Tantangan (5)
Tantangan (5)
Wen Ya menghela nafas dalam-dalam saat memikirkannya dan memberi senyuman indah di wajahnya, "Gu Ruoyun, aku pikir kamu akan mempertimbangkan kenyataan bahwa kita berdua memasuki Orde Rahasia pada saat bersamaan dan setuju untuk menggabungkan kekuatan bersamaku. Aku tak menduga orang yang cerdas seperti dirimu tidak tahu mana yang baik untukmu."
Kemudian dia menatap Gu Ruoyun dan berbicara perlahan, "Selain itu, biar kuberitahu sesuatu padamu, hanya anggota Orde Rahasia yang diizinkan mendapatkan harta peninggalan mereka. Bagaimanapun, hanya satu orang yang diizinkan memiliki peluang ini setiap tahun. Namun kini, kamu, sebagai orang luar, telah mengambil harta peninggalan itu. Ada banyak orang di Orde Rahasia yang merasa tidak senang akan hal ini. Kemudian, banyak orang yang akan menantangmu. Jika kamu menggabungkan kekuatan denganku, aku bisa meminta Utusan Kiri untuk melindungimu. Kalau tidak, kamu yang tidak punya kerabat ataupun kegunaan di Orde Rahasia, aku khawatir kamu tidak akan sanggup bertahan lebih lama."
Zi Yun sangat marah dan melotot pada Wen Ya. Baru saja dia akan memberitahukan bahwa sekarang Mu Chu sudah tidak berdaya untuk mempertahankan diri, tetapi dia disela oleh suara tenang Gu Ruoyun.
"Jika tujuanmu kemari hanya untuk masalah ini, kamu bisa pergi sekarang. Aku tidak tertarik menggabungkan kekuatan dengan Keluarga Wen."
Ekspresi Wen Ya berubah sangat dingin. Dia tertawa dingin saat tatapannya yang bagaikan belati beralih ke arah Gu Ruoyun.
"Gu Ruoyun, aku sudah memberimu peluang tetapi kamu tidak menghargainya. Jangan salahkan aku karena tidak membantumu nanti."
Setelah mengatakan bagiannya, dia berbalik dan berjalan keluar gedung tanpa keraguan.
Segera, sosoknya menghilang dari pandangan.
Gu Ruoyun terdiam sambil menatap sosok kepergian Wen Ya. Setelah jeda yang panjang, dia berkata, "Zi Yun, Chu Luo, Wen Ya benar tentang satu hal, para murid Orde Rahasia sangat mendambakan harta peninggalan. Mereka berusaha keras agar bisa mendapat peluang menerima harta peninggalan itu. Kini, aku sudah mengambil peluang tersebut. Mereka tidak akan membiarkan kita berkultivasi dengan tenang. Kalian harus bersiap untuk menghadapi mereka setiap saat."
Hanya karena Orde Rahasia menyembunyikan diri dari dunia selama bertahun-tahun bukan berarti semua orang bersatu untuk satu tujuan. Bagaimana mungkin tidak ada perkelahian dalam orde kuno seperti ini? Mereka hanya bersatu di hadapan orang luar. Secara internal, mereka akan bertengkar atas peningkatan seperti kelompok-kelompok lainnya.
Jika sebuah orde kehilangan kekuatan kompetitifnya, orde itu akan sangat dekat dengan kehancuran.
Hanya semangat kompetitif yang kuat yang akan mendorong murid orde untuk berusaha keras dalam berkultivasi.
Oleh sebab itu, para tetua Orde Rahasia menerima hal ini dengan bijaksana.
"Suhu," Zi Yun terkejut dan menatap Gu Ruoyun dengan bingung. "Tetua Tianren tampaknya memperlakukan suhu dengan sangat baik. Dengan adanya dirinya, mungkin tak seorangpun yang akan berani menyebabkan masalah pada kita. Kalau tidak, Utusan Kiri tidak akan menerima hukuman berat seperti itu."
Gu Ruoyun menggelengkan kepala, "Tetua Tianren menghukum Utusan Kiri karena dia menggunakan posisinya untuk melakukan kesalahan pribadi. Dia tak hanya mencegah kita memasuki Orde Rahasia, dia juga secara mencelakai kita secara diam-diam! Namun, itu adalah masalah yang sepenuhnya berbeda setelah kita memasuki Orde Rahasia. Hanya yang mampu yang pantas menerima harta peninggalan. Jika kita tidak bisa mengatasi pada murid yang tidak penting itu, bagaimana kita berhasil menerima harta peninggalan? Karena itu, jika seorang murid benar-benar menyebabkan masalah pada kita, Tetua Tianren tidak akan membela kita. Mungkin dia akan mengizinkan sikap semacam ini."
"Suhu, apa itu tidak akan merepotkan kita nanti?" Zi Yun mengerutkan kening dan bertanya khawatir.
Gu Ruoyun tersenyum tenang dan menjawab dengan tak peduli seperti biasanya, "Karena sekarang kita sudah ada disini, mungkin kita akan menetap dan melakukan yang terbaik. Jika murid Orde Rahasia benar-benar datang dan menantang kita, aku tidak takut apapun!"