MENYELAMATKANMU
MENYELAMATKANMU
Sadar dari sikapnya yang kelewatan segera Jeevan keluar dari mobil dan mengejar Gladys.
"Nona Gladys!! Nona Gladys!! tunggu!!" panggil Jeevan dengan suara keras dan berlari cepat mengejar Gladys yang akan menyeberang jalan.
Dengan perasaan kesal Gladys berlari menyeberang jalan tanpa melihat ke kanan dan ke kiri ke hingga tidak mengetahui ada mobil dari arah kanan melaju dengan kencang. Melihat hal itu Jeevan semakin berlari cepat dan menarik lengan Gladys dengan kuat.
"BRUKKK"
"Aaouuh!!" teriak Jeevan mengaduh kesakitan, tubuhnya jatuh ke tanah aspal dengan tubuh Gladys yang ada di atasnya.
"Tuan Jeevan!! anda tidak apa-apa?" tanya Gladys menarik kedua tangan Jeevan agar duduk. Gladys merasa bersalah setelah menyadari Jeevan sudah menyelamatkannya dari tabrakan mobil.
"Tanganku...aduhhh... tanganku sepertinya patah." ucap Jeevan sambil memegang pergelangan tangannya.
"Benarkah patah Tuan?!! bagaimana ini? sebaiknya kita ke Dokter, Tuan Jeevan." ucap Gladys seraya membantu Jeevan berdiri dan memapahnya.
"Kita ke rumah saja Nona Gladys, kamu bisa menyetir mobil kan?" tanya Jeevan dengan wajah kesakitan.
Gladys menganggukkan kepalanya menuntun Jeevan kembali ke mobil.
"Tuan Jeevan,. sebaiknya kita ke rumah sakit saja. Kalau terjadi sesuatu pada tangan anda, anda tidak akan bisa bekerja Tuan Jeevan." ucap Gladys sambil menjalankan mobil dengan pelan.
"Tidak apa-apa Nona Gladys, aku bisa memanggil Dokter pribadiku datang ke rumah. Kamu tenang saja jangan cemas." ucap Jeevan sambil memegang pergelangan tangannya yang terasa nyeri.
"Baiklah... apa kata Tuan Jeevan saja." ucap Gladys tidak berkata apa-apa lagi selain menuruti apa kata atasannya.
Tiba di rumah besar Jeevan, Gladys segera keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Jeevan. Dengan penuh perhatian Gladys kembali memapah Jeevan.
"Jangan terlalu merepotkan diri Nona Gladys. Aku sama sekali tidak apa-apa, hanya tanganku saja yang patah bukan kakiku." ucap Jeevan merasa gugup dengan sentuhan tangan Gladys berada di pinggangnya.
"Begitu ya? baiklah Tuan Jeevan silahkan anda berjalan sendiri." ucap Gladys sambil melepas pegangannya.
Gladys berniat membantu Jeevan berjalan karena tahu lutut Jeevan terluka dengan melihat celananya robek tepat di lututnya.
"Aauhhh!! ssshhh!! kenapa anda melepasku Nona Gladys?" tanya Jeevan dengan posisi sedikit membungkuk menahan sakit pada lututnya yang ternyata robek dan berdarah.
"Anda sendiri yang memintaku untuk melepas anda." ucap Gladys menahan senyum saat melihat Jeevan sedikit membungkuk sambil memegang lututnya.
"Cepat bantu aku Nona Gladys, ini perintah." ucap Jeevan sambil mengulurkan tangannya.
Dengan bibir cemberut Gladys memegang tangan Jeevan kemudian memeluk pinggang Jeevan dengan kuat.
"Kenapa kamu memelukku dengan sangat kuat apa kamu merindukan aku?" tanya Jeevan dengan tersenyum merasakan pelukan kuat tangan Gladys.
"Apa anda tidak salah? lihat wajahku baik-baik Tuan Jeevan! apa wajah merindukan anda seperti ini?!!" tanya Gladys dengan wajah suram dan bibir cemberut.
"Aku melihat wajah manis sedang menatapku penuh dengan kerinduan." ucap Jeevan masih dengan sebuah senyuman.
Dengan wajah kesal, Gladys menuntun Jeevan dengan langkah cepat hingga Jeevan sedikit tertatih-tatih mengikuti langkah Gladys yang sangat cepat.
"Auhhhh! Auhhhh!! kakiku!! kakiku sakit sekali. Sepertinya kakiku juga patah." ucap Jeevan duduk di sofa panjang setelah Gladys menuntunnya sampai di ruang tengah.
