Liuli Guoguo Marah Besar (2)
Liuli Guoguo Marah Besar (2)
Segera setelah itu, si kucing kecilnya bergegas berjalan menghampiri mereka, lalu meraih kerah baju Pak Wu yang ada di samping Xuanyuan Pofan. Lalu, Pak Wu dilempar keluar dengan keras oleh si kucing kecilnya.
Pengawal kedua belas langsung tercengang cukup lama saat melihat adegan ini. Nyonya kecil ku... Kuat sekali, batinnya.
Sedangkan wajah Xuanyuan Pofan sangat muram. Dia langsung berdiri dan melihat situasi yang terjadi.
Liuli Guoguo menggunakan tenaga dalamnya untuk mengangkat pelayan pria itu, lalu melemparkannya ke depan Maomao Cong. "Pak Wu, apa kamu pernah memukulinya?" Dia bertanya kepada Pak Wu dengan suara dingin sambil bertolak pinggang. Dia yang sekarang, tidak ada bedanya dengan singa kecil yang sedang marah dengan bulu yang berdiri semua.
Mungkin karena tahu kalau ada Liuli Guoguo yang akan membelanya, jadi Maomao Cong langsung menatap mata Pak Wu tanpa takut sama sekali sambil menggigit bibirnya. Namun, seperti ada perasaan yang rumit di dalam hatinya. Dulu dia paling takut pada Pak Wu, tapi sekarang ada Liuli Guoguo di sisinya, jadi dia tidak takut apa-apa lagi.
"Ini... Ini..."
Pak Wu langsung panik. Seluruh tubuhnya bergetar. Namun dia tahu, jika saat ini dirinya mengakui hal itu, istri Raja Huayou pasti tidak akan memaafkannya dan tidak akan melepaskannya dengan mudah. Jadi dia hanya mampu bertekad keras untuk tidak mengakuinya.
Nyonya kecil tidak punya bukti, jadi tidak akan mungkin bisa melakukan apa-apa padanya. Pak Wu juga tidak percaya kalau Maomao Cong itu akan melepaskan bajunya untuk membuktikan semua ini. "Fitnah, ini fitnah Nyonya, hamba tidak pernah memukulinya!"
"Hamba adalah pelayan utama bangunan pemeliharaan bunga. Ada begitu banyak pekerjaan yang harus hamba lakukan mulai dari mengatur pengiriman berbagai macam tanaman dan bunga ke berbagai bangunan istana. Lalu mengatur bibit bunga, menggantikan para tuan dan putri untuk memelihara dan merawat tanaman dan bunga, serta harus mengawasi pekerjaan para pelayan lain."
"Jadi, mana punya waktu untuk memukul Maomao Cong! Maomao Cong orang yang pandai, hamba tidak akan tega memukulinya!" Pak Wu percaya kalau Liuli Guoguo pasti tidak akan berpikir kalau dia berbohong. Tidak ada bukti, jadi mana mungkin dia bisa membuatnya terlihat bersalah.
Saat mendengar kata-kata bohong pelayan itu, yang tak cocok sama sekali dengan kenyataan yang ada, Maomao Cong pun langsung panik. Matanya memerah, kemudian tangan kecilnya bergetar hebat sambil menunjuk ke Pak Wu itu. "Hiks hiks hiks. Bohong!"
"Kamu yang memukuliku. Kamu yang menyebabkan semua luka di tubuhku. Kamu tidak hanya memukuliku, kamu juga memukuli banyak pelayan bangunan pemeliharaan bunga lain. Liuli Guoguo, jangan percaya padanya. Hiks hiks hiks!"
"Maomao Cong! Aku biasanya memperlakukanmu dengan sangat baik, namun bagaimana bisa kamu memfitnahku seperti ini! Nyonya kecil, hamba benar-benar difitnah!"
Pak Wu langsung berdiri dan membantah semua kata-kata jujur dari Maomao Cong, lalu dia membungkuk dan mengatakan berbagai kebohongan kepada Liuli Guoguo, seolah menunjukkan kalau dirinya benar-benar telah difitnah.
Lalu, detik berikutnya banyak sekali pelayan lain yang menerjang masuk ke dalam ruangan seperti kumpulan lebah, lalu berlutut di hadapan Liuli Guoguo. "Salam hormat hamba kepada istri Raja Huayou! Apa yang dikatakan oleh Maomao Cong memang benar sekali."
"Pak wu sering sekali menghukum kami semua dengan kekerasan. Tidak hanya itu, terkadang, terkadang dia juga tidak membiarkan kami makan. Bahkan memotong gaji bulanan kami yang diberikan atasan, dan tidak memberikannya kepada kami. Hiks hiks hiks."
Saat mengatakan ini, mata para pelayan tanpa sadar memerah, dan semua emosi sedih di dalam hati mereka akhirnya terluapkan. Saat mendengar istri Raja Huayou hari ini menghukum putri Wen Yixi yang mulia hanya demi seorang Maomao Cong, hal itu membuat munculnya perasaan kagum dan bersyukur di dalam hati mereka.
Konon katanya walaupun para bangsawan dan rakyat biasa melakukan kesalahan yang sama. Namun setiap kali hal seperti itu terjadi, entah mengapa setiap kali itu juga yang menerima hukuman hanyalah orang-orang berstatus rendah seperti mereka. Seolah tidak ada orang yang pernah memandang penting martabat dan nyawa mereka.
Para penguasa boleh seenaknya menginjak-injak mereka, sedangkan mereka tidak berani marah, tidak berani mengeluh dan tidak berani mengatakan apapun. Hanya bisa menerima semua penderitaan itu.