TIDAK ADA PILIHAN
TIDAK ADA PILIHAN
"Ishhh!!! kenapa kamu harus marah? memang aku suka kalau kekasih kamu menggenggam tanganku? najis tahu!" ucap Gladys dengan sengaja membuat emosi Ivan semakin kacau.
Mendengar ucapan Gladys bukan emosi Ivan saja yang naik tapi emosi Jeevan juga. Tapi Jeevan berusaha bersabar menghadapi wanita yang keras kepala dan emosi Ivan yang selalu meledak-ledak.
"Sudahlah kalian jangan bertengkar! Ivan sebaiknya kamu masuk dulu. Dan Nona Gladys, ayo ikut denganku." ucap Jeevan tidak tega membiarkan Gladys sendirian di dalam mobil.
Dengan bibir cemberut Gladys mengikuti Jeevan masuk ke dalam restoran.
"Tuan Jeevan, sebaiknya aku menunggu di mobil saja. Sungguh aku tidak nyaman harus makan bersama kalian." ucap Gladys dengan hendak berbalik tapi tangan Jeevan menarik lengannya dengan tatapan yang serius.
"Kamu tetap di sini." ucap Jeevan dengan wajah dan tatapan yang serius.
Mendapat tatapan yang serius dari Jeevan hati Gladys sedikit menciut kemudian menurut apa yang di perintahkan Jeevan.
Melihat Jeevan yang perhatian pada Gladys membuat hati Ivan semakin meradang kemudian bangun dari duduknya untuk memesan makanan.
"Kamu mau ke mana Van?" tanya Jeevan saat melihat Ivan bangun dari duduknya.
"Aku mau pesan makanan, kamu ingin pesan apa sayang?" Tanya Ivan dengan penuh perhatian pada Jeevan tanpa melihat sedikitpun pada Gladys.
"Apa yang kamu suka saja." sahut Jeevan dengan tenang.
Tanpa bertanya pada Gladys makanan apa yang dipesannya, Ivan berjalan kebagian pemesanan makanan.
"Kamu mau pesan apa Nona Gladys? biar aku yang pesankan." ucap Jeevan pada Gladys yang hanya diam saja.
"Tidak perlu Tuan, aku bisa pesan sendiri." ucap Gladys dengan keras kepalanya bangun dari tempatnya mengikuti Ivan dan berdiri antri di belakangnya.
Jeevan hanya menghela nafas panjang melihat sikap Gladys juga Ivan yang membuatnya semakin pusing.
Sambil menunggu pesanan makanan, Jeevan melihat ponselnya ada pesan masuk dari Ayahnya.
Kening Jeevan berkerut saat membaca pesan dari Ayahnya menanyakan tentang wanita yang harus secepatnya dinikahinya.
"Bagaimana aku bisa menikahi seorang wanita, kalau aku kekasih wanita saja tidak punya. Dan bagaimana aku bisa menjelaskan pada Ayah kalau aku punya hubungan dengan seorang pria." ucap Jeevan sambil mengusap keningnya.
"Jeevan? kamu di sini?"
Tiba-tiba Jeevan mendengar suara Ayahnya seolah-olah ada tepat di hadapannya. Dengan spontan Jeevan mengangkat wajahnya, dan benar saja kalau Ayahnya sudah berdiri di hadapannya.
"Ayah, kenapa Ayah ada di sini?" tanya Jeevan seraya menelan salivanya merasa terkejut dengan kehadiran Ayahnya yang ada di restoran jarang pengunjungnya.
"Kebetulan temanku mengajak makan siang di sini. Kenapa kamu makan siang di sini Jeev? Apa kamu bersama kekasih kamu?" tanya Mark dengan wajah serius duduk di hadapan Jeevan sedangkan temannya memesan makanan.
"Emm... iya Ayah." sahut Jeevan tanpa bisa berbohong.
"Syukurlah kalau kamu sudah punya kekasih. Kapan kamu akan melamarnya Jeev? Ayah sudah tidak sabar ingin melihat kamu menikah dan mempunyai anak." ucap Mark seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling restoran. Dan tak sengaja Mark melihat sosok Gladys yang sedang berdiri mengantri.
"Apa kamu kesini bersama Gladys, Jeev? jadi kamu sudah punya hubungan dengan Gladys?" tanya Mark dengan tatapan tak percaya tapi wajahnya terlihat bahagia.
"Aku datang tidak hanya dengan Gladys saja Ayah, tapi dengan temanku juga Ivan." ucap Jeevan tanpa menjawab pertanyaan Ayahnya yang menanyakan tentang hubungannya dengan Gladys.
