DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

SALING MENCINTAI



SALING MENCINTAI

"Kamu memang istri yang menggemaskan Nadia!" ucap Jonathan sambil memeluk pinggang Nadia dengan erat kemudian menggigit leher Nadia dengan perasaan bahagia.     

Nadia tertawa geli sambil menatap Jonathan dengan tatapan penuh cinta.     

"Auhh!! geli Jo!! cukup... cukup!! aku tidak tahan lagi." ucap Nadia merasa geli dengan gigitan lembut Jonathan.     

"Aku tidak akan berhenti, kalau kamu tidak berjanji untuk tidak membuatku cemburu lagi!" ucap Jonathan dengan gemas.     

"Oke...Oke...aku berjanji tidak akan membuat kamu cemburu lagi." ucap Nadia sambil menahan dagu Jonathan agar tidak menggigitnya lagi.     

"Benar? kamu berjanji tidak akan membuatku cemburu lagi?" tanya Jonathan lagi dengan senyum penuh kemenangan.     

Nadia menganggukkan kepalanya dengan cepat kemudian turun dari pangkuan Jonathan.     

"Aku harus menyewa alat pancing dulu sekalian pesan makanan untuk kita dan oleh-oleh untuk Gladys. Tunggu sebentar ya suamiku, jangan kemana-mana." ucap Nadia mengecup bibir Jonathan sekilas kemudian meninggalkan Jonathan.     

Sambil menunggu Nadia kembali, Jonathan menekan tombol kursi rodanya ke dekat sungai.     

Masih ingat jelas saat dia tercebur di sungai Nadia membantunya bahkan sampai menyadarkan dirinya dari pingsan yang cukup lama.     

Jonathan tersenyum mengingat semua kenangan bersama Nadia yang selalu membahayakannya tapi sangat membuatnya bahagia.     

"Hem...aku akan mengajak Nadia bersenang-senang sebentar. Aku ingin tahu bagaimana reaksi Nadia dengan permainanku ini." ucap Jonathan dengan tersenyum melepas jaketnya dan menggeletakkannya di bebatuan pinggiran sungai. Setelah itu Jonathan mendorong kursi rodanya dan bersembunyi di balik dua pohon besar yang tidak jauh dari sungai.     

Dari balik pohon besar Jonathan duduk diam tak bergerak di kursi rodanya. Sesekali matanya melihat ke arah gazebo dari sela-sela kedua pohon yang berhimpitan.     

"Nadia sudah datang." ucap Jonathan dengan tersenyum melihat Nadia yang datang mendekat ke Gazebo.     

"Jo!! Jonathan! aku sudah mendapat dua alat pancing yang lebih canggih." ucap Nadia berjalan mendekat ke Gazebo.     

Kening Nadia mengkerut tidak melihat keberadaan Jonathan.     

"Di mana Jonathan? apa dia pergi? pergi ke mana?" tanya Nadia dalam hati.     

"Jonathan!! Jonathan!! di mana kamu?!!" panggil Nadia sambil menoleh ke kiri ke kanan mencari keberadaan Jonathan yang tidak ada.     

"Apa dia ke sungai?" tanya Nadia sambil berjalan ke sungai.     

"Sepertinya Jonathan tidak ke sungai? tapi apa itu? bukankah itu jaketnya Jonathan?" tanya Nadia dalam hati bergegas ke pinggir sungai dan melihat jaket Jonathan yang basah di tergeletak di sela-sela batu.     

"Ya Tuhan!! ini benar jaket Jonathan! apa mungkin Jonathan tercebur ke sungai? apa mungkin Jonathan terbawa arus sungai?" tanya Nadia dalam hati dengan perasaan panik apalagi melihat arus sungai sangat deras.     

"Jonathan!! Jonathan!! di mana kamu?!! Jonathan kamu jangan bermain-main Jo?!!" panggil Nadia dengan suara keras masuk ke dalam sungai yang dalamnya sedada.     

Sambil memanggil nama Jonathan dengan keras Nadia berpegangan pada batu besar mencari keberadaan Jonathan.     

Karena tidak menemukan Jonathan dan takut kehilangan Jonathan, Nadia menangis keras. Dengan perasaan yang semakin panik Nadia berteriak keras memanggil nama Jonathan di sela-sela isak tangisnya.     

"Jonathan!! Jonathan!! di mana kamu Jo? apa terjadi sesuatu padamu Jo? kamu di mana Jo?" panggil Nadia dengan menangis duduk lemas di bebatuan.     

"Aku baik-baik saja Nadia, aku ada di sini." ucap Jonathan keluar dari balik pohon dengan sebuah senyuman. Hati Johan merasa bahagia melihat ketakutan di wajah Nadia.     

