DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

TERJEBAK



TERJEBAK

"Siapa yang kamu maksud dengan orang menyebalkan itu Nona Gladys?" tanya Jeevan sudah berdiri di belakangnya.     

Gladys menoleh kebelakang dan melihat Jeevan sudah berdiri persis di belakangnya.     

"Oh...itu, aku bercerita pada Ratna tentang temanku, dia sangat menyebalkan sekali." ucap Gladys dengan gugup merasa ketahuan Jeevan tentang pembicaraannya yang membicarakan tentang Jeevan.     

"Begitukah? apa kamu yakin kalau kamu membicarakan teman kamu? bukan aku?" tanya Jeevan lagi dengan memicingkan kedua matanya.     

"Benar Tuan! aku membicarakan teman aku! anda bisa tanya Ratna." ucap Gladys dengan wajah semakin merah. Sepertinya Jeevan masih mengejar kejujurannya.     

"Ratna, apakah benar yang dikatakan Gladys? kalau dia tidak membicarakan tentang aku tapi tentang temannya? ingat Ratna kamu sedang hamil tua kamu harus memegang kejujuran." ucap ucap Jeevan dengan tatapan penuh.     

Ratna menatap kearah Gladys dengan wajah pucat pasi, bagaimana dia bisa berbohong di saat dia sedang hamil yang bisa saja terjadi sesuatu padanya di saat dia melahirkan nanti.     

"Gladys, tolong maafkan aku. Aku harus bicara jujur pada Tuan Jeevan." ucap Ratna dengan wajah ketakutan.     

Gladys menelan salivanya tidak bisa berkata apa-apa lagi saat Ratna berniat jujur pada Jeevan tentang siapa yang dia bicarakan tadi.     

"Siapa dia, Ratna? apakah yang dibicarakan Nona Gladys itu adalah aku?" tanya Jeevan dengan tatapan tak berkedip.     

Dengan wajah pucat Ratna menganggukkan kepalanya tanpa bisa lagi berbohong.     

"Kenapa kamu hanya menganggukkan kepala saja Ratna? katakan apa aku yang dibicarakan oleh Nona Gladys?" tanya Jeevan seolah-olah membalas rasa malunya pada Gladys.     

Namun sebelum Ratna membalas ucapan Jeevan. Ratna dikejutkan oleh Gladys yang menampar pipi Jeevan dengan sangat keras.     

"Apa anda masih belum puas membuatku malu di hadapan Ratna. Apa anda ingin balas dendam padaku? katakan saja! itu benar kan?! aku juga bisa saja saat ini mengatakan pada mereka semua siapa anda sebenarnya!" ucap Gladys dengan kedua matanya berkaca-kaca meninggalkan Jeevan dan Ratna kembali masuk ke dalam ruangannya.     

Dengan air mata berderai Gladys membereskan barang-barangnya untuk segera keluar dari perusahaan Jeevan.     

Gladys tidak peduli lagi dengan pekerjaannya yang mungkin tidak dia dapat dari perusahaan lain. Tapi hati Gladys sudah terlanjur kesal dengan Jeevan yang selalu membuatnya emosi.     

"Anda mau ke mana Nona Gladys?" tanya Jeevan saat masuk ke dalam ruangan dan melihat Gladys sedang berkemas.     

"Kenapa masih bertanya aku mau ke mana? tentu saja aku mau pergi dari sini dan tidak akan kembali! aku akan mengundurkan diri daripada menghadapi balas dendam anda." ucap Gladys dengan suara pelan tapi penuh tekanan.     

"Anda tidak akan kemana-mana Nona Gladys! dan aku tidak akan menerima surat pengunduran dirimu! ini sudah keputusanku dan kalau anda tetap pada keinginan anda, aku akan menuntutmu karena telah melanggar aturan kontrak kerja yang sudah anda tanda tangani!" ucap Jeevan seraya duduk di kursinya.     

"Aaahhh!! sialan!! aku telah terjebak dengan pria gay ini! aku harus mencari cara agar bisa keluar dari perusahaan ini. Aku tidak peduli lagi dengan gaji yang besar daripada aku bisa gila bekerja pada pria gay gila ini!" ucap Gladys dalam hati sambil melempar tasnya di kursi.     

"Ya Tuhan!! beri aku kekuatan untuk bisa melawannya. Saat ini Jeevan gay ini sedang mengajakku berperang dan aku harus melawannya." ucap Gladys berniat membalas sikap Jeevan yang sudah menekannya dengan memberi dua pekerjaan padanya.     

