Semua Orang Tiba Dengan Ucapan Selamat Mereka (2)
Semua Orang Tiba Dengan Ucapan Selamat Mereka (2)
Istana gubernur dari Kota Batu Hitam benar-benar mempunyai gaya, mengirim naga terbang sebagai tunggangan untuk para tamu!
Pada saat itu, para petinggi yang sebelumnya melihat Kota Batu Hitam dengan penuh hina merasakan dingin merayapi tulang punggung mereka, setelah tersadar dari keterkejutan mereka.
Mereka bertanya-tanya gubernur macam apa dia sehingga mampu menjinakkan naga terbang yang begitu banyak!
Akan tetapi, satu hal yang jelas dari titik ini yaitu, Kota Batu Hitam telah bangkit sebagai kekuatan yang tangguh dan tidak akan lagi diperlakukan sebagai wujud yang tak terlihat.
...
Di jalan yang ramai di Kota Batu Hitam, Murong Yan terus-menerus melihat Gu Ruoyun. Dia berada tepat di sebelahnya dan ingin mengatakan sesuatu tapi tak bisa mengucapkannya.
"Murong Yan," Gu Ruoyun melirik Murong Yan dan mengangkat sebelah alis sedikit, "Kamu harus meningkatkan peralatanmu. Ayo, kita lihat-lihat toko senjata itu."
Meski Gu Ruoyun memiliki banyak senjata spiritual, dia sudah memberikan Keluarga Murong lebih dari cukup. Gu Ruoyun tidak berniat memberikan senjata spiritualnya jadi dia memutuskan untuk membawa Murong Yan pergi membeli senjata baru.
"Baiklah."
Ketika berkaitan dengan Gu Ruoyun, Murong Yan akan lebih sopan. Lagipula, tidak ada yang lebih kaya dari Gu Ruoyun di Kota Batu Hitam. Harga dari satu senjata tidak berarti apa-apa baginya.
Saat dua wanita itu masuk ke dalam toko senjata, pemiliknya langsung mengenali Gu Ruoyun dan bergegas menuju mereka dengan senyum lebar di wajahnya, "Nona Gu, pilihlah apapun yang kamu suka! Aku tidak akan menerima uang sepeserpun."
Saat ada begitu banyak orang yang mencoba mendapatkan informasi mengenai gubernur Kota Batu Hitam, pemilik toko ini cukup pintar untuk menghindari menyebut Gu Ruoyun sebagai 'gubernur'. Sebaliknya, dia menyebut Gu Ruoyun dengan panggilan lain.
"Itu tidak perlu, berikan saja potongan harga padaku." Gu Ruoyun tersenyum dan menoleh pada Murong Yan, "Aku akan segera pergi setelah perjamuan ini jadi aku akan fokus pada peningkatan kekuatanmu. Jika kamu ingin kekuatanmu meningkat, kamu harus memiliki senjata yang bisa membuatmu bangga."
"Aku mengerti."
Murong Yan tidak mengatakan hal lain saat tatapannya menyapu ke setiap senjata dalam toko tersebut. Tiba-tiba, matanya bersinar dan dia berjalan ke arah pedang bermata dua berwarna merah. Namun, sebelum dia menyentuhnya, sebuah tangan terjulur dari sampingnya dan merampas pedang tersebut.
"Aku ingin pedang ini, kamu harus membiarkanku mengambilnya!"
Suara itu berasal dari seorang wanita muda berpakaian merah. Dia membelai pedang itu dengan lembut sambil melihatnya dengan penuh cinta. Ketika dia melihat Murong Yan yang tercengang, secercah ejekan terlihat di matanya.
Dulu, Murong Yan pasti akan langsung mengajak wanita berpakaian merah ini bertengkar.
Tapi sekarang, setelah mengalami banyak hal, dia tidak pemarah seperti dulu lagi. Jadi, bahkan ketika senjata yang dia inginkan dirampas di depan matanya, dia tetap tersenyum sopan dan bersahabat.
"Nona Besar, tempat ini berbasis siapa cepat dia dapat. Aku melihat pedang ini lebih dulu tetapi jika kamu sangat menyukainya, tidak masalah untukku. Lain kali, tolong jangan terlalu kasar."
Raut wajah wanita berpakaian merah sangat berubah saat dia melemparkan senjata di tangannya pada pelayan yang mengikutinya dan mengejek dingin. Dia mengangkat dagunya yang seputih salju dengan sombong, "Kamu tidak tahu siapa aku?"
Murong Yan tertawa dingin sambil menatap tanpa takut pada mata wanita berpakaian merah.
Murong Yan mungkin sudah kehilangan sifat perangai buruknya yang dulu tetapi bukan berarti dia akan membiarkan dirinya ditindas.
"Aku adalah putri sulung dari gubernur Kota Jauh Surgawi. Lalu mengapa jika kamu melihat pedang ini lebih dulu? Sekarang aku juga telah melihatnya, jadi ini milikku!"