Istri Liar Kaisar Jahat

Murka Raja Hewan (2)



Murka Raja Hewan (2)

Wen Yan mengangkat kepalanya perlahan. Lalu matanya beralih pada sosok Gu Ruoyun yang telah menghilang dan tatapannya tidak lagi menunjukkan kelembutan yang tenang. Yang ada di tempatnya hanyalah ketenangan yang dingin.     

"Aku mengerti."     

Namun…     

Wen Yan merendahkan kelopak mata, menyembunyikan sinar dalam matanya. Suaranya seperti telah melewati jiwanya, mencapai telinga Tian Qi.     

"Tian Qi, jika aku tidak melakukan upaya atau strategi untuk balas dendamku, akankah kamu membantuku?"     

Untuk beberapa saat semuanya hening dalam jiwanya sebelum terdengar suara lembut seorang wanita.     

"Tuan, aku tak peduli apakah kamu adalah manusia atau iblis. Sejak aku mulai mengikutimu, kamulah orang yang aku janjikan kesetiaanku. Sekalipun kamu adalah iblis di mata dunia, kamu akan selalu menjadi pemuda yang mulia, baik dan bagaikan permata di hatiku. Dalam hidup ini, aku pasti akan melalui segala jalan berduri bersamamu dan membuat jalan setapak yang dipenuhi sinar matahari!"     

Wen Yan tersenyum.     

Senyumannya dipenuhi kehangatan. Namun, matanya masih mengandung tatapan dingin yang tak bisa dilelehkan.     

"Telah diputuskan! Sekalipun aku menjadi perwujudan iblis, aku akan membalaskan dendamku tanpa melakukan segala upaya dan strategi! Sekalipun…"     

Sekalipun aku memperalat orang-orang tertentu yang seharusnya tidak diperalat!     

Pak Tua Jiang menyadari kebencian yang tak berubah dalam mata Wen Yan dan perasaan gelisah perlahan muncul dalam hatinya.     

Pada akhirnya, kegelisahan tersebut berubah menjadi desahan nafas dari mulutnya ketika wajahnya dipenuhi senyum kecut.     

Anak ini, Wen Yan, telah menderita terlalu banyak rasa sakit dari usia muda sampai masa pertumbuhannya dihabiskan dalam penyiksaan! Aku tak tahu apakah ini akan menjadi berkat atau kutukan jika hal ini terus berlanjut?     

Tentu saja, Pak Tua Jiang juga tahu bahwa anak itu tidak akan mendengarkan kata-kata yang baru saja dia pikirkan.     

"Mungkin aku harus memberitahu Gadis Gu tentang masalah Wen Yan. Ini bukan hanya demi Gadis Gu tetapi untuk memastikan agar Wen Yan tidak terus hidup dalam kebencian. Ini benar-benar tidak akan ada gunanya bagi Wen Yan."     

Beberapa orang bisa berkembang cepat karena kebencian.     

Namun, ada orang yang akan kehilangan semua rasa rasionalitas karena kebencian mereka.     

Pak Tua Jiang selalu khawatir Wen Yan akan berubah menjadi sebaliknya.     

...     

Kota Utama.     

Suara berisik dapat terdengar di sepanjang jalanan besar dan kecil yang ramai. Namun, pada saat inilah Gu Ruoyun tiba-tiba menghentikan langkah ketika tatapannya menembus kerumunan, mendarat pada sosok gemuk dan berdaging.     

Si gemuk sedang berdiri dan melontarkan makian di depan sebuah kedai. Ekspresi marahnya menyebabkan daging gemuknya bergetar ketika matanya menatap tajam pada pemilik kedai yang bertubuh lebih kecil. Air liurnya terpancar kemana-mana yang hampir mendarat di wajah si pemilik kedai.     

"Itu hanya selembar kain, tetapi kamu membebankanku dengan dua keping emas? Apa kamu mencoba merampokku? Aku pernah merampok orang lain jadi tidak ada yang berani merampokku! Dasar bocah, apa kamu sudah bosan hidup? Katakan, berapa harga sapu tangan ini?"     

Bagaimana mungkin pemilik warung kecil dan kurus itu bisa menahan guncangan dari si gemuk? Tubuhnya sudah mulai gemetar sedari tadi. "Satu... Satu keping emas," dia tergagap dengan wajah pucat.     

Satu keping emas adalah satuan mata uang terkecil di daratan utama. Oleh sebab itu, harga yang diberikan pemilik kedai merupakan yang terendah. Setidaknya dia berpikir itu bisa membuat iblis ini pergi. Siapa yang mengira bahwa begitu si pemilik kedai memberi harga, si gemuk akan memelototinya lagi dan menendang kedai tersebut dengan keras?     

Pemilik Kedai sangat ketakutan sehingga mulai gemetar tak terkendali. "Tidak… tidak perlu membayar. Aku akan memberikan sapu tangan ini padamu. Gratis."     

"Apa?" Si gemuk sangat marah. Matanya terlihat seolah-olah dapat menyemburkan api ketika melotot pada si pemilik kedai yang kecil dan kurus itu. "Gratis? Kamu berani menyia-nyiakan waktuku untuk menawar selama setengah hari? Tidak, kamu harus memberinya harga hari ini. Kalau tidak, aku tak akan pergi!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.