Istri Liar Kaisar Jahat

Reruntuhan, Harta Peninggalan (9)



Reruntuhan, Harta Peninggalan (9)

Gu Ruoyun menatap Tetua Mei dengan terkejut. "Kebanyakan khazana berharga dalam reruntuhan biasanya dijaga oleh hewan roh yang kuat. Dan juga, apa yang membuatmu berpikir bahwa khazana ini adalah hadiah untuk kalian? Kamu hanya perlu merenungkan lebih jauh untuk mengetahui bahwa pasti ada bahaya di depan. Itu benar-benar masuk akal, bukankah begitu? Dan untuk bahaya macam apa, bagaimana aku bisa mengetahuinya? Aku melihat bagaimana kamu bertarung untuk khazana yang kamu inginkan jadi kupikir kamu pasti cukup percaya diri untuk menghadapi bahaya apapun."     

"Kamu…" Tetua Mei sangat marah sehingga wajahnya memerah dan melotot pada Gu Ruoyun dengan masam. Gadis sialan ini menuduh kami kekurangan akal sehat?     

"Lupakan, Tetua Mei, lagipula itu bukanlah kerugian besar. Anggap saja… kita tidak mendapat khazana itu sebelumnya."     

Tetua Yun takut pria berjubah hitam akan menjadi marah jadi dia bergegas menghentikan Tetua Mei. Lalu dia menggelengkan kepala dan mengatakan, "Jangan lupa, kita kesini untuk harta peninggalan. Jika kita bisa mendapat harta peninggalan, itu akan menjadi lebih penting daripada khazana yang tadi."     

Tetua Mei menghela nafas dalam-dalam ketika mendengarnya dan menekan kemarahannya. Dia melotot pada Gu Ruoyun dengan geram tetapi berpaling dan tidak mengatakan apapun.     

Pada titik ini, hatinya merasa sangat kesakitan!     

Tetua Yun mengerutkan bibir dan menatap Gu Ruoyun dengan ekspresi sulit di matanya sebelum mengikuti Tetua Mei dan berjalan pergi.     

Semua orang juga menyalahkan Gu Ruoyun. Jika dia memperingatkan mereka sebelumnya, akankah hal ini terjadi?     

"Semuanya kesalahanmu!"     

Seorang kultivator tak bisa menahan kejengkelannya. Dia menyerbu ke arah Gu Ruoyun dengan mata penuh kegilaan sambil berteriak, "Kesalahanmu sehingga aku kehilangannya setelah mendapatkan khazana ini! Selanjutnya, kakakku kehilangan nyawa demi khazana itu. Ini adalah kesalahanmu dia mati sia-sia! Mengapa kamu tidak memperingatkan kami terlebih dulu? Mengapa?"     

Pria itu berteriak marah sambil melotot pada Gu Ruoyun dengan mata memerah.     

Seolah-olah Gu Ruoyun telah membunuh kakak laki-lakinya.     

Saat itu, kerumunan melupakan bahwa jika bukan karena keserakahan mereka sebelumnya, mungkin mereka tidak akan kehilangan banyak nyawa. Mereka juga tak akan bertemu hewan roh kuat ataupun mengalami kesedihan atau kerugian selanjutnya!     

Akan tetapi, mereka tak menganggapnya sebagai kesalahan mereka sendiri. Mereka hanya tahu bagaimana cara melemparkan masalah mereka pada orang lain dan melampiaskan kemarahan mereka.     

Stab!     

Akhirnya pria berjubah hitam bergerak ketika kultivator itu menyerang ke arah Gu Ruoyun!     

Sebuah pisau tajam di tusukkan ke arah kultivator itu dan memotong tenggorokannya. Darah mulai tercurah bagaikan bunga mawar merah yang mekar dan perlahan-lahan menetes di tubuh kultivator tersebut.     

"Aku tak akan memberi kalian semua kesempatan kedua!"     

Dia tak akan pernah memberi mereka kesempatan untuk menyakiti gadis ini!     

Ketika mati, kultivator itu melotot geram pada Gu Ruoyun. Tatapan kejamnya bagaikan ular berbisa, yang menembus melalui kulit Gu Ruoyun. Jika tatapan dapat membunuh, mungkin Gu Ruoyun sudah tercabik-cabik dibawah tatapan semua orang.     

Gu Ruoyun mengerutkan kening ketika matanya menoleh pada pria berjubah hitam. "Kamu sudah menolongku berulang-ulang kali dan masih mengatakan bahwa kita tidak saling mengenal?"     

Punggung pria berjubah hitam menjadi kaku. "Dia membuatku jengkel!" Jawabnya dengan suara serak.     

Pria berjubah hitam membunuhnya karena dia dibuat jengkel oleh kultivator itu?     

Tak seorangpun di tempat itu yang mempercayai penjelasannya, apalagi Gu Ruoyun. Namun, sangat jelas karena tindakannya, tak ada yang berani menyebabkan masalah pada Gu Ruoyun.     

Pria berjubah hitam tidak mengatakan apapun ketika berjalan menuju ujung reruntuhan yang lebih dalam.     

Gu Ruoyun termenung sambil menatap punggung pria itu…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.