DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

PERASAAN KECEWA



PERASAAN KECEWA

Jeevan keluar dari mobil dan melihat sepasang suami istri yang sedang menata bunga.     

"Tuan Jonathan?" panggil Jeevan dalam hati saat melihat jelas wajah pria yang duduk di kursi roda.     

"Nona Gladys, bukankah pria itu Tuan Jonathan? pengusaha muda terkaya di kota ini?" tanya Jeevan dengan tatapan tak lepas dari wajah Jonathan.     

"Benar, dia memang Tuan Jonathan? kenapa? apa Tuan Jeevan mengenal Tuan Jonathan?" tanya Gladys dengan santai.     

"Aku tidak terlalu mengenalnya, tapi di dalam dunia usaha perbisnisan semua orang pasti mengenal Tuan Jonathan, termasuk aku. Aku salah satu penggemar Tuan Jonathan dalam berpikir cepat untuk mengelola perusahaan." Ucap Jeevan kemudian berjalan mengikuti Gladys yang menghampiri Jonathan dan Nadia.     

"Gladys kamu pulang? bukankah ini masih siang? dan kenapa wajahmu pucat? apa kamu sakit?" tanya Nadia menangkup wajah Gladys yang datang menghampirinya dengan wajah terlihat pucat.     

"Apa yang anda katakan benar Nyonya, saat ini Nona Gladys sedang sakit. Sebelumnya Nona Gladys sempat pingsan karena itu aku harus memaksanya pulang untuk istirahat." Ucap Jeevan menjawab pertanyaan Nadia sambil melihat wajah Gladys yang terlihat kesal.     

"Jangan dengarkan ucapan Tuan Jeevan, Nadia. Aku tidak apa-apa, hanya merasa lelah karena terlalu banyak pekerjaan." Ucap Gladys menyindir Jeevan.     

"Kalau begitu kenapa kamu masih berdiri disini ayo cepat masuk dan istirahat di dalam kamar ucap Nadia sambil menarik tangan Gladys dan membawanya masuk ke dalam rumah.     

Jeevan hanya tersenyum melihat keakraban Gladys dengan Nadia.     

"Tuan Jonathan, aku tidak menyangka bisa bertemu dengan anda di sini." Ucap Jeevan setelah melihat Gladys dan Nadia sudah masuk ke dalam rumah.     

"Maaf, apa anda atasannya Gladys? dan apa aku mengenal anda?" Tanya Jonathan dengan wajah serius.     

"Benar Tuan Jonathan, aku adalah atasannya Gladys. Dan mungkin anda tidak mengenalku tapi aku sangat mengenal anda sebagai figur pengusaha yang aku kagumi. Kenalkan namaku Jeevan." Ucap Jeevan seraya mengulurkan tangannya.     

Dengan perasaan bingung Jonathan menerima uluran tangan Jeevan.     

"Aku Jonathan, dan terima kasih atas pujiannya." Ucap Jonathan dengan singkat.     

"Aku senang bisa bertemu dengan Tuan Jonathan di sini. Dan secara pribadi aku cukup terkejut melihat Tuan Jonathan tinggal di sini. Bukankah anda sudah menikah dengan Nona Nadia?" tanya Jeevan sedikit bingung dengan kenyataan yang dia lihat.     

Jonathan seorang pengusaha muda terkaya di kotanya. Setelah menikah tidak tinggal di sebuah istana atau rumah besar, tetapi tinggal di rumah sederhana di daerah yang sepi.     

"Maafkan Tuan Jeevan, mungkin pandangan kita berbeda. Memang benar aku pengusaha kaya di kota ini. Tapi aku sudah menikah dengan wanita yang sederhana yang tinggal di rumah ini. Jadi tidak ada hal yang salah kalau kita mengikuti wanita yang kita cintai." Ucap Jonathan dengan tenang tanpa mengetahui kalau Nadia ada di belakangnya.     

"Aku semakin kagum pada anda Tuan Jonathan, ternyata selain anda seorang pengusaha yang sukses. Anda juga sebagai suami yang sangat mencintai istri anda." Ucap Jeevan dengan perasaan malu karena selama ini dia hanya mencintai seorang pria yaitu Ivan.     

"Nyonya Nadia, anda sudah ada disini? sangat beruntung anda mempunyai suami seperti Tuan Jonathan yang benar-benar sangat mencintai anda. Tuan Jonathan rela melepas semuanya dan tinggal bersama anda disini. Bagiku cinta kalian berdua sangat luar biasa." ucap Jeevan merasa iri dengan perasaan cinta Jonathan dan Nadia.     

