SUAMIKU CEMBURU
SUAMIKU CEMBURU
"Jean? kamu kurus sekali sekarang?" tanya Nadia dengan tatapan tak percaya memegang lengan Jean.
Jean tersenyum tidak menjawab pertanyaan Nadia selain memberikan minuman pada Nadia dan Jonathan.
"Aku terlalu sibuk bekerja Nad, kadang lupa waktu." ucap Jean kembali duduk di tempatnya.
"Bagaimana dengan kabar kalian? baik-baik saja kan?" tanya Jean dengan tatapan penuh.
"Kita berdua baik-baik saja Jean. Ayah dan Ibu baik-baik saja kan Jean?" tanya Nadia merasa bersalah pada Jean juga pada orang tua Jean.
"Mereka baik-baik saja Nad, kalau ada waktu mainlah ke sana." ucap Jean dengan tatapan penuh melihat Nadia dan Jonathan secara bergantian.
Nadia menganggukkan kepalanya kemudian duduk di hadapan Jean.
"Jean sepetinya kita bekerja mulai besok saja. Hari ini kita masih ada acara. Tidak apa-apa kan Jean?" tanya Nadia dengan wajah serius.
"Tidak apa-apa Nad, santai saja. Kamu dan Jonathan bisa mulai bekerja kapan pun kalian mau." ucap Jean seraya mengambil segelas air putih dan meminumnya.
Karena tidak hati-hati Jean tersedak dan terbatuk-batuk.
"Uhukk..Uhukk.. Uhukk"
"Jean!! hati-hati!!" ucap Nadia seraya mengambil tisu dan di berikan pada Jean.
Hati Jonathan cemburu melihat Jean dan Nadia saling memberikan perhatian.
Sambil menelan salivanya Jonathan mengalihkan pandangannya keluar jendela.
Jean dan Nadia menyadari Jonathan sangat pencemburu.
"Em... Jean, sebaiknya kita pulang. Aku janji besok pagi aku dan Jonathan akan mulai bekerja." ucap Nadia tidak ingin Jonathan semakin cemburu.
"Jo, apa kamu tidak minum?" tanya Nadia melihat Jonathan tidak menyentuh minumnya.
"Aku tidak haus Nad, biar aku bawa saja untuk di jalan nanti." ucap Jonathan dengan nada datar.
"Apa kamu sudah yakin bekerja di sini Jo? kenapa kamu mau saja menuruti apa kata Nadia? harusnya Nadia yang menurut apa kata kamu." ucap Jean sambil melihat Nadia yang melotot padanya.
"Kenapa kamu melotot padaku Nadia? aku hanya mengatakan yang sebenarnya." ucap Jean dengan tersenyum.
Dengan kesal Nadia mencubit lengan Jean dengan keras.
"Auhhh! Nadia sakit tahu!!" teriak Jean dengan tertawa mengusap lengannya yang sedikit merah karena cubitan Nadia.
"Biar saja sakit!! itu hukumanmu! aku mau pulang Jean, sekarang sudah siang." ucap Nadia seraya mendorong kursi roda Jonathan keluar dari rumah kaca Jean.
Sambil menunggu taksi lewat, Nadia memberikan minuman pada Jonathan tapi Jonathan menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak haus." ucap Jonathan tanpa melihat wajah Nadia.
"Bukankah tadi kamu bilang akan minum di jalan?" tanya Nadia memberikan lagi minuman pada Jonathan.
"Aku belum haus Nadia." ucap Jonathan masih dengan nada datar dan wajah suram.
"Hei... ada apa dengan suamiku?" tanya Nadia mulai merasakan kemarahan Jonathan.
Jonathan hanya menoleh ke arah Nadia kemudian kembali diam.
"Jo...ada apa? apa kamu marah padaku?" Tanya Nadia sambil memeluk leher Jonathan dari belakang dengan sedikit membungkuk.
"Nadia? lepaskan tanganmu. Malu di lihat orang." Ucap Jonathan sambil menoleh ke kiri dan kanan melihat beberapa orang yang melihat ke arahnya dan Nadia.
"Kenapa harus malu Jo? Kita sudah menikah. Dan sangat wajar kalau suami istri mesra." Ucap Nadia tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang sedang menatapnya.
"Ini tempat umum Nadia." Ucap Jonathan dengan wajah memerah tapi hatinya merasa senang dengan sikap mesra Nadia.
"Biarkan saja Jo." Ucap Nadia sambil mengecup pipi Jonathan semakin menggoda Jonathan agar tidak marah lagi.