"Ayah, apa Ayah tidak menemani teman Ayah?" tanya Jeevan merasa cemas kalau Ayahnya akan bertanya padaku Gladys atau Ivan tentang hubungannya.
"Tidak apa-apa, biar Ayah menunggu di sini saja. Teman Ayah masih juga masih mengantri di sana." ucap Mark menunggu kedatangan Gladys.
Setelah beberapa saat menunggu akhirnya Mark melihat Gladys sedang membawa makanan juga salah seorang yang teman Jeevan juga membawa makanan.
"Tuan Mark? anda di sini?" tanya Gladys sangat terkejut saat melihat Mark duduk di hadapan Jeevan.
"Benar Gladys, aku disini datang dengan temanku mau makan siang. Gladys kenapa kamu tidak bilang padaku kalau kamu ada hubungan dengan Jeevan?" tanya Mark sambil memberikan tempat duduk pada Gladys.
Gladys menelan salivanya mendengar ucapan Mark yang mengira dia mempunyai hubungan dengan Jeevan.
Melihat Ivan hanya berdiri di tempatnya Jeevan merasa tidak nyaman, kemudian berinisiatif memberikan kursi pada Ivan agar ikut duduk.
"Dengarkan aku Gladys, aku senang kalau kamu ada hubungan dengan Jeevan. Dan aku sudah meminta pada Jeevan untuk segera melamarmu agar kalian bisa secepatnya menikah." ucap Mark dengan tenang.
Gladys hanya diam di duduk tegak dengan wajah memerah berusaha menjelaskan pada Mark kalau dia tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan Jeevan.
"Begini Tuan Mark, aku dan Tuan Jeevan sebenarnya..." Gladys tidak meneruskan ucapannya saat Jeevan menyelanya.
"Ayah tenang saja aku pasti akan melamar Gladys disaat waktu yang tepat." ucap Jeevan berusaha menghentikan pembicaraan tentang hubungannya dengan Gladys yang sebenarnya tidak ada.
Ivan mengangkat wajahnya menatap Jeevan dengan wajah merah padam menahan rasa marah. Gladys tahu dengan tatapan Ivan perang dunia ketiga akan di mulai. Dengan tatapan rumit Gladys menatap Jeevan dan berniat mengatakan yang sebenarnya pada Mark.
"Tapi Tuan Jeevan kita tidak...." kembali Gladys tidak bisa meneruskan ucapannya di saat Jeevan menyelanya lagi.
"Aku tahu memang kita belum membicarakan hal ini sebelumnya. Tapi percayalah aku pasti akan segera melamarmu." sela Jeevan tanpa berpikir lagi selain menyelamatkan diri dari kemarahan Ayahnya kalau dia tidak menikah juga.
"Kamu dengar sendiri kan Gladys? Jeevan akan segera melamarmu." ucap Mark dengan perasaan bahagia.
Gladys menelan salivanya, menatap Tuan Mark untuk mengatakan yang sebenarnya.
"Tuan Mark, sebenarnya aku dan Tuan Jeevan sama sekali tidak..."
"Keberatan dengan pernikahan." sela Jeevan meraih pinggang Gladys dengan sangat kuat hingga Gladys hampir saja mengeluarkan semua yang ada di perutnya.
"Baik-baik saja kalian ya?" ucap Mark dengan tersenyum akhirnya meninggalkan Jeevan saat temannya sudah memanggilnya.
Dengan kasar Gladys melepas pelukan Jeevan yang masih memeluk pinggangnya.
"Kenapa anda selalu menyelaku untuk mengatakan yang sebenarnya pada Tuan Mark?" tanya Gladys dengan tatapan marah.
"Tenang Nona Gladys, kita bisa bicara hal ini dengan tenang. Aku akan menjelaskannya padamu. Dam aku harap kamu bisa membantu kita berdua." ucap Jeevan dengan wajah serius.
"Maaf Tuan Jeevan, aku sama sekali tidak menyukai hal ini!! aku akan mengatakannya sekarang pada Tuan Mark." ucap Gladys beranjak dari tempatnya namun tangan Jeevan menahannya.
"Lima kali gaji!! kamu akan menerima gajimu setiap bulannya!!" ucap Jeevan dengan cepat.
Seketika itu juga, Gladys menghentikan langkahnya dan menatap Jeevan.
"Lima kali gaji?" tanya tanya Gladys dengan tatapan tak percaya.