Istri Liar Kaisar Jahat

Kemarahan Serigala Roh Salju (2)



Kemarahan Serigala Roh Salju (2)

Serigala Roh Salju tampaknya tidak mendengar ucapan pria berpakaian merah saat mereka melolong dan menyerbu kedepan. Saat para hewan roh menyerang, Padang Salju langsung dipenuhi lapisan kabut putih tebal yang membuat suhu udara menurun beberapa derajat.     

Bai Yin mencengkeram pedang di tangannya dan menatap dengan gugup pada Serigala Roh Salju yang akan datang. Jarak antara keningnya penuh waspada.     

"Bunuh mereka!"     

Pria berpakaian merah bangkit dan merendahkan kepalanya secara perlahan di bawah langit terang bulan yang jernih dan dingin.     

Setelah mendengar perintah dari Raja Besar, semua orang menarik senjata mereka dan menyerbu ke arah Serigala Roh Salju, mengabaikan jumlah hewan roh yang sangat banyak.     

Begitulah cara orang-orang dari Wilayah Teratai Merah!     

Dalam Wilayah ini, mereka hanya akan mendengar setiap perintah dari pria berpakaian merah! Bahkan jika Raja Besar meminta mereka mati, mereka akan tanpa ragu mengakhiri hidup mereka.     

Di tengah-tengah Padang Salju, kilatan jubah merah sangat menyilaukan mata. Jubahnya menyinari gelapnya malam bagaikan matahari merah yang terik.     

Pria berpakaian merah tidak melakukan pergerakan, malahan, diam-diam dia memperhatikan pertarungan di Padang Salju saat jarak antara alisnya dipenuhi rasa percaya diri dan keangkuhan. Sedikitpun dia tidak merasa khawatir tentang bawahannya yang akan kalah terhadap para hewan roh bajingan di Padang Salju ini.     

"Apa kamu tidak akan membantu?"     

Saat Gu Ruoyun menyaksikan orang-orang yang sedang bertarung dengan susah payah, dia menoleh pada pria berpakaian merah dan bertanya.     

"Jika aku harus melakukan segalanya, apa gunanya mempunyai mereka?" Pria berpakaian merah mengangkat keningnya dan suaranya penuh percaya diri, "Apa kamu tahu cara membuat pasukanmu menjadi menakutkan, sangat menakutkan sehingga orang lain akan takut padamu?"     

Gu Ruoyun menaikkan sebelah alis tetapi tidak mengatakan apapun. Seolah-olah dia sedang menunggu ucapan pria berpakaian merah yang selanjutnya.     

"Kegilaan!" Pria berpakaian merah terkikik dan menoleh pada Gu Ruoyun, "Tak ada gunanya jika aku hanya menjadi gila sendiri. Jika aku ingin orang lain takut padaku, aku perlu sekelompok pria gila! Demikianlah, bawahan-bawahanku semuanya orang-orang gila yang tidak takut mati! Di daratan utama ini, pertarungan sangat kejam. Pemenang adalah raja dan pecundang adalah musuh! Selama kami menang, tak peduli taktik macam apa yang kami gunakan, kami tetaplah raja! Dan orang yang bisa bertahan di daratan utama yang kejam ini hanya dengan kegigihan. Hal ini merupakan kesimpulan dari pengalamanku selama dua puluh tahun. Jika bukan karena kenyataan aku berani dengan gigih menantang orang lain, aku tak akan mencapai tingkatan ini."     

Ini adalah apa yang pria berpakaian merah ajarkan pada bawahan-bawahannya!     

Mereka hanya akan berkembang jika dia pergi dan membiarkan mereka bertarung!     

Mereka tak akan lagi takut disakiti! Jika mereka tak pernah merasakan sakit, bagaimana mereka bisa menjadi lebih kuat? Tak ada perjalanan manusia yang akan selalu mulus sepanjang waktu dan semua orang pasti merasakan sakit dari masa kecil hingga dewasa sebelum mereka berdiri di puncak kemanusiaan!     

Gu Ruoyun terdiam untuk sesaat.     

Bagaimanapun, pria berpakaian merah tidak seperti diriku. Xiao Hei memiliki ruang yang tak terbatas untuk membuat bawahan-bawahanku berkembang dan aku juga mempunyai pil yang tak terhitung untuk menyembuhkan mereka.     

Walaupun begitu, para anggota Sekte Iblis telah kembali dari banyak pertarungan. Kalau tidak, Sekte Iblis tidak akan mengalami perkembangan.     

Seorang kultivator kuat yang tak pernah mengalami bahaya tak bisa dianggap sebagai kultivator kuat yang sebenarnya.     

Pertarungan di Padang Salju menjadi semakin panas. Banyak Serigala Roh Salju melolong dan tersungkur dalam genangan darah saat mereka mati. Meski begitu, anggota kelompok pria berpakaian merah juga tidak lebih baik. Beberapa orang bahkan kehilangan kekuatan untuk menyerang balik.     

Salju yang awalnya terlihat putih kini ditutupi dengan darah.     

Wajah Bai Yin menjadi semakin pucat. Dibawah angin musim salju yang menusuk, setiap hembusan nafasnya membawa kabut putih. Dia menggenggam pedang panjang yang berlumuran darah di tangannya dan menyerbu ke arah gerombolan Serigala Roh Salju lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.