"Nadia!!" Ucap Jonathan dengan suara pelan memegang pipinya yang mendapat ciuman Nadia.
Nadia hanya tersenyum kemudian melambaikan tangannya ke sebuah taksi yang lewat.
Dengan cekatan dan sudah menjadi hal yang biasa bagi Nadia untuk membantu Jonathan masuk ke dalam taksi.
"Anda mau ke mana Nona?" Tanya sopir taksi setelah melihat Jonathan dan Nadia duduk di dalam taksi.
"Ke pinggiran kota tempat rumah makan Alami." Ucap Nadia membawa Jonathan ke tempat yang sudah menjadi langganan mereka untuk makan dan memancing ikan.
Sopir taksi menganggukkan kepalanya kemudian menjalankan mobilnya ke arah pinggiran kota.
Tiba di rumah makan Alami, Nadia dan Jonathan keluar dari taksi dengan bantuan Sopir taksi.
"Terima kasih Pak." Ucap Nadia segera membayar ongkos taksi.
"Sama-sama Nona." Ucap Sopir taksi kemudian meninggalkan Jonathan dan Nadia.
"Bagaimana Jo, apa kamu siap untuk kita bersenang-senang?" Tanya Nadia dengan sebuah senyuman mengingatkan Jonathan akan kenangan mereka.
Tanpa menjawab pertanyaan Nadia, Jonathan menjalankan kursi rodanya masuk ke dalam hutan dan menuju gazebo yang sudah menjadi tempat biasanya bersama Nadia.
"Jonathan!! Tunggu!! Kamu kenapa?" Tanya Nadia sambil berteriak tidak percaya kalau Jonathan masih marah padanya.
"Jonathan tunggu sayang!" Panggil Nadia lagi menyusul Jonathan yang masuk lebih dulu ke dalam hutan.
Tidak terlalu lama Nadia sudah berada di samping Jonathan yang berada dekat dengan Gazebo.
"Ada apa denganmu Jo? apa kamu masih marah padaku?" tanya Nadia menarik kursi roda Jonathan agar bisa berhadapan dengannya.
"Masih bertanya padaku? aku marah padamu Nadia." ucap Jonathan terkadang merasa kesal pada dirinya sendiri. Rasa kesal dan emosinya tidak pernah bisa dia kendalikan jika sudah cemburu.
"Marah padaku karena...?" tanya Nadia dengan tatapan penuh.
"Karena aku cemburu Nadia? apa kamu tidak tahu itu?" ucap Jonathan semakin kesal melihat Nadia merasa tidak bersalah.
"Cemburu pada siapa? pada Sopir taksi?" tanya Nadia menggoda Jonathan yang uring-uringan jika cemburu.
"Kamu?! sudahlah kalau kamu senang melakukannya." ucap Jonathan benar-benar tidak bisa marah pada Nadia.
Dengan tersenyum, Nadia duduk di pangkuan Jonathan dan memeluk lehernya.
"Aku hanya mencintaimu Tuan Jonathan, suamiku tercinta." bisik Nadia dengan tatapan dalam menangkup wajah Jonathan.
Jonathan menelan salivanya, selalu tak berdaya dengan tatapan dalam Nadia.
"Kamu senang kan kalau aku selalu cemburu?" tanya Jonathan membalas tatapan Nadia sambil menatap senyuman bibir Nadia.
"Hem...aku lebih senang melihat wajah tampan suamiku yang cemburu." ucap Nadia dengan senyum terkulum.
"Kamu selalu membuatku tak berdaya Nadia." ucap Jonathan dengan suara berat menatap lembut wajah Nadia.
"Terlebih aku Jo, tidak bisa melihatmu tak berdaya." ucap Nadia menangkup wajah Jonathan dan mencium bibir Jonathan dengan penuh perasaan.
Jonathan memejamkan matanya merasakan ciuman Nadia yang menggetarkan hatinya. Perlahan Jonathan membalas ciuman Nadia lebih intens dan sangat dalam. Rasa rindu dan cinta yang ada di hati Nadia dan Jonathan semakin memperdalam ciuman mereka tanpa ada batasan.
"Aku sangat mencintaimu Nadia, jangan lagi membuatku cemburu." Ucap Jonathan dengan suara parau setelah melepas ciumannya.
"Tapi aku lebih senang suamiku cemburu." ucap Nadia dengan tatapan menggoda.
"Kamu memang istri yang menggemaskan Nadia!" ucap Jonathan sambil memeluk pinggang Nadia dengan erat kemudian menggigit leher Nadia dengan perasaan bahagia.
Nadia tertawa geli sambil menatap Jonathan dengan tatapan penuh cinta.