DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

INGIN PULANG



INGIN PULANG

"Apa itu berarti kamu mencemaskan aku?" tanya Jonathan sambil memicingkan matanya mencari kejujuran di mata Nadia.     

Nadia menegakkan punggungnya, dengan wajah memerah.     

"Aku? aku mencemaskanmu? tentu saja tidak Tuan!! aku hanya berpikir siapa yang akan menggajiku kalau Tuan meninggal?" ucap Nadia seraya menjauh dari Jonathan menutupi rasa gugupnya karena tatapan Jonathan yang tak lepas menatapnya.     

"Hem...aku percaya padamu. Kamu wanita normal seperti wanita lainnya, yang lebih menyukai uang dari pada menyukai cinta." ucap Jonathan tanpa ekspresi di wajahnya.     

"Syukurlah kalau Tuan percaya itu. Tapi tujuanku lebih dari itu." ucap Nadia dengan tatapan penuh dan hati yang di penuhi dengan dendam. Apalagi mengingat ucapan Marcos yang mengharuskan bertunangan dengan Jonathan.     

"Oh ya...apa tujuanmu? menginginkan semua harta? kalau begitu kamu harus menikah dengan laki-laki yang kaya." ucap Jonathan dengan tatapan tak berkedip.     

"Tentu, apa aku harus menikah denganmu? dan bertunangan dulu denganmu?" ucap Nadia menatap kedua mata Jonathan mencari kejujuran atas jawaban Jonathan.     

"Uhukkk... Uhukkk...Uhukkk"     

Tiba-tiba Jonathan tersedak air salivanya, sangat terkejut dengan apa yang di katakan Nadia.     

Segera Nadia memberikan air putih pada Jonathan dengan tatapan heran.     

"Kenapa Tuan Jonathan sangat terkejut, bukankah Tuan mempunyai rencana seperti itu?" tanya Nadia memancing Jonathan lagi.     

Jonathan mengusap pelan dagunya yang basah terkena air sambil memicingkan matanya menatap Nadia yang menunggu jawabannya.     

"Dengar wanita liar, siapa yang mau menikah dan bertunangan dengan wanita liar dan sadis sepertimu? dalam mimpi pun aku tidak menginginkanmu. Kamu punya pantat tipis yang tidak mungkin aku sukai." ucap Jonathan dengan tenang.     

"Apa Tuan!? wanita liar dan sadis? aku punya pantat tipis?? dasar pria arogan!! sampai kapanpun tidak ada wanita yang mau dengan laki-laki yang hanya bisa berbaring di tempat tidur!! yang mau denganmu pasti wanita bodoh atau wanita yang ingin hartamu saja!!" ucap Nadia dengan tatapan kesal tanpa menyadari kata-katanya lagi kalau sangat melukai hati Jonathan.     

"Kamu benar! sudah cukup!! kamu sudah mengatakan semuanya tentang aku! seperti katamu, tidak ada wanita yang mau denganku kecuali wanita bodoh atau wanita matre. Kamu tidak ingin di katakan seperti itu kan? kalau begitu buang jauh-jauh pikiranmu untuk menikah atau bertunangan denganku!" ucap Jonathan dengan perasaan sakit.     

Nadia menegakkan punggungnya menyadari apa yang telah di katakannya pasti sangat melukai hati dan perasaan Jonathan.     

"Tuan Jonathan, maafkan aku. Aku tidak bermaksud mengatakan semua itu. Sebaiknya kita berdamai, bukankah aku perawat pribadimu? jadi...Tuan Jonathan harus sedikit baik padaku, aku juga akan baik padamu. Bagaimana Tuan?" tanya Nadia sudah pasti dengan pikirannya kalau Jonathan tidak terlibat dengan rencana pertunangan seperti yang di inginkan Marcos.     

"Kalau bukan Tuan Jonathan yang menginginkan pertunangan itu? lalu siapa? apa Tuan Marcos sendiri? tidak mungkin Tuan Marcos berani punya keinginan seperti itu." ucap Nadia dalam hati sambil menunggu jawaban Jonathan atas permintaannya.     

"Bagaimana Tuan Jonathan, apa Tuan setuju?" tanya Nadia lagi dengan wajah serius ingin tahu konspirasi apa lagi yang terjadi selanjutnya setelah Jonathan pulang dari rumah sakit.     

"Kenapa aku harus menuruti perkataanmu? sedangkan kamu selalu mengajakku bertengkar." ucap Jonathan dengan suara sedikit melunak.     

"Karena aku adalah perawatmu, dan mulai sekarang aku akan bersikap baik padamu." ucap Nadia dengan tersenyum walau dalam hatinya di penuhi rasa sakit yang mendalam.     

"Akan aku pikirkan, sekarang hubungi Marcos. Aku sudah baik-baik saja. Aku ingin istirahat di rumah." ucap Jonathan sedikit salah tingkah dengan sikap baik Nadia.     

"Tentu Tuan Jonathan, aku akan menghubungi Tuan Marcos." ucap Nadia seraya mengambil ponselnya.     

Namun belum lagi Nadia mengambil ponselnya tiba-tiba pintu ruang ICU terbuka.     

"Jonathan... Jonathan, kamu kenapa sayang? aku masih memberimu undangan pernikahan saja kamu sudah seperti ini? bagaimana kalau aku sudah benar-benar menikah. Mendengar kamu masuk rumah sakit aku langsung membatalkan pernikahanku demi kamu sayang. Aku takut kehilanganmu saat berita media mengatakan kamu dalam keadaan kritis dan di perkirakan akan meninggal." ucap Amanda sambil menangis memeluk Jonathan.     

Jonathan dan Nadia saling berpandangan sangat terkejut dengan sikap Amanda yang tiba-tiba datang tanpa permisi dan langsung bicara tanpa henti.     

"Dengar Amanda, aku baik-baik saja. Apa yang kamu dengar tidak benar. Aku masih sehat dan tidak kritis." ucap Jonathan sambil menatap Nadia dengan tatapan minta pertolongan.     

Nadia menelan salivanya saat Jonathan menatapnya dengan tatapan memohon.     

"Hem...Hem...Nona Amanda, maaf sebelumnya. Sebaiknya Nona Amanda tidak mengganggu Tuan Jonathan dulu. Keadaan Tuan Jonathan masih belum sehat, dengan kedatangan Nona bisa saja Tuan Jonathan akan mengalami sakit kejiwaan lagi dan membuat sakitnya Tuan Jonathan semakin parah. Bagaimana kalau Tuan Jonathan mengamuk lagi? Sebaiknya Nona Amanda pulang saja." ucap Nadia dengan wajah di buat panik.     

"Siapa kamu? apa kamu yakin dengan apa yang kamu katakan?" tanya Amanda dengan kening mengkerut menatap Nadia dan Jonathan secara bergantian.     

"Aku perawat pribadi Tuan Jonathan, dan tentu saja aku sangat yakin dengan apa yang aku katakan. Aku tidak ingin Nona Amanda kenapa-kenapa, Tuan Jonathan tadi sudah mengamuk lebih baik Nona Amanda pulang sekarang." ucap Nadia sambil meraih lengan Amanda.     

"Apa kamu benar-benar yakin Jonathan mengalami sakit kejiwaan gara-gara aku? dan apa katamu? Jonathan barusan mengamuk? Ya Tuhan, baiklah aku akan pergi. Dan kamu, ini kartu namaku, hubungi aku kalau kondisi Jonathan sudah baik." ucap Amanda dengan wajah pucat dan ketakutan segera berjalan keluar kamar meninggalkan Nadia yang menahan senyum.     

Nadia mendekati Jonathan setelah Amanda pergi.     

"Bagaimana Tuan Jonathan? sekarang Tuan bisa tenang lolos dari godaan Nona Amanda." ucap Nadia sambil mencubit pipi Jonathan.     

"Lepaskan tanganmu, apa kamu tidak sadar dengan apa yang kamu katakan?" ucap Jonathan dengan tatapan kesal.     

"Ada apa Tuan Jonathan? kenapa anda marah lagi? bukankah aku sudah membantumu." ucap Nadia dengan kening mengkerut.     

"Membantu bagaimana? kamu katakan aku sakit jiwa dan sakit parah? apa kamu tahu bagaimana mulut Amanda nanti! pasti hari ini akan media akan meliput semua yang di katakan Amanda. Ya Tuhan! kamu selalu menambah sengsara hidupku!" ucap Jonathan sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.     

"Bagaimana aku tahu tentang hal itu, aku hanya berusaha Nona Amanda cepat pergi dari sini hanya itu saja." ucap Nadia sambil menatap wajah Jonathan yang terlihat kesal dan marah.     

Nadia tersenyum puas dalam hati dengan menampakkan wajah merasa bersalah pada Jonathan.     

"Maafkan aku, aku tidak tahu kalau hal itu akan membuat masalah bagi Tuan. Maafkan aku ya Tuan." ucap Nadia dengan tatapan memelas.     

Jonathan menghela nafas panjang menatap wajah Nadia yang memelas.     

"Ya sudahlah, lupakan. Sekarang hubungi Marcos lagi kenapa lama sekali datangnya. Aku ingin cepat pulang." ucap Jonathan tidak tega melihat wajah memelas Nadia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.