Tamu yang Tak Terduga
Tamu yang Tak Terduga
Anehnya, tidak ada ekspresi takut di wajahnya. Dia tampak sangat santai dan tenang. Xi San pun hanya menggertakkan gigi dan tak ambil pusing, jadi langsung menarik kembali tangannya dan membiarkan Su Muhuan turun sendiri dari ranjang.
Xuanyuan Poxi mengerutkan kening, dan dia masih saja mengalihkan pandangannya ke luar jendela.
Lalu, saat kaki kecil Su Muhuan dengan kaos kaki putih baru saja turun dari ranjang dan bersiap untuk mengenakan sepatu sulam. Pintu tiba-tiba diketuk, kemudian ada orang tak terduga yang muncul di depan pintu kamar.
Xi San melihat Tuannya, lalu berjalan ke pintu kamar dengan waspada, "Siapa?"
Orang di luar pintu hanya mengatakan dua kata dengan suara yang kuat dan tebal, tapi bertenaga. Hanya seorang yang memimpin tentara di medan perang untuk waktu yang lama, yang memiliki suara dan nada bicara seperti itu. "Wen Dun."
Kakak ipar?
Xuanyuan Poxi sangat terkejut saat mendengar siapa yang datang. Su Muhuan menaikkan alis ramping dan mengerutkan keningnya, dia juga tidak menduga hal ini sama sekali dan hanya bisa menggigit bibir cerinya.
"Cepat buka pintunya." Xuanyuan Poxi melambaikan lengan bajunya kepada Xi san.
"Laksanakan." Xi San membuka pintu kamar dan membungkuk kepada pria paruh baya yang berdiri di luar pintu.
Pria paruh baya itu mengenakan seragam militer, serta baju zirah bersisik emas di dadanya yang langsung memantulkan sinar karena disinari oleh cahaya hangat matahari musim dingin dari jendela kamar. Hari ini tidak ada kabar yang mengatakan kalau jendral besar Wen Dun akan pergi berperang. Jadi dia yang mengenakan seragam militer ini sepertinya baru kembali dari barak militer.
Saat Xi San membuka pintu kamar, Wen Dun dengan cepat melihat ke dalam kamar dan tatapan matanya langsung jatuh ke gadis berbaju putih yang duduk di ranjang. Ada rasa tidak tega dan kasihan di matanya saat melirik di bagian pakaian pundak, dan lengan gadis itu yang sobek, serta meninggalkan jejak darah. Kepalan tangannya langsung mengencang tanpa sadar.
Namun, Su Muhuan sama sekali tidak merasakan tatapan mata Wen Dun itu karena dia menundukkan kepalanya.
Xuanyuan Poxi memperhatikan tatapan mata Wen Dun saat melihat Su Muhuan. Dia agak tercengang sejenak, lalu melangkah maju ke depan. "Kakak ipar, kenapa kamu datang ke sini?" tanyanya.
Wen Dun berusaha susah payah, mencoba menekan dorongan untuk bergegas memeluk Su Muhuan dan memeriksa lukanya itu. Dia lalu mengalihkan pandangannya ke adik iparnya, mengepalkan tangan ke depan dan memberi salam kepada Xuanyuan Poxi, "Salam hormat hamba kepada Yang Mulia Pangeran Mahkota."
"Kakak ipar tidak perlu memberi hormat." Xuanyuan Poxi mengangkat tangannya. Saat teringat kalau Wen Dun sebelumnya terluka saat perang, tanpa sadar dia langsung melirik ke kaki Wen Dun dan berkata dengan perhatian, "Luka kakak ipar sepertinya sudah membaik."
Wen Dun mengerutkan kening. "Terima kasih atas perhatian Yang Mulia Pangeran Mahkota. Hamba sudah jauh membaik dan hampir sembuh. Terluka dalam peperangan adalah hal yang biasa. Tubuh hamba cukup kuat dan tulang hamba cukup keras. Hamba sudah istirahat cukup lama, jadi kesehatan hamba sudah cukup pulih. Namun, hamba juga harus berterima kasih banyak kepada gadis itu."
Wen Dun mengambil kesempatan baik ini untuk mengalihkan topik pembicaraan ke Su Muhuan. Hati Wen Dun pun menjadi sangat panik saat melihat luka di pundak gadis itu cukup parah.
"Gadis itu?" Xuanyuan Poxi melihat ke perhatian dan rasa panik yang tersembunyi dalam mata Wen Dun. Lalu dia ikut mengalihkan pandangannya ke gadis berbaju putih yang duduk di ranjang tersebut. Kemudian, tatapan matanya menjadi kosong.
"Ternyata kakak ipar kenal dengan gadis yang hampir saja mati terinjak kuda dari kereta kudaku." Xuanyuan Poxi melengkungkan bibirnya. Seperti ada cibiran yang tersirat di dalam suaranya.
Kakak ipar oh kakak ipar. Kakakku padahal punya sifat yang arogan dan begitu sombong, tapi kamu masih berani-beraninya melirik gadis lain yang umurnya bisa menjadi adik dari putrimu, batin Xuanyuan Poxi.
Pelacur tetap saja pelacur. Aku tidak menyangka Su Muhuan, kamu bisa-bisanya menggoda kakak iparku. Apakah kamu melakukan itu juga sebagai mata-mata dari Xuanyaun Pofei dan Xuanyuan Poyu, batinnya lagi.
Wen Dun mengangguk. "Benar Yang Mulia Pangeran Mahkota. Keterampilan medis gadis ini sangat hebat sekali. Kalau tidak, seberapa kuat tubuh hamba, luka di kaki hamba mungkin akan membutuhkan waktu lebih dari sepuluh bulan untuk bisa sembuh."
"Hamba baru saja kembali latihan dari barak militer, lalu mendengar kalau dia hampir saja terinjak kuda karena menyelamatkan seorang anak kecil. Hamba juga dengar, Yang Mulia Pangeran Mahkota juga membawanya ke penginapan Mi Xu untuk mengobati lukanya."
"Dia adalah penyelamat hamba, karena hamba khawatir, hamba langsung bergegas kemari. Hamba harap, Yang Mulia Pangeran Mahkota tidak keberatan dan merasa terganggu atas kelancangan hamba ini. Lalu, tolong serahkan dia kepada hamba."
"Hamba akan menggantikan Yang Mulia Pangeran Mahkota untuk mengobati lukanya. Ini juga bisa dianggap sebagai tindakan hamba untuk membalas kebaikan gadis ini, yang telah mengobati dan menyembuhkan luka kaki hamba."