Api Nirwana (2)
Api Nirwana (2)
Si prajurit buru-buru menggelengkan kepala dan menelan ludah dengan terkejut seolah masih belum tersadar dari kejadian yang mengejutkan.
"Apa aku bisa masuk?"
Gu Ruoyun menatap si prajurit dan bertanya.
Si prajurit mengangguk dengan cepat dan tidak mengatakan apapun.
Setelah melihat tindakan itu, Gu Ruoyun tidak mengatakan apa-apa dan berjalan melalui pintu Kota Suci.
"Prajurit, mungkin batu ini telah rusak selama bertahun-tahun? Itulah sebabnya batu tersebut sudah tidak berguna lagi."
Telah rusak selama bertahun-tahun?
Saat si prajurit mendengar para penduduk di sebelahnya yang berusaha menyadarkannya, si prajurit langsung tersadar kembali. Dia membersihkan tenggorokannya dan berbicara dengan sikap tegas, "Benar, kalian benar. Batu ini memang sudah rusak itulah mengapa batu ini bisa dihancurkan dengan mudah. Karena batu ini sudah hancur di tangan Nona tersebut, kami tidak punya alasan untuk menghentikannya memasuki Kota Suci. Jika tidak, Keluarga Ye akan dianggap sebagai orang-orang yang tidak bisa menjaga ucapan mereka sendiri."
Bagaimana mungkin sebuah batu yang terbuat dari Batu Sinar Emas rusak?
Selain itu, batu ini ditemukan oleh Tuan sebelumnya di reruntuhan kuno. Batu ini tidak hanya bisa mengukur kekuatan seseorang tetapi juga jumlah bakat seseorang!
Contohnya, seorang Jenderal Martial berusia sepuluh tahun bisa dengan mudah meninggalkan jejak telapak tangannya di batu, tetapi seorang Martial King berusia enam belas tahun bahkan tidak bisa membuat batu ini penyok.
Inilah bakat yang dimaksud!
Semakin berbakat seorang kultivator, semakin besar dampak yang bisa ditimbulkan di batu ini.
Dia mampu menghancurkan batu ini menjadi berkeping-keping. Itu membuktikan bahwa bakat gadis ini telah melampaui semua orang, bahkan Tuan Kecil!
Tentu saja, selain Tuan Ye dan beberapa tetua, hanya penjaga gerbang kota yang memahami masalah ini! Untuk mengalihkan perhatian dari nona muda tersebut, si prajurit menjawab seperti itu. Sekarang, dia harus melaporkan hal ini pada Raja dari Keluarga Ye secepat mungkin.
Jika wanita berbakat seperti dirinya diterima di Keluarga Ye, kekuatan mereka pasti akan bangkit.
Si prajurit muda tak lagi peduli dengan menjaga kota dan segera pergi melapor ke rumah Keluarga Ye.
...
Di rumah Keluarga Ye, Ye Xingtian yang sedang mendengarkan laporan bawahannya di ruang tamu, langsung bangkit dan berkata dengan terkejut, "Apa katamu? Batu di depan gerbang kota telah hancur?"
"Benar, Tuan Muda Tertua. Yang telah menghancurkan batu tersebut adalah seorang wanita muda. Dia sudah memasuki Kota Suci."
Wajah Ye Xiantian penuh ketidakpercayaan. Perlahan dia duduk kembali untuk waktu yang lama, akhirnya dia berkata, "Ayah harus diberitahu mengenai masalah sebesar ini. Panggil Ye Xinglin dan katakan padanya untuk menemuiku untuk bertemu dengan ayah."
"Keinginanmu adalah perintah untukku, Tuan Muda Tertua."
Kemudian prajurit muda tersebut pergi.
Ye Xingtian tidak lagi punya waktu untuk berpikir. Dia bergegas keluar pintu dan menuju gedung belakang dengan langkah cepat.
Saat dia sampai di ruangan ayahnya, Ye Xinglin juga baru sampai. Dia melirik kakaknya yang kebingungan dan bertanya, "Kakak, mengapa kamu memintaku bertemu ayah dengan tergesa-gesa?"
"Akan ku jelaskan ketika kita bertemu ayah."
Ye Xingtian menghela nafas dalam-dalam dan menjawab tegas.
Kemudian mereka berdua berjalan ke ruangan pribadi Ye Lan yang biasanya digunakan untuk ayahnya berkultivasi tanpa mengatakan apa-apa.
Pada saat ini, Ye Lan sedang duduk bersila dengan mata tertutup saat sinar emas yang samar dan hangat mengelilingi tubuhnya. Wajah tuanya memberikan perasaan suci dan sakral di bawah kilauan tersebut.
Tiba-tiba, wajahnya memerah dan dia memuntahkan seteguk darah. Kemudian tubuhnya jatuh di lantai.