Pertemuan Pertama (1)
Pertemuan Pertama (1)
Saat Xiao Zixie kembali tersadar dari pemikirannya, dia menekan bibirnya. Setiap kali dia mengingat ucapan Lu Chen yang tak tahu malu itu, api kemarahan akan membara di dalam hatinya. Sinar dingin yang mengerikan melintas di mata ungunya, membawa niat membunuh.
Gu Ruoyun mengangkat alis sebelum bangkit dan berjalan keluar pintu. Bibirnya dilengkungkan menjadi senyum kecil dan sinar tak terdeteksi melintas dalam pandangannya yang jernih dan dingin.
Dia tidak menjawab pertanyaan Xiao Zixie saat keluar dari kedai teh dan menuju ke arah jalanan yang sudah akrab baginya…
...
"Raja Besar, Ling Feng sudah kembali!"
Pada saat ini di Wilayah Teratai Merah, pria berpakaian merah menaikkan sebelah alis setelah mendengar laporan dari bawahannya. Jari-jarinya tetap berada di cangkir teh dan menjawab secara acuh tak acuh, "Biarkan dia masuk."
"Baik, Raja Besar."
Pria itu undur diri saat dia berbicara. Segera, seorang pria yang memakai jubah hitam memasuki ruangan. Dia menggabungkan kepalan tangan dan membungkuk sambil memberi salam pada pria berpakaian merah dengan hormat, "Melapor pada Raja Besar, bawahan ini telah mendapat kabar dari Kota Pertama."
"Katakan!"
Pria berpakaian merah menyesap tehnya dan nada suaranya kejam seperti biasanya.
"Bawahan ini yang telah secara pribadi mendengar dari seorang tetua di Kota Pertama bahwa Nona Muda melakukan perjalanan dari Daratan Utama Roh Barat dan telah tiba di Daratan Utama Puncak Timur!"
Pria berpakaian merah mengeratkan genggaman di cangkir tehnya dan nafasnya secara otomatis tersengal.
"Apa itu benar?"
Di seluruh Wilayah Teratai Merah, hanya beberapa orang terpilih yang mengetahui identitas asli Raja Besar Hong Lian.
Tahun itu, seseorang menjebaknya dan pria berpakaian merah hampir kehilangan nyawanya. Untung saja, dia memiliki beberapa bawahan setia disampingnya. Mereka tidak begitu banyak, hanya sekitar sepuluh orang yang tetap bersamanya. Namun, sepuluh orang ini mengikutinya dari Daratan Utama Roh Barat sampai ke Daratan Utama Puncak Timur dan telah tinggal di sisinya serta melalui begitu banyak bahaya dan siksaan.
Ling Feng merupakan salah-satu dari mereka. Dia telah menghabiskan banyak upaya untuk mendapatkan tugas penyamaran di Kota Pertama!
"Bawahan ini mendengar berita ini dengan telinganya sendiri. Ini tidak mungkin salah."
Hati pria berpakaian merah bergetar. Dia mengeratkan genggamannya di cangkir teh, menghela nafas dalam-dalam dan tertawa getir, "Selama bertahun-tahun, aku sudah menentang banyak orang untuk mencegah mereka mengetahui identitas asliku dari Daratan Utama Roh Barat dan juga untuk melindungi putra dan putriku dari kampung halamanku. Aku menyembunyikan identitas agar selain dari para bajingan di Kota Pertama itu, tak seorangpun yang akan mengetahui asal-usulku. Ling Feng, aku memintamu menyamar di Kota Pertama karena aku curiga Yu'er mungkin telah jatuh ke tangan mereka. Aku memikirkan untuk menemukan keberadaan Yu'er tapi aku tak pernah menyangka kamu akan menemukan berita mengenai putriku."
"Sudah selama bertahun-tahun, sudah bertahun-tahun sejak aku melihatnya. Aku bahkan belum memberinya nama."
Pria berpakaian merah menutup matanya dengan lembut saat hatinya berdenyut kesakitan.
"Aku ingin tahu apakah dia membenciku. Ngomong-ngomong, Ling Feng, apa nama yang Keluarga Gu berikan pada putriku? Aku sudah memikirkan begitu banyak nama untuknya tahun itu tetapi sebelum aku bisa membuat keputusan, kejadian itu sudah terjadi. Akan tetapi, karena dia telah tiba di Daratan Utama Puncak Timur, tak peduli apapun yang terjadi, aku harus menemukan dirinya!"
Mendengar ini, pikiran Ling Feng kembali pada nama yang disebutkan selama pembicaraannya dengan tetua di Kota Pertama. Dia mengatakan, "Gu Ruoyun!"
Prangg!
Cangkir teh di tangan pria berpakaian merah meluncur dari jari-jarinya. Cangkir itu jatuh ke tanah dan hancur berkeping-keping. Kemudian kilatan jubah merah muncul dengan cepat di hadapan Ling Feng. Pria berpakaian merah menarik kerah bajunya dan berbicara dengan tatapan yang sangat berbeda di wajahnya, "Apa kamu bilang? Putri kandungku, siapa namanya?"