Nadia mengangkat wajahnya menatap Jonathan yang tersenyum di kursi rodanya.     

"Jonathan!! Jonathan!! kamu!!" ucap Nadia tidak bisa berkata apa-apa selain keluar dari sungai dan berlari ke arah Jonathan.     

"Jonathan! kamu baik-baik saja?! kamu tidak apa-apa?! Ya Tuhan!! syukurlah kamu baik-baik saja." ucap Nadia menangis keras memeluk erat tubuh Jonathan dan menciumi wajah Jonathan tanpa henti.     

"Nadia... cukup Nadia, jangan menangis. Sungguh aku tidak apa-apa. Tolong maafkan aku. Aku hanya bercanda saja, aku sembunyi di balik pohon itu." ucap Jonathan dengan jujur merasa bersalah pada Nadia yang menangis histeris karenanya.     

"Tidak apa-apa Jo, aku tidak marah padamu. Aku sudah tenang tidak terjadi sesuatu padamu. Yang terpenting kamu baik-baik saja." ucap Nadia sambil menangkup wajah Jonathan dengan air mata mengalir deras.     

"Nadia maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuatmu menangis seperti ini. Tolong maafkan aku." ucap Jonathan memeluk Nadia dengan erat.     

"Aku takut kehilangan kamu Jo. Seandainya tadi benar-benar terjadi aku tidak tahu apa yang terjadi padaku." ucap Nadia membalas pelukan Jonathan.     

"Aku mencintaimu Nadia, aku mencintaimu. Terima kasih karena kamu takut kehilangan aku." ucap Jonathan sangat percaya dengan besarnya cinta Nadia.     

"Aku juga mencintaimu Jo, sangat mencintaimu. Aku takut kehilangan kamu." ucap Nadia semakin memeluk erat Jonathan yang memeluknya dengan erat juga.     

Tanpa memperdulikan sekelilingnya Jonathan dan Nadia saling berpelukan dan saling berciuman merasakan rasa cinta yang begitu dalam.     

"Kamu memaafkan aku kan Nadia?" tanya Jonathan setelah melepas ciumannya yang cukup lama.     

"Aku tidak apa-apa Jo, aku harap dengan kejadian ini kamu percaya kalau aku sungguh-sungguh mencintai kamu. Tidak ingin terjadi sesuatu padamu." ucap Nadia dengan tatapan sungguh-sungguh.     

"Aku sangat percaya padamu. Walau sebelum ini terjadi. Aku hanya ingin bercanda tapi sungguh di luar dugaanku kamu sungguh membuatku seperti seorang pria yang paling bahagia di dunia." ucap Jonathan mengusap wajah Nadia dengan tatapan penuh cinta.     

Nadia tersenyum kemudian mencubit pipi Jonathan dengan perasaan gemas.     

"Haaaciimm!! Haaaciimm!!"     

Nadia mulai bersin-bersin, pakaiannya yang basah membuatnya flu dan demam.     

"Nadia sebaiknya kita pulang, sepertinya kamu demam dan lagi pakaian kamu basah. Aku tidak mau kamu sakit." ucap Jonathan dengan tatapan penuh.     

"Aku tidak apa-apa Jo, aku tidak seperti kamu. Aku tidak mudah sakit." ucap Nadia dengan tersenyum menahan rasa demam yang mulai menyerangnya.     

"Haaaciimm!! Haaaciimm!!"     

Kembali Nadia bersin-bersin hingga wajahnya memerah.     

"Sudahlah Nadia, cukup. Kita pulang saja, kamu sudah demam Nadia. Aku tidak mau kamu sakit." ucap Jonathan sambil memesan sebuah taksi untuk segera datang menjemput.     

"Duduklah di pangkuanku Nadia, kita akan pulang." ucap Jonathan menarik pelan pinggang Nadia agar duduk di atas pangkuannya.     

Dengan Nadia duduk di atas pangkuannya, Jonathan menekan kursi rodanya ke penyewaan alat pancing untuk mengembalikan alat pancingnya. Setelah selesai mengembalikan alat pancing, Jonathan mengambil pesanan makanannya dan meminta pada pelayan restoran untuk membungkus semuanya.     

"Aku jadi merepotkanmu Jo, harusnya kita bersenang-senang kan?" ucap Nadia menenggelamkan kepalanya di dada Jonathan.     

"Jangan pikirkan hal itu, aku yang telah menggagalkan rencana kita. Sekarang kamu tenang ya? aku akan merawatmu dengan sangat baik." ucap Jonathan sambil mengarahkan kursi rodanya ke depan restoran untuk segera pulang.     

"Terima kasih Jo, kamu suamiku yang paling baik di seluruh dunia ini." ucap Nadia dengan tatapan penuh cinta menahan rasa haru.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.