"Jeevan? ada apa denganmu? Gladys? akhirnya kamu datang juga. Apa yang terjadi pada Jeevan?" tanya Mark Ayahnya Jeevan saat tahu kedatangan Jeevan dengan Gladys.
"Hanya kecelakaan kecil Ayah. Bisakah Ayah meminta Dokter Jerry datang ke sini?" ucap Jeevan sambil berbaring di sofa.
"Tentu, aku akan memberitahu Jerry untuk datang ke sini. Apa yang kamu rasakan sekarang Jeev?" Tanya Mark sambil menghubungi Dokter Jerry.
"Bilang pada Dokter Jerry kalau pergelangan tanganku sepertinya patah Ayah." ucap Jeevan dengan wajah kesakitan dan mulai merasakan demam.
Mark menganggukkan kepalanya kemudian menjelaskan sakitnya Jeevan pada Dokter Jerry saat panggilannya di terima Dokter Jerry.
"Gladys, sebaiknya Jeevan kamu antar ke kamarnya agar bisa istirahat dengan nyaman." ucap Mark sambil melanjutkan pembicaraannya dengan Dokter Jerry.
Gladys tidak bisa membantah ucapan Tuan Mark selain menjalankan perintahnya.
Dengan tenaga ekstra Gladys kembali membantu Jeevan berjalan ke kamarnya.
Tiba di dalam kamar segera Gladys membantu Jeevan berbaring di tempat tidur.
"Nona Gladys, bisakah anda membantuku berganti pakaian?" ucap Jeevan dengan tatapan memohon.
"Apa ini termasuk sebuah perintah, apa aku bisa menolak perintah ini Tuan Jeevan?" ucap Gladys dengan tatapan kesal.
"Sepertinya tidak bisa Nona Gladys. Anda harus melakukannya." ucap Jeevan dengan tersenyum.
"Baiklah, sepertinya aku harus melakukannya. Di mana aku harus mengambil pakaian ganti anda? apa almari besar itu?" tanya Gladys berusaha menahan rasa kesalnya.
Jeevan menganggukkan kepalanya sambil berusaha duduk bersandar.
Dengan perasaan kesal Gladys membuka almari milik Jeevan dan mengambil kaos berwarna putih dan celana pendek warna coklat.
"Apa anda mau dengan yang aku pilih ini Tuan Jeevan?" tanya Gladys sambil menunjukkan kaos dan celana pendek yang di ambilnya.
"Apa pun yang anda pilih aku pasti menyukainya." ucap Jeevan sambil meraih ponselnya yang berbunyi berulang-ulang.
Wajah Jeevan sedikit berubah saat tahu yang menghubunginya adalah Ivan kekasihnya.
"Bantu aku memakainya Nona Gladys." ucap Jeevan sambil menerima panggilan Ivan.
"Ada apa Van?" tanya Jeevan dengan tenang.
"Aku baru saja ke kantormu, katanya kamu tidak ada di tempat. Kamu di mana sekarang sayang?" tanya Ivan dengan perasaan curiga.
"Aku ada di rumah. Ayahku memintaku makan siang di rumah dan mengundang Nona Gladys. Ayah berencana membahas pertunanganku dengan Nona Gladys." ucap Jeevan tidak menutupi apa pun pada Ivan.
"Jadi kamu benar-benar merencanakan sandiwara itu dengan wanita kampungan itu?" tanya Ivan dengan perasaan kesal.
"Benar Van, aku harap kamu tenang jangan emosi atau cemburu. Apa yang terjadi padaku dan Nona Gladys hanya sandiwara saja. Hubungan kita akan baik-baik saja." ucap Jeevan menenangkan hati Ivan agar tidak bertindak sendiri di luar kendali.
"Baiklah Jeevan, aku percaya padamu. Besok pagi aku ingin bertemu denganmu di apartemen kita." ucap Ivan merasakan rindu pada Jeevan.
"Baiklah, besok kita akan bertemu." ucap Jeevan memutuskan panggilannya sambil melihat Gladys yang sedang berusaha melepas celana panjangnya.
"Ada apa Nona Gladys? apa anda kesulitan?" tanya Jeevan dengan sebuah senyuman.
"Hem...aku harap anda bisa tertawa keras sekarang." ucap Gladys berusaha menarik kuat celana panjang Jeevan.
"Kenapa anda tidak bilang saja kalau aku harus mengangkat pantatku Nona Gladys?" tanya Jeevan saat melihat Gladys mengangkat pantatnya hingga wajah Gladys merah padam.