Istri Kecilku Sudah Dewasa

Hal Baik yang Kotor (2)



Hal Baik yang Kotor (2)

Namun, keesokan harinya, saat dia dicium oleh Xuanyuan Pofan sambil memeluknya terlalu erat. Sehingga lututnya yang ditekan oleh Xuanyuan Pofan membuatnya merintih kesakitan.     

Xuanyuan Pofan mengerutkan kening dan langsung membuka rok Liuli Guoguo. Hal itu membuatnya langsung marah setelah melihat memar yang cukup besar di lutut Liuli Guoguo.     

Liuli Guoguo sendiri juga tidak menyangka kalau memar di lututnya separah ini. Setelah mengatakan penyebabnya, Xuanyuan Pofan berniat untuk menghukum semua pelayan yang bertugas di halaman Liuli Guoguo.     

Liuli Guoguo membujuknya sangat lama sekali, baru kemudian Xuanyuan Pofan mau mengikuti keinginan Liuli Guoguo untuk tidak menghukum para pelayan. Tapi, sejak saat itu juga, Xuanyuan Pofan memerintahkan dengan tegas kepada para pelayan. Bahwa setiap malam harus ada pelayan yang akan mengawasi dan menjaga Liuli Guoguo di belakang partisi dinding angin.     

Liuli Guoguo pun tidak bisa berbuat apa-apa dengan hal ini. Sebab, dia juga merasa tidak berdaya.     

"Duo gemuk, barang ini… Em… Ini... Lebih baik kita lihat barang ini di ranjang saja deh," kata Liuli Guoguo dengan misterius dan dengan wajah memerah seperti pantat monyet, sambil menarik-narik lengan baju Lie Nieduo. Ada kegembiraan kecil yang melintas di mata anggurnya, seolah dia sangat menantikan hal ini.     

"Oh oh."     

Lie Nieduo mengangguk, dia berpikir mungkin barang Liuli Guoguo ini sangat berharga sekali sampai benar-benar takut ada orang lain yang melihatnya. Dia pun mengikuti gerakan Liuli Guoguo, melihat ke kanan dan ke kiri dengan serius, lalu berjalan mengikuti di belakang Liuli Guoguo. Kemudian ikut naik ke ranjang bersamanya.     

Pada saat ini, hampir semua chinchilla kecil yang ada di ranjang sudah tidur pulas. Mereka semua sudah tidur pulas, meringkuk seperti bola dan tersebar di berbagai sudut di selimut.      

Mereka merasakan sesuatu yang harum di dalam mimpi mereka, yang kemudian naik ke atas ranjang. Lalu, sesuatu yang berat juga ikut naik ke atas ranjang dan membuat ranjangnya berderit. Setelah itu, bulu-bulu di tubuh mereka pun bergetar. Namun, setelah memalingkan muka mereka ke sisi lain, mereka pun kembali tidur pulas. Bahkan, suara petir pun tak akan bisa membangunkan mereka.     

Daripada bilang melihat di atas ranjang, yang lebih tepat disebut adalah, sepertinya menonton dengan penuh hasrat di atas ranjang.     

Liuli Guoguo mengambil lentera kecil di atas meja di samping ranjang, dan kemudian masuk bersama lentera itu ke dalam selimut. Dia mengulurkan tangannya dan menarik lengan baju Lie Nieduo sambil memberi isyarat kepada Lie Nieduo untuk segera masuk juga ke dalam selimut.     

Lie Nieduo berkedip beberapa kali. Dia merasa seperti seorang pencuri yang takut ketahuan. Namun setelah bingung sejenak, dia berpikir kalau mungkin barang ini benar-benar sangat berharga, jadi Liuli Guoguo takut barang ini diketahui oleh orang lain. Dia pun mengikuti Liuli Guoguo masuk ke dalam selimut dengan misterius bak pencuri.     

Setelah Lie Nieduo masuk ke dalam selimut, Liuli Guoguo pun membuka beberapa lapis sapu tangan yang membungkus 'harta karun' itu dengan alis yang semakin lama semakin naik ke atas. Sedangkan kedua tangan Lie Nieduo juga menggenggam ke depan dengan perasaan penuh penantian.     

"Duo gemuk, si domba kecil yang memberikan barang bagus ini padaku," kata Liuli Guoguo kepada Lie Nieduo sambil terus membuka lapis demi lapis sapu tangan itu.     

Lie Nieduo jadi semakin bersemangat begitu mendengar ini. Saat berkeliling di kediaman Raja Huayou hari ini, dia sudah tahu kalau julukan Xuanyuan Poxi, pangeran mahkota negeri Dong Xuan ini adalah si domba kecil. Barang yang diberikan oleh pangeran mahkota, pasti barang yang sangat berharga, batinnya.      

"Hatchiiii!" Xuanyuan Poxi yang sedang berbaring di dipan memandangi giok warna hijau cerah yang bertuliskan kata 'Su' ini tiba-tiba bersin.     

Pelayan yang berjaga di sampingnya pun bergegas maju dan menyajikan secangkir teh hangat kepada Xuanyuan Poxi, "Tuan, silakan minum teh hangat ini. Cuaca sedang dingin-dinginnya."     

"Xiao Penzi, menurutmu lucu tidak kalau pelacur itu bisa-bisanya memiliki marga yang sama dengan penyelamat hidupku. Ini benar-benar telah mempermalukan orang-orang yang bermarga 'Su' saja."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.