DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

MERASA TERSAKITI



MERASA TERSAKITI

"Lakukan apa yang kamu mau lakukan Nadia, jika itu membuatmu bahagia." ucap Jonathan kemudian masuk ke dalam kamarnya.     

Nadia memegang ponsel Jonathan sambil menggigit bibirnya merasa bingung harus beralasan apa pada Anne.     

Ponsel Jonathan masih terus berbunyi, dengan nafas tertahan Nadia menerima panggilan Anne.     

"Hallo...Momy." ucap Nadia tidak tahu harus bicara apa.     

"Nadia, ini Momy sayang. Di mana Jonathan? sudah lama Momy tidak mendengar suara Jonathan." ucap Anne dengan perasaan rindu.     

"Maaf Momy, Jonathan sedang tidur. Nanti aku meminta Jonathan untuk menghubungi Momy." ucap Nadia merasa bersalah karena berbohong. Tapi hal itu harus dia lakukan demi balas dendamnya untuk kedua orang tuanya.     

"Baiklah sayang, Momy akan menunggu kabar dari Jonathan. Kabarmu baik-baik saja kan?" tanya Anne ingin tahu keadaan Nadia.     

"Aku baik-baik saja Mom, dan aku minta maaf karena aku harus pergi sekarang." ucap Nadia segera memutuskan panggilannya tidak ingin berlama-lama bicara dengan Anne yang bisa membuat hatinya luluh.     

Setelah memutuskan panggilannya, Nadia masuk ke dalam kamar untuk melihat keadaan Jonathan yang sedang marah padanya.     

Di lihatnya Jonathan sedang duduk di depan jendela dengan pandangannya menatap ke arah luar jendela.     

Tanpa menimbulkan suara Nadia mendekati Jonathan dan merengkuh leher Jonathan dari belakang.     

"Apa kamu marah padaku Jo?" tanya Nadia dengan suara pelan mengecup puncak kepala Jonathan.     

Jonathan hanya terdiam, tidak tahu harus berkata apa pada Nadia. Jonathan sangat mencintai Nadia tapi Jonathan menyesali sikap Nadia yang menyakiti keluarganya.     

"Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu Nadia. Kenapa kamu melakukan hal ini ada keluargaku? Apa alasannya? sepertinya kamu menyembunyikan sesuatu padaku." ucap Jonathan dengan perasaan sedih.     

"Sudah aku katakan padamu Jo, tidak ada yang aku sembunyikan darimu. Aku melakukan hal ini untuk kebaikan kita berdua. Dan lagi ini tidak berlangsung lama, setelah aku hamil kita akan memberikan kejutan pada Daddy dan Momy." ucap Nadia berusaha menenangkan hati Jonathan.     

"Apa kamu berpikir aku adalah pria yang bodoh Nadia? aku tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku. Dan kamu tidak mau bercerita padaku." ucap Jonathan dengan tatapan penuh menatap kedua mata Nadia yang sedang menatapnya.     

Nadia tak berkedip menatap wajah Jonathan, hatinya tak bisa memungkiri kalau dia mencintai pria yang ada di hadapannya. Dan dia juga tidak bisa melepas dendamnya begitu saja.     

"Dengar Jo...." Nadia tidak melanjutkan ucapannya saat mendengar pintu depan terketuk.     

Dengan menahan nafas, Nadia pergi keluar kamar untuk melihat siapa yang mengetuk pintu rumahnya berulang-ulang.     

"Ceklek"     

"Paman Ammer?! anda di sini?!" panggil Nadia dengan tatapan tak percaya saat melihat Ammer berdiri di hadapannya.     

"Benar Nona Nadia aku ada di sini." ucap Ammer dengan tersenyum menaikkan sedikit topi kepalanya agar bisa melihat wajah Nadia.     

"Aku benar-benar tidak percaya Paman Ammer ada di sini! ini sangat mengejutkan sekali! Ayo...Paman Ammer, silakan masuk." ucap Nadia dengan perasaan bahagia karena bisa bertemu dengan Ayahnya.     

Sambil memeluk lengan Ammer, Nadia membawanya masuk ke dalam untuk menemui Jonathan di dalam kamar.     

"Jonathan lihat siapa yang datang?" ucap Nadia setelah masuk ke dalam kamar.     

Jonathan menoleh sangat terkejut melihat Ammer berdiri disamping Nadia.     

"Paman Ammer?! Paman Ammer ke sini?!" ucap Jonathan seraya mendorong kursi rodanya mendekati Ammer.     

Segera Ammer memeluk Jonathan dengan sangat erat.     