"Terima kasih atas pujian anda pada kita berdua Tuan Jeevan. Dan aku hanya sekedar menyampaikan saja kalau Gladys sekarang sudah beristirahat. Dan Gladys meminta anda untuk kembali ke kantor." ucap Nadia dengan tersenyum terpaksa melakukan apa yang di minta Gladys.     

Mendengar ucapan Nadia, Jonathan menatap Nadia dengan kening berkerut.     

"Jangan menatapku seperti itu Jo, aku hanya menjalankan perintah saja." ucap Nadia menjadi salah tingkah di tatap dua pria tampan dengan tatapan mereka yang tak berkedip.     

"Tidak apa-apa Nyonya Nadia, aku sangat mengerti anda hanya menjalankan keinginan Nona Gladys. Anda tenang saja, aku akan menemui Nona Gladys sekarang." ucap Jeevan dengan tersenyum kemudian bergegas masuk ke dalam rumah Gladys.     

"Nadia apa yang kamu katakan tadi? kalaupun itu perintah Gladys seharusnya kamu tidak melakukannya. Bagaimana kalau tadi dia tersinggung." ucap Jonathan dengan perasaan gemas.     

"Bagaimana aku bisa menolak keinginan Gladys. Gladys benar-benar tidak menyukai Tuan Jeevan, Jo." ucap Nadia tanpa merasa bersalah.     

"Apa kamu yakin Gladys benar-benar tidak menyukaimu Jeevan? Apa kamu sudah lupa bagaimana hubungan kita dulu dan sekarang? perasaan benci itu bisa menjadi cinta Nadia." ucap Jonathan sambil memutar kursi rodanya berniat masuk ke dalam rumah.     

"Aku tidak akan pernah lupa bagaimana hubungan kita dulu, tapi aku rasa...aku tidak membencimu. Mungkin kamu saja yang membenciku." ucap Nadia dengan tersenyum membantu Jonathan mendorong kursi rodanya masuk ke dalam rumah.     

"Aku juga tidak membencimu Nadia, aku hanya gemas padamu. Bagaimana kamu dengan mudahnya membuatku marah." ucap Jonathan dengan tersenyum.     

"Syukurlah Jo, paling tidak sekarang aku tahu kalau di awal kita bertemu kita sudah saling benci." ucap Nadia senyum terkulum.     

"Aku tidak mengatakan kita saling benci Nadia." ucap Jonathan dengan kedua alis terangkat.     

"Kita saling benci Jonathan, Apa kamu tidak tahu arti dari benci? benar-benar cinta!" ucap Nadia sambil tertawa mencubit gemas hidung Jonathan.     

"Kamu sangat suka sekali mengerjaiku Nadia? kenapa?" tanya Jonathan menarik pinggang Nadia dan mendudukkannya di atas pangkuannya.     

"Karena aku...." Nadia tidak meneruskan ucapannya saat mendengar ponsel Jonathan berbunyi di kantongnya.     

"Bisa minta tolong kamu ambilkan Nadia?" pinta Jonathan dengan tatapan tak lepas dari wajah Nadia.     

Dengan bibir masih tersenyum Nadia mengambil ponsel Jonathan yang ada di dalam kantongnya kemudian melihat siapa yang menghubungi Jonathan.     

Wajah Nadia seketika berubah saat melihat nama Anne di layar ponsel Jonathan.     

"Dari Momy, Jo." ucap Nadia dengan tatapan berubah dingin.     

"Apa aku tidak bisa menerima panggilan Momy, Nadia? mungkin Momy sedang mencemaskan kita, karena kita tidak lagi tinggal di rumah besar." ucap Jonathan dengan suara pelan tidak ingin menyakiti hati Nadia.     

"Terserah padamu, kita sudah membuat kesepakatan dan kamu sudah setuju dengan kesepakatan itu." ucap Nadia seraya melepas pelukan Jonathan.     

Jonathan menelan saliva secara tidak langsung Nadia sudah mengingatkannya tentang kesepakatan mereka berdua.     

Jonathan benar-benar tak berdaya menghadapi dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya.     

Bagaimana dia bisa menghindari ibunya yang benar-benar sangat menyayanginya. Dan bagaimana dia bisa menyakiti hati istrinya dengan tidak memenuhi keinginannya.     

Dengan perasaan sedih dan kecewa Jonathan memberikan ponselnya yang masih berbunyi pada Nadia.     

"Lakukan apa yang kamu mau lakukan Nadia, jika itu membuatmu bahagia." ucap Jonathan kemudian masuk ke dalam kamarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.