DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

PERTUNANGAN PAKSA



PERTUNANGAN PAKSA

"Selamat datang Jonathan dan Nadia, aku harap kalian berdua menyukai kejutan ini." ucap Anne berdiri di hadapan Jonathan dan Nadia dengan sebuah senyuman.     

"Momy?? ada apa ini Momy? kenapa banyak tamu di sini? ada acara apa?" tanya Jonathan dengan pandangan tak mengerti.     

"Tentu saja menyambut kalian berdua agar mereka semua menjadi saksi acara pertunangan kalian berdua." ucap Anne dengan tatapan penuh dan sebuah senyuman yang masih melekat di bibirnya.     

"Apa!! acara tunangan aku dan Nadia??! apa tidak salah Momy?" ucap Jonathan dengan wajah sangat terkejut.     

Sungguh apa yang di katakan ibunya sangat mengejutkan hatinya.     

"Itu benar sayang, kamu jangan terkejut seperti itu. Sudah waktunya kamu melakukan masa lalu kamu. Kamu sudah dewasa, sudah waktunya kamu hidup bersama wanita yang bisa menjagamu." ucap Anne sambil melihat ke arah Nadia yang diam terpaku tanpa bicara sama sekali.     

"Tidak Momy, aku tidak setuju. Aku dan Nadia tidak saling mencintai. Dan lagi Nadia juga sudah punya kekasih. Benarkan Nadia?" ucap Jonathan menolak keras pertunangannya dengan Nadia.     

"Nadia!! kenapa kamu diam saja? katakan pada Momy kalau kamu tidak setuju dengan pertunangan paksa ini! Dan katakan juga kalau kamu sudah punya kekasih biar Momy tahu dan membatalkan pertunangan ini." ucap Jonathan dengan tatapan gusar.     

"Tapi Jonathan, kamu tidak perlu bertanya pada Nadia sayang. Nadia sudah menyetujui pertunangan ini. Benarkan Nadia?" ucap Anne dengan tatapan lembut dan sebuah senyuman.     

Keringat dingin Nadia sudah membasahi tengkuk lehernya juga kedua telapak tangannya.     

"Nadia! apa benar yang di katakan Momy, kalau kamu sudah menyetujui pertunangan ini?" tanya Jonathan dengan tatapan kesal.     

Nadia hanya bisa diam terpaku di tempatnya pasrah dengan apa yang terjadi. Pasrah dengan kemarahan Jonathan.     

"Sudahlah sayang, jangan marah pada Nadia. Nadia hanya menuruti apa kata Momy saja." ucap Anne sambil membelai rambut Nadia.     

"Tidak Momy, aku harus bicara dengan Nadia berdua saja. Momy tidak tahu, Nadia sudah punya kekasih dan pasti dia mencintai kekasihnya dan tidak mencintaiku. Dan aku juga tidak mencintainya. Bagaimana aku bisa bertunangan tanpa cinta." ucap Jonathan seraya menarik tangan Nadia agar mendekat padanya.     

"Cepat bawa aku ke kamar, kita harus bicara sebelum semuanya terlambat." ucap Jonathan dengan tatapan tajam.     

Tanpa membalas ucapan Jonathan, Nadia mendorong kursi roda Jonathan dan membawanya ke kamar.     

"Tutup dan kunci pintunya." ucap Jonathan setelah berada di dalam kamar.     

Segera Nadia menutup pintu dan menguncinya.     

"Sekarang ceritakan semuanya padaku." ucap Jonathan dengan suara penuh tekanan.     

Nadia menghela nafas panjang berusaha tenang dan tidak emosi.     

Sudah sejak tadi Ingin rasanya Nadia menyumpal mulut Jonathan yang bicara terus tanpa berhenti.     

"Dengarkan aku Tuan Jonathan, aku tidak bisa mengatakan apa-apa padamu. Aku sudah berjanji untuk diam. Terserah Tuan berpikir apa tentang diriku, aku sudah capek." ucap Nadia sudah terlanjur janji pada Marcos dan tidak Ingin di penjara karena hal itu. Apalagi janjinya atas nama ibunya.     

"Kenapa tidak mengatakan padaku? kamu berjanji pada siapa?" tanya Jonathan dengan wajah sangat serius.     

"Cukup Tuan, jangan bertanya apa-apa padaku. Sebenarnya aku juga tidak tahu apa-apa. Tanyakan saja semuanya pada Nyonya Anne. Kalau Tuan menolak tunangan ini aku lebih senang, karena aku juga tidak menginginkannya." ucap Nadia dengan wajah datar keluar dari kamar Jonathan.     

"Tunggu!! aku belum selesai bicara!! Nadia!! kembali ke sini!" panggil Jonathan dengan berteriak keras.     

Nadia menghentikan langkahnya kemudian berbalik mendekati Jonathan.     

