TERLIBAT MASALAH (1)
TERLIBAT MASALAH (1)
"Nona Gladys." panggil Jeevan dengan suara parau menyentuh tangan Gladys.
Perlahan Gladys membuka matanya saat merasakan tangannya di sentuh oleh seseorang.
"Anda sudah bangun Tuan Jeevan? bagaimana keadaan anda? anda baik-baik saja kan?" tanya Gladys sambil meraba kening Jeevan.
"Sudah lebih baik." ucap Jeevan tiba-tiba merasa lapar hingga perutnya bersuara. Dan suara perutnya terdengar jelas oleh Gladys.
"Apa tadi anda tidak makan?" tanya Gladys dengan kedua alis terangkat.
"Bagaimana aku bisa makan kalau ada wanita yang memarahiku terus dari pagi." ucap Jeevan dengan wajah suram dan memelas.
Wajah Gladys memerah, merasa apa yang dikatakan Jeevan hanyalah menyindir dirinya.
"Apa Tuan Jeevan mau makan sekarang? kalau mau, aku akan mengambil makanan untuk anda." ucap Gladys merasa bersalah pada Jeevan.
"Kalau anda tidak keberatan, bagaimana aku bisa menolaknya." ucap Jeevan dengan sebuah senyuman.
Gladys menatap Jeevan dengan perasaan kesal dan gemas. Merasa Jeevan selalu mengerjainya.
Tanpa membalas ucapan Jeevan Gladys bangun dari duduknya dan pergi ke dapur untuk mengambil makanan buat Jeevan.
Sambil menunggu Gladys mengambil makanan Jeevan menerima panggilan dari Toko pakaian langganannya yang sudah berada di depan pintu rumah. Segera Jeevan turun dari tempat tidurnya dan berjalan ke depan untuk menemui pelayan toko yang sudah membawa beberapa pakaian baru untuk Gladys.
"Tuan Jeevan kenapa anda ke sini?" tanya Gladys saat melihat Jeevan menghampirinya.
"Letakkan dulu makanannya, ikut aku ke depan sebentar." ucap Jeevan menarik pelan tangan Gladys dengan tangan satunya yang tidak terluka.
"Tuan Jeevan siapa mereka?" tanya Gladys saat melihat tiga orang wanita yang duduk di ruang tamu dengan memegang tiga koper di samping mereka.
"Pelayan, cepat buka kopernya dan tunjukkan beberapa pakaian pada Nona Gladys. Kalau Nona Gladys menyukai semuanya tinggalkan saja semuanya di sini. Untuk pembayaran segera aku transfer." ucap Jeevan dengan wajah serius bicara pada ketiga pelayan toko yang khusus melayani Gladys untuk mencoba semua pakaian.
Gladys duduk terdiam di tempatnya mendengar ucapan Jeevan pada ke tiga pelayan yang datang khusus untuk melayaninya.
"Nona Gladys pergilah bersama mereka dan cobalah semua pakaian yang ada di dalam koper itu. Mana yang anda suka anda pilih saja." ucap Jeevan pada Gladys yang masih duduk diam terpaku.
"Tapi Tuan Jeevan, aku tidak memerlukan pakaian sebanyak itu. Aku hanya menginap satu malam ini saja. Aku hanya membutuhkan pakaian satu saja untuk acara besok." ucap Gladys merasa serba salah.
"Kenapa harus memilih salah satu saja? katakan padaku apa yang harus aku katakan pada Ayah kalau Ayah mengetahui aku tidak membelikan apapun untuk anda?" tanya Jeevan dengan tatapan serius.
Gladys terdiam sejenak kemudian mengusap wajahnya.
"Baiklah kalau Tuan Jeevan memaksaku untuk menerima semua itu. Tapi untuk diingat bukan aku yang meminta itu semua, tapi Tuan sendiri yang memberikannya padaku." ucap Gladys tidak ingin punya balas budi pada Jeevan.
"Aku akan mengingatnya Nona Gladys, kalau anda tidak berhutang budi pada aku. Tapi aku yang berhutang budi pada anda karena sudah mau melakukan sandiwara ini." ucap Jeevan dengan tersenyum.
"Baiklah aku akan mencoba pakaian yang ada di dalam koper itu." ucap Gladys kemudian bangun dari tempatnya dan pergi ke kamar untuk mencoba pakaian yang telah didatangkan oleh Jeevan.
Javan tersenyum kemudian meminta pada ketiga Pelayan toko untuk mengikuti Gladys yang sudah lebih dulu pergi ke kamar.
"Drrrt...Drrrt... Drrrt"
Ponsel Jeevan berbunyi berulang-ulang dengan kening berkerut, segera Jeevan menerima panggilan tersebut setelah mengetahui Ivan yang menghubunginya.
"Hallo... ada apa Van?" tanya Jeevan sambil melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul delapan malam.
"Dengarkan aku Jeevan, aku tidak membutuhkan alasan apapun lagi. Malam ini juga kamu harus ke apartemenku. Aku menunggumu!" ucap Ivan dengan cepat menutup panggilannya.
Jeevan menekan pelipisnya tidak tahu harus pergi atau tidak. Kalau dia pergi pasti dia akan mendapat masalah dengan Ayahnya, tapi kalau dia tidak pergi pasti Ivan akan melakukan hal yang lebih nekat dari yang sebelumnya.
"Sebaiknya aku pergi sebentar, daripada Ivan melakukan hal yang nekat. Dan itu pasti tidak akan baik bagiku kalau Ayah mengetahuinya." ucap Jeevan kemudian berjalan keluar untuk menemui Ivan.
Tidak membutuhkan waktu lama, Jeevan sudah tiba di apartemen Ivan. