Tanah Tanpa Kembali (1)
Tanah Tanpa Kembali (1)
Seluruh istana telah menghilang ketika Yun Luofeng melambaikan tangannya! Istana itu benar-benar menghilang, hanya dengan lubang yang besar untuk membuktikan semuanya yang terjadi tadi.
Ratu hamster itu terkejut dengan bodohnya.
Semua orang-orang suku hamster sangat terkejut.
Pada saat ini, sebuah perasaan muncul di hati mereka. Mungkin mereka tidak akan menyesal mengikuti manusia ini! Dia bisa membuat istana mereka menghilang dengan sebuah lambaian tangan dan berapa banyak orang di dunia ini yang bisa melakukan hal yang menantang surga seperti itu?
Akankah seseorang yang memiliki kekuatan ajaib seperti itu adalah orang biasa?
Mata Yun Luofeng menyapu para hamster yang dengan bodoh terkejut. "Ingat, tidak perlu memikirkan tentang apa pun yang terjadi ketika kau mengikutiku. Selama kau melakukan tugasmu, aku pasti akan memberikanmu dunia yang luas!"
Suara Yun Luofeng berubah dari yang awalnya tenang menjadi bersemangat, dari rendah menjadi tinggi ketika memimpin semua emosi hamster ini.
Tubuh ratu hamster ini gemetar dan kerangka pikirannya mengikuti dan melonjak. Sebuah dunia yang luas? Bukankah itu adalah semua yang mereka inginkan? Mulai dari sekarang, mereka tidak lagi harus bersembunyi di dalam bawah tanah yang gelap dan mereka bisa berada di tempat yang sama dengan binatang buas spiritual lainnya dan berkeliaran di seluruh dunia ini.
"Tuan Putri, suku hamster ini akan mengikuti perintahmu dengan patuh mulai dari sekarang!" Ekspresi ratu hamster menjadi hormat saat suaranya berteriak dengan bersemangat.
"Kau bisa mulai bekerja."
Yun Luofeng melirik para hamster pencari emas yang berdiri dengan padat dan memasuki ke dalam keadaan merenung. Dengan beberapa hamster pencari emas menggali terowongan, tidak akan lama lagi Yun Luofeng akan bisa tiba di Tanah Tanpa Kembali ….
Tanah Tanpa Kembali, di dalam sebuah kediaman yang mewah.
Seorang wanita yang sedang berdiri di depan meja dengan tangannya memegang sebuah kuas dan menulis dengan fasih di atas sebuah kertas. Ada konsep kreatif untuk sebuah lukisan itu dan tulisan tangan berada di satu sisi yang tegak lurus, seperti tanda tangan pribadinya. Berani dan tampak tangguh, bersinar dengan kesehatan dan semangat.
Wanita ini memiliki ekspresi yang gagah dan rambutnya diikat setinggi pinggangnya. Seluruh tubuhnya yang mengenakan jubah merah yang indah membuat keseluruhannya tampak lebih penuh semangat dan mampu menyebabkan jatuhnya sebuah kota atau ibu kota.
Pintu ruangan itu didorong terbuka, dan di waktu yang sama kuas wanita itu telah selesai dengan coretan terakhirnya di kertas. Wanita itu dengan lembut meratakan lukisan itu dan mengangkatnya dengan hati-hati. Di dalam lukisan itu ada seorang anak kecil yang digandeng oleh wanita berjubah merah dan ekspresi anak kecil itu agak tak berperasaan, sementara matanya hitam seperti malam, sangat sulit dipahami.
"Kakak Ye."
Melihat pada pria yang berjalan masuk ke dalam ruangan, wanita berjubah merah itu tersenyum. Senyumnya seperti bunga mekar yang membuat jiwa seseorang terharu.
"Bagaimana menurutmu lukisanku? Bagaimana kalau kita menggantungnya di kamar tidur?"
Pria itu berjalan ke arahnya dan tersenyum sedikit sambil memeluk wanita berjubah merah itu. Wajah tampannya memiliki senyum yang memanjakan. "Jika kau menginginkannya maka kita akan melakukannya seperti yang kau suka. Selain itu, aku datang ke sini karena aku punya sebuah berita baik untukmu."
"Kakak Ye, kau tahu apa yang paling aku inginkan. Apa yang aku inginkan adalah kembali ke benua itu!" Wanita berjubah merah itu menggelengkan kepalanya saat wajah gagahnya mengandung rasa cemas, "Sayangnya, binatang buas tingkatan sage yang menjaga Hutan yang Tidak Pulang Kembali itu belum memasuki keadaan tidak aktif. Selama periode ketika mereka masih aktif, aku tidak bisa kembali."
Pria itu menjadi semakin lembut saat dia dengan erat memeluk tubuh gadis berjubah merah itu. "Apa yang aku ingin katakan padamu adalah Xiao'er telah memulai perjalanannya ke Tanah Tanpa Kembali. Menantu perempuan kita juga telah menemaninya dan segera, kau dan putramu akan bersatu kembali"
Pyak!
Tangan wanita berjubah merah mengendur dan lukisan itu jatuh. Dia bahkan tidak menyadari sedikit pun ketika tinta pada lukisan itu tercoreng saat sepasang matanya yang berbentuk kacang almond menatap pria itu.