"Ada apa lagi Tuan Jonathan, Apa masih marah padaku lagi? dan menuduhku ikut dalam rencana konspirasi ini?" ucap Nadia dengan suara bergetar.     

"Aku tidak tahu, aku harus percaya padamu atau tidak. Yang jelas aku tidak bisa menolak apa yang di putuskan Momy. Tapi kita bisa membuat kesepakatan tanpa Momy tahu kesepakatan kita. Bagaimana menurutmu?" tanya Jonathan sambil memicingkan matanya.     

"Kesepakatan apa?" tanya Nadia dengan kedua alis terangkat.     

"Pertunangan ini hanya sandiwara, dan kita sepakat tidak boleh ada cinta di antara kita selain kita berteman dan saling mendukung satu sama lain. Dan kita bisa berpisah di saat keadaan sudah tenang. Bagaimana?" ucap Jonathan menawarkan kesepakatan.     

Nadia terdiam tidak bisa memberikan pendapat. Karena bagi dirinya sendiri sudah sebuah dilema besar. Di satu sisi dia sudah bersandiwara menjadi tunangan Jean. Dan sekarang dia sudah berjanji untuk menjaga dan melindungi Jonathan dari bahaya apapun, padahal dia datang untuk balas dendam atas kematian Ibunya.     

"Nadia, apa kamu mendengarku? bagaimana pendapatmu?" tanya Jonathan membuyarkan lamunannya.     

"Terserah Tuan saja." ucap Nadia sudah pusing dengan masalah yang di hadapinya.     

"Baiklah, aku anggap kamu setuju dengan kesepakatan yang aku buat. Sekarang bawa aku ke sana, dan jangan tunjukkan wajah dinginmu itu." ucap Jonathan seraya menyisir rambutnya dengan jari tangannya.     

Kembali Nadia mendorong kursi roda Jonathan ke tempat di mana Anne dan Daren sudah menunggu munculnya Jonathan dan Nadia.     

"Bagaimana Jonathan, Nadia? kalian berdua tidak menolak pertunangan ini kan?" tanya Anne dengan tersenyum menatap Jonathan dan Nadia secara bergantian.     

"Seandainya aku tidak mau, apa aku bisa menolak keputusan Dady dan Momy? tidak bisa kan?" ucap Jonathan dengan senyuman hambar.     

"Tentu kamu harus menuruti apa kata orang tua Jonathan. Kami melakukan hal ini demi kebaikan kamu juga. Kami ingin yang terbaik untukmu." ucap Daren sambil menepuk bahu Jonathan.     

"Tapi kenapa aku harus menikah dengan Nadia? kenapa bukan dengan putri teman Dady? bukankah itu sangat menguntungkan bagi Dady." ucap Jonathan dengan memicingkan matanya.     

Daren tersenyum tidak menjawab pertanyaan Jonathan.     

"Anne, sebaiknya acara di mulai saja. Kasihan Jonathan kalau terlalu lelah." ucap Daren dengan senyum penuh arti.     

Anne menganggukkan kepalanya kemudian melihat ke arah Nadia yang berdiri sedikit menjauh dan menundukkan wajahnya.     

"Nadia, kemarilah dan berdiri di samping Jonathan." ucap Anne dengan tatapan lembut.     

Nadia mengangkat wajahnya merasa malu dengan semua orang yang ada di dalam ruangan.     

"Selamat siang semuanya, sebelumnya aku ucapkan terima kasih atas kedatangan kalian semua. Semua sahabatku yang tercinta." ucap Daren dengan mengembangkan senyumnya.     

"Kalian sangat tahu, aku dan Anne hanya punya putra satu-satunya yaitu Jonathan. Dan dia pewaris utama dari semua harta yang aku miliki. Karena kebahagiaan Jonathan begitu sangat penting, hari ini kita memberitahu kalian kalau Jonathan akan bertunangan dengan gadis pilihan Anne." ucap Daren dengan tersenyum memeluk Anne dengan mesra.     

"Kalian tahu, pilihan seorang ibu biasanya selalu tepat. Dan aku percaya dengan pilihan Anne. Anne telah memilih Nadia sebagai calon istri Jonathan." ucap Daren dengan tenang menatap semua wajah yang ada di ruangan besar miliknya.     

"Nadia, mendekatlah ke sini sayang." ucap Daren dengan suara tenang dan lembut berbeda sekali dengan sikap Jonathan kaku dan arogan.     

Mendengar panggilan sayang dari seorang Daren yang di bencinya membuat hati Nadia tak percaya. Setelah beberapa hari berada di rumah besar milik Daren, baru kali ini Nadia bertemu secara langsung dengan Daren.     

Sikap dan perilaku Daren sangat mengejutkan Nadia.     

"Apa mungkin, orang sabar dan begitu tenang ini bisa menyakiti hati orang tuaku?" tanya Nadia dalam hati berdiri dekat di samping Daren.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.