Benua Roh Dewa (3)
Benua Roh Dewa (3)
"Gubernur, kau salah paham terhadap kami. Bagaimana mungkin kami merebut buah air liur naga milikmu? Aku berkata itu tadi hanya karena aku ingin Kediaman Gubernur kita untuk menjadi lebih kuat. Bukan karena keegoisanku dan aku minta pengertianmu."
Demi Kediaman Gubernur? Hati Hong Ling bahkan berubah menjadi lebih dingin sementara matanya yang menakutkan sekali lagi menyapu ke wajah-wajah yang tidak tahu malu itu sebelum berjalan ke halaman Kediaman ….
Saat ini, usus para penatua itu berubah menjadi hijau karena penyesalan. Jika mereka tidak menentang nona muda sulung dengan keras pada saat itu, mungkin … Gubernur tidak akan begitu kejam.
Sebenarnya, mereka semua salah paham terhadap Hong Ling.
Berselisih dengan para penatua itu bukan karena tentangan keras mereka, karena sebenarnya niat para penatua itu bisa dianggap sebagai pemikiran untuk Kediaman Gubernur Timur.
Namun … setelah kematian Hong Luan, para penatua itu tidak berduka atas kematian Hong Luan namun sebaliknya, berpikir mengenai bagaimana menjilat Yun Luofeng.
Tidak masalah jika mereka ingin menjilat Yun Luofeng. Masalahnya adalah, bagaimana kau memperlakukan Keluarga Yun pada saat itu! Dengan bersikap seperti itu sekarang, bukankah kalian bersikap pragmatis?
Dengan tidak mengusir para penatua itu dari Kediaman Gubernur Timur sudah memperlakukan mereka dengan adil, jadi bagaimana Hong Ling bisa membantu mereka meningkatkan kekuatan mereka?
….
Sewajarnya, Yun Luofeng tidak akan tahu hal ini terjadi di Kediaman Gubernur. Setelah dia pergi, Yun Luofeng segera berangkat ke Akademi Provinsi Barat bersama dengan Yun Xiao, sementara Wuyan dengan diam mengejar di belakang mereka.
Di dalam Akademi Provinsi Barat, Xu Kong saat ini sedang menceramahi seorang anak didik dan melihat Yun Luofeng yang berjalan masuk, mata Xu Kong langsung menjadi cerah.
"Uhuk, uhuk," Xue Ying terbatuk ringan dan berbicara pada pemuda yang sedang diceramahi sampai pemuda itu bahkan tidak bisa membantah. "Wu Fang, tinggalkan kami."
"Baiklah, Penatua Xue Ying." Pemuda bernama Wu Fang itu menjadi tenang dan berjalan keluar dari kantor penatua.
Walaupun nyaris tak terdengar, pemuda itu bisa mendengar penatua Xu Kong tertawa terbahak-bahak.
"Feng'er, mengapa kau datang?"
Langkah kaki Wu Fang terhenti sesaat dan ekspresinya mengandung kebingungan. Wu Fang mengerti kepribadian Gurunya dan kapan Gurunya pernah tertawa sangat lepas? Selain itu, latar belakang apa yang dimiliki wanita yang Gurunya panggil Feng'er itu?
"Kenapa?" Xue Ying memberikan tatapan menyalahkan pada Xu Kong. "Feng'er tidak boleh kembali untuk mengunjungi kita para orang tua?"
"Tidak, aku tidak bermaksud seperti itu. Hanya saja anak didik kesayangan kita ini tiba-tiba kembali dan aku terlalu terkejut …. " Xu Kong membelai hidungnya dan menjelaskan dengan lemah.
Wu Fang yang telah pergi dari kantor penatua tiba-tiba berhenti setelah mendengar penatua Xu Kong.
"Feng'er!"
Yang juga adalah anak didik dari berbagai penatua? Mungkinkah, dia adalah si jenius Yun Luofeng yang tiada tandingannya, yang mengguncangkan seluruh dunia?
Hati Wu Fang langsung berdebar-debar dan dia tidak bisa menahan kegemparan di dalam hatinya.
Oh Tuhan, jadi si jenius itu benar-benar anak didik dari akademi mereka dan dia bahkan telah bertemu dengan si jenius itu!
Wu Fang benar-benar ingin minta tanda tangan ….
Namun, mengingat kembali kepribadian kejam Gurunya, Wu Fang akhirnya tidak mempunyai keberanian untuk melangkah kembali ke kantor.
"Itu Feng'er yang lebih perhatian," Xu Kong tiba-tiba menghela napas. "Tidak seperti anak didik yang baru saja aku terima. Pada saat itu, aku merasa bahwa bakatnya cukup bagus. Walaupun dia tidak bisa dibandingkan denganmu, siapa yang tahu bahwa bocah kecil yang nakal itu sangat pandai mencari masalah."