"Tuan Jonathan, aku sangat merindukanmu." ucap Ammer dengan suara parau seolah-olah menahan kesedihan yang dalam.     

Melihat kasih sayang dan kerinduan Ammer pada Jonathan, Nadia hanya menelan salivanya. Nadia merasa sepertinya bukan dia putrinya Ammer tapi Jonathan.     

"Nadia, bisa minta tolong buatkan Paman Ammer kopi hitam." ucap Jonathan sama-sama menyukai kopi hitam dari sejak kecil.     

Nadia menganggukkan kepalanya, merasa lega Jonathan sudah melupakan kesedihannya tentang masalah Anne.     

"Paman Ammer, ayo...kita bicara di depan saja." ucap Jonathan mengajak Ammer duduk di teras depan.     

Sambil melihat ke sekeliling ruangan Ammer mengikuti Jonathan ke teras depan.     

"Bagaimana Paman Ammer bisa kesini? Memang Paman Ammer memikirkan apa?" tanya Jonathan merasa senang ada teman bicara di saat hatinya sedang kacau.     

"Aku hanya berpikir Kenapa Tuan Jonathan dan Nona Nadia tidak tinggal di rumah besar. Kenapa harus tinggal di sini?" tanya Ammer merasa cemas setelah Anne dan Darren menceritakan sikap Nadia yang berubah total.     

"Tidak apa-apa Paman Ammer, hal ini sudah menjadi keputusan aku dan Nadia untuk hidup mandiri tanpa bantuan orang tua." ucap Jonathan tidak ingin menjelekkan nama Nadia.     

"Tujuan Tuan Jonathan dan Nona Nadia sangat bagus, tetapi pikirkan juga perasaan orang tua Tuan Jonathan. Di usia yang sudah tua bagi orang tua akan membuat mereka bahagia kalau tinggal bersama anak-anaknya." ucap Ammer dengan suara berat merasa rindu pada Jonathan dan Nadia.     

"Apa yang Paman Ammer katakan adalah benar. Tapi kita juga perlu belajar untuk hidup mandiri lebih dulu. Kita berdua tidak ingin hidup manja pada orang tua. Setelah kita mampu berdiri sendiri, kita akan berkumpul lagi dengan Daddy dan Momy." ucap Nadia saat keluar dari dalam sambil membawa dua gelas kopi untuk Jonathan dan Ammer.     

"Niat Nona Nadia sangatlah bagus. Paman tidak menyalahkan siapapun di sini. Paman hanya mencemaskan kalian berdua. Karena itulah Paman memutuskan untuk tinggal di sini menemani kalian." ucap Ammer tidak bisa membiarkan Jonathan dan Nadia hidup dalam bahaya apalagi setelah mengetahui cerita dari Marcos kalau ada orang yang ingin mencelakai Jonathan.     

"Wahh!! benarkah Paman?? aku sangat senang sekali." ucap Nadia dengan wajah terlihat bahagia kemudian memeluk Ammer membuat Jonathan mengkerutkan keningnya.     

Jonathan merasa heran melihat Nadia begitu. sangat bahagia bertemu dengan Ammer. Bahkan sekarang memeluk Ammer karena Ammer akan tinggal bersama dengan mereka.     

"Sikap Nadia sangat aneh sekali. Pada orang tuaku, untuk menerima telepon saja Nadia tidak senang apalagi untuk tinggal bersama. Tapi pada Paman Ammer, Nadia begitu sangat bahagia bahkan memeluknya saat tahu Paman Ammer tinggal di sini." ucap Jonathan tak lepas pandangannya dari wajah Nadia yang terlihat bahagia.     

"Lihat Jonathan sekarang kamu tidak akan kesepian lagi. Ada paman Ammer yang bisa menemani kamu setiap hari." ucap Nadia dengan tersenyum.     

Jonathan hanya menganggukkan kepalanya tidak membantah ucapan Nadia. Bagi Jonathan dia tetap merasa kesepian selama tidak bisa bertemu dengan orang tuanya.     

"Tuan Jonathan, aku tahu apa yang Tuan rasakan. Bersabarlah Tuan, semoga Tuan akan selalu bahagia." ucap Ammer mengusap bahu Jonathan dengan tatapan penuh kasih sayang. Perasaan Ammer ikut merasa tersakiti di saat melihat wajah Jonathan terlihat sedih.     

"Semoga keadaan ini tidak berlangsung lama Jonathan agar kita semua bisa bahagia bersama." ucap Ammer dengan tatapan sedih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.