Istri Liar Kaisar Jahat

Sebuah Ancaman (2)



Sebuah Ancaman (2)

"Apa katamu?"     

Murong Yan terhuyung ke belakang dan wajahnya pucat sambil menggelengkan kepala. "Tidak mungkin, Nona Gu pasti akan menyelamatkan kakek!"     

"Adikku yang baik, karena aku sudah datang menemuimu hari ini, sudah seharusnya kamu tahu bahwa racun dalam tubuh kakek sudah berjalan sesuai rencana! Temanmu mencelakai kakek dengan sengaja. Jika tidak, dia tak akan menyebutkan mengenai lima hari! Hal yang paling lucu adalah kamu membiarkan orang lain memperalat dirimu seperti seorang pecundang. Sekarang, satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan kakek adalah aku. Lebih baik kamu memikirkan ini; akankah kamu percaya pada orang asing atau menyelamatkan kakek. Orang yang sangat kamu sayangi sejak kecil!" Murong Rou'er tersenyum dan matanya dipenuhi aura dingin.     

"Murong Rou'er, dia juga adalah kakekmu!" Murong Yan berteriak marah dan mengepalkan tinjunya begitu keras sampai bergetar.     

Matanya dipenuhi keputusasaan.     

Kakak tiri yang aku percaya selama bertahun-tahun benar-benar melakukan hal seperti itu!     

Bagaimana mungkin aku tak merasa sangat kecewa?     

"Kakek?"     

Murong Rou'er tertawa. Dia menyipitkan matanya yang bersinar dengan cahaya dingin, "Jika dia benar-benar kakekku, mengapa dia memperlakukanku dengan tidak adil? Apa haknya sehingga lebih menyayangimu daripada aku? Mungkinkah aku bukan cucunya? Jika dia benar menyayangiku, dia seharusnya sudah mengusirmu dari keluarga agar kehadiranmu tak akan mengganggu pandanganku! Orang bodoh seperti dirimu tak pantas membawa nama Keluarga Murong!"     

"Murong Rou'er!" Murong Yan sangat berharap bisa meninju wajah Murong Rou'er. Namun, dia tak melakukannya, "Apa yang kamu inginkan?"     

"Lakukan seperti perintahku dan aku akan mengeluarkan racun kakek."     

Murong Rou'er tertawa lembut, "Bahkan jika kakek bangun dan melindungimu, kamu tetap akan dihukum mati. Para Tetua di keluarga kita tak akan mengampunimu!"     

Murong Yan menghela nafas dalam-dalam dan perlahan menutup mata. Pundaknya gemetar.     

Setelah jeda yang panjang, dia menggertakkan gigi dan menjawab, "Baiklah, aku janji. Murong Rou'er, lebih baik kamu memegang kata-katamu sampai akhir!"     

"Jangan khawatir, asalkan kamu mati dan menyalahkan kedua temanmu, aku akan menyelamatkan kakek."     

Murong Rou'er sendiri tak menyangka Murong Yan akan setuju melakukan hal seperti itu dan sudah begitu gelisah selama perselisihan mereka.     

Ku rasa di seluruh dunia ini, hanya orang bodoh ini yang mau mengorbankan dirinya untuk orang lain.     

...     

Dalam gedung, dibawah sinar matahari yang terang.     

Sekelompok pengawal mengelilingi seluruh gedung, tak meninggalkan celah tanpa pengawasan.     

kebanyakan dari kelompok itu adalah beberapa pria tua. Salah-satunya adalah orang yang tampak akrab bagi Gu Ruoyun, Tetua Er! Dia mungkin pimpinan kedua di antara para tetua, tapi pimpinan pertama saat ini sedang berada jauh dari rumah. Jadi, tentu saja, Tetua Er akan menjadi pembuat keputusan.     

"Lu Shaochen, minggir!"     

Tetua Er mengerutkan kening sambil berbicara dingin pada Lu Shaochen yang berdiri di jalan mereka.     

"Maaf, para tetua. Jika kalian ingin bertemu Tuan, kalian harus datang lagi besok!" Lu Shaochen melirik pintu kamar yang tertutup dan berdiri dengan kokoh di depan itu, menolak bergeser satu langkah pun!     

Tetua Er mencemooh dingin, "Lu Shaochen, jangan pikir kamu bisa bertindak sesuka hati hanya karena kamu adalah murid dari Orde Salju! Ini adalah rumah Keluarga Murong! Tak ada yang bisa menolongmu sekarang. Minggir jika kamu tahu mana yang baik untukmu!"     

"Aku bilang tidak!"     

Lu Shaochen tertawa dingin dan tetap berdiri di depan pintu, tidak bergeser seincipun.     

BUM!     

Tiba-tiba, energi dari dalam tubuh setiap tetua mulai berputar. Mereka semua bermaksud mengarahkannya pada Lu Shaochen, sepenuhnya berniat menghancurkannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.