"Nona Gladys." Panggil Jeevan seolah-olah tidak terjadi sesuatu apa pun antara dia dan Gladys.     

Tanpa membalas panggilan Jeevan, Gladys bangun dari duduknya dan menghampiri Jeevan.     

"Duduklah Nona." ucap Jeevan saat melihat Gladys hanya berdiri di hadapannya.     

Segera Gladys duduk diam di hadapan Jeevan.     

"Apa saja jadwal kerjaku hari ini?" tanya Jeevan menatap penuh wajah Gladys yang suram.     

"Ada meeting internal jam sepuluh di ruangan D dengan beberapa kepala bagian dan marketing perusahaan." ucap Gladys dengan nada dingin.     

"Kalau begitu, tolong siapkan semua berkas-berkasnya dan anda ikut denganku." ucap Jeevan dengan tenang.     

"Maafkan aku pak, pagi ini aku harus menyelesaikan laporan keuangan untuk aku serahkan pada kepala bagian keuangan." ucap Gladys sudah tidak peduli lagi dengan kemarahan Jeevan.     

"Anda bisa meminta bantuan pada salah satu bagian keuangan yang lain untuk membantu menyelesaikan laporan itu. Dan anda harus ikut denganku." ucap Jeevan seraya mengambil ponselnya untuk bersiap-siap menghadiri meeting internal.     

Gladys meremas kedua tangannya berusaha menahan emosinya.     

"Dengar Tuan Jeevan, tidak semudah itu aku memberikan tugas ini pada bagian keuangan yang lain kalau mereka tidak mengetahui prosesnya. Dan itu harus membutuhkan beberapa hari untuk mempelajarinya, sedangkan kepala bagian keuangan membutuhkannya hari ini untuk di serahkan pada Tuan Mark. Kenapa anda tidak berpikir kalau hal ini tidak semudah yang anda pikirkan." ucap Gladys dengan nada kesal.     

"Kalau begitu kerjakan laporan keuangan itu di saat istirahat kamu bisa makan dan kerja di sini." ucap Jeevan masih dengan sikap yang tenang.     

"Anda benar-benar sangat mengesalkan dan keras kepala Tuan Jeevan!" ucap Gladys kemudian kembali ke tempat duduknya dan meremas keras kertas yang ada di sampingnya.     

"Sekarang sudah jam setengah sepuluh Nona Gladys, tolong segera disiapkan semua berkasnya dan kita akan berangkat lebih awal. Kita harus memberikan contoh yang baik pada mereka untuk tidak terlambat di setiap meeting atau di setiap datang ke kantor." ucap Jeevan bangun dari duduknya sambil melihat jam tangannya.     

Dengan perasaan kesal Gladys membawa berkas untuk bahan meeting dan juga membawa laptop untuk mengetik hasil meeting internal dengan beberapa kepala bagian dan marketing perusahaan.     

Tiba di tempat ruang meeting D, Gladys menyiapkan segala sesuatunya di bantu staff khusus di setiap ada meeting di perusahaan.     

Tepat jam sepuluh semuanya yang di undang di dalam meeting sudah hadir tepat waktu. Jeevan sudah memulainya dengan materi meeting tentang cara efisien menaikkan omset perusahaan.     

Di mata Gladys, Jeevan bisa di katakan CEO yang punya dedikasi yang tinggi. Dan sangat handal dalam menjelaskan semua materi.     

Semua penjelasan Jeevan sangat mudah di mengerti dan masih di dengarkan oleh semua yang hadir di ruangan, hingga terdengar suara ponsel Jeevan berbunyi berulang-ulang membuat Jeevan terpaksa menghentikan penjelasannya dan menatap ke arah Gladys.     

"Nona Gladys, bisakah anda menerima panggilan ponselku? siapa tahu hal itu sangat penting." ucap Jeevan meminta bantuan Gladys untuk menerima panggilan ponselnya.     

Tanpa tersenyum Gladys mengambil ponsel Jeevan yang ada di atas meja dan menerimanya.     

"Sayang...kamu di mana sekarang? apa kamu di tempat kerja? bagaimana dengan makan siang kita nanti?" tanya seseorang yang bersuara mendesah dari suara seorang pria.     

Seketika wajah Gladys merah padam dan sangat terkejut mendengar ucapan pria itu dengan suara desahan yang menjijikkan itu.     

"Pasti dia adalah Ivan kekasih Tuan Jeevan! Sungguh mereka berdua sangat menjijikkan!" ucap Gladys langsung mematikan ponselnya Jeevan.     

"Dari siapa Nona Gladys?" tanya Jeevan dengan kedua alis terangkat.     

"Salah sambung!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.