sama sekali sulit untuk melepas kebiasan itu.
Wu Yunfu sendiri tidak ingin melepaskan kebiasaan ini. Tidak peduli seberapa muda dia, di bawah mata Wu Ge, dia tetap saja minum alkohol tanpa merasa bersalah. Oleh karena itulah, tidak tahu sudah berapa kali dia telah dipukul oleh Wu Ge dengan tongkat berkepala naganya.
Sedangkan Wu Yunmeng, di luarnya saja ingin berhenti, tapi di dalam hati dia tidak ingin berhenti. Diam-diam dia selalu menyimpan botol alkohol di ruang sihirnya sebagai cadangan. Terkadang dia mengeluarkannya untuk minum sendiri segelas kecil.
Karena Wu Yunmeng telah jauh dari rumah selama setidaknya beberapa hari, jadi secara tidak sengaja dia mengeluarkan botol alkoholnya ke atas meja dan menuangkan segelas untuk dirinya sendiri. Bahkan sama sekali lupa kalau ada ayahnya yang sangat benci alkohol duduk di seberangnya.
"Dasar bajingan!!!" Tongkat berkepala naga milik Wu Ge pun langsung dipukulkannya sampai berbunyi keras sekali. Kemudian dia membungkukkan punggung tuanya dan berdiri dari bangkunya, lalu mengarahkan tongkat berkepala naga di tangannya ke arah Wu Yunmeng.
"Huwaaaah ayah! Itu benar-benar bukan alkohol! Itu air! Ayah, kamu jangan gegabah!" Wu Yunmeng langsung meneguk habis alkohol di gelasnya, lalu bergegas memegangi kepalanya sendiri dan kabur.
"Aduh Tuan, Anda jangan marah-marah. Tenanglah, tenanglah!" pelayan tertinggi di kediaman guru besar negeri ini pun bergegas menghentikan Wu Ge yang akan memukulkan tongkat berkepala naga itu ke Wu Yunmeng.
"Paman Hui Zhongba, tolong, tolong!!!" teriak Wu Yunmeng sambil bergelantungan seperti monyet di tubuh pelayan tertinggi kediaman, Hui Zhongba.
"Hui Zhongba, cepat minggir! Aku pasti akan memukul gadis bodoh satu ini hari ini!" Wu Ge marah sampai janggutnya bergoyang, mata tuanya melotot lebar sekali.
"Tidak boleh Tuan besar. Tubuh nona kedua kecil, tidak kuat dan tidak tahan jika kena pukul Tuan!" kata Hui Zhogba. Dia bergegas menyeka keringat di keningnya, dan benar-benar khawatir jika nona kedua benar-benar dipukuli sampai terluka oleh Tuan besarnya ini.