Lin Xue Yang Tak Punya Otak (4)
Lin Xue Yang Tak Punya Otak (4)
Lin Xue mengingat rencananya dan tersenyum puas.
"Xue'er! Apa kamu hanya akan puas jika nyawamu melayang?" Wajah Lin Yang penuh kemarahan. "Apa kamu masih tidak tahu kepribadian Raja Besar? Dia akan membunuhmu, dia benar-benar akan membunuhmu! Raja Besar bukanlah orang yang berbelas kasih pada wanita! Aku dengar pernah ada wanita bernama Bai Yin di Kediaman Raja Besar. Wanita itu bahkan bertarung disamping Raja Besar selama bertahun-tahun. Pada akhirnya, Raja Besar membunuhnya demi Nona Sulung!"
Lin Xue menekan bibirnya dengan tak peduli, "Mereka pasti sangat bodoh dan tidak membius Raja Besar! Raja Besar adalah pria bertanggung jawab. Asalkan semuanya terjadi, kita tidak perlu takut membuatnya mengakui hutang tersebut. Kakak, kamu akan diusir dari Kediaman Raja Besar besok. Kita hanya punya waktu malam ini! Tak ada waktu yang tersisa."
"Xue'er!"
Lin Yang menatap adiknya yang keras kepala dengan frustasi.
Mengapa dia tidak melihat keadaan sebelum ini? Raja Besar sama sekali tidak memperdulikannya. Sekalipun rencananya berhasil, Raja Besar tak akan bertanggung jawab atas keadaannya yang sulit. Mungkin Raja Besar bahkan akan membunuhnya setelah mengatasinya!
"Kakak, jika kamu menolak membantuku, aku akan melompat."
Lin Xue berlari ke tepi danau dan berbalik menatap Lin Yang sambil mengancam untuk melompat.
"Sudah ku katakan, jika aku tidak mengandung anak Raja Besar, aku akan bunuh diri di hadapanmu!"
"Kamu…" Jantung Lin Yang berguncang keras. Dia menutup mata sebelum membukanya lagi beberapa saat. Dia memandang Lin Xue dan berkata, "Aku mengerti, aku akan membantumu, Xue'er. Aku hanya berharap kamu tak akan begitu keras kepala mulai sekarang."
Lin Xue tersenyum puas seolah-olah tak melihat ekspresi pucat di wajah kakaknya.
"Aku yakin akan memberi Raja Besar seorang anak lelaki. Kemudian, Nyonya dan Nona Sulung akan bergantung pada keinginanku untuk bertahan hidup. Adapun Wilayah Teratai Merah, aku tak akan pernah menyerahkannya pada orang luar! Takhta Wilayah Teratai Merah hanya akan diwarisi oleh seorang anak laki-laki!"
…
Perjamuan berlangsung cukup lama sebelum berakhir. Namun, Raja Besar masih punya banyak urusan untuk diselesaikan. Karena itu, dia meminta Dongfang Yu pulang dan beristirahat lebih dulu sementara dia mengatur beberapa masalah.
Bagaimanapun, segalanya harus teratur sebelum dia menyerahkan Wilayah Teratai Merah kepada Gu Ruoyun.
Di ruang belajar.
Kepala Raja Besar Hong Lian terbenam dalam tumpukan dokumen dan keningnya berkerut dan mengendur dari waktu ke waktu. Tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu ruangan. "Raja Besar, dapur mengirimkan cemilan tengah malam. Bisakah aku masuk?"
"Masuklah."
Jawab Raja Besar acuh tak acuh.
Seorang pesuruh memasuki ruang belajar. Dia membawa semangkuk bubur biji teratai sambil perlahan-lahan berjalan menuju Raja Besar.
Raja Besar mengambil sendok, dan mencicipi dengan hati-hati. Dia mengerutkan kening pada suapan pertama, "Apakah bubur biji teratai ini tidak disiapkan oleh Nyonya?"
"Melapor pada Raja Besar, bubur ini disiapkan oleh pelayan dapur."
"Oh begitu." Raja Besar Hong Lian mengangguk dan mengerutkan kening. "Aku bertanya-tanya mengapa rasanya sangat berbeda dengan yang Nyonya siapkan. Aku lebih suka bubur biji teratai yang dibuat Nyonya jadi akan ku hadiahkan semangkuk bubur ini padamu."
Wajah pesuruh itu penuh kebahagiaan.
Kebahagiaannya bukan karena bubur biji teratai itu, tapi karena ini adalah hadiah dari Raja Besar.
"Sudah mulai larut dan aku akan pulang dengan Nyonya. Kamu boleh pergi setelah selesai makan bubur biji teratai ini."
Setelah berbicara, Raja Besar Hong Lian berdiri dan meninggalkan ruang belajar, menutup pintu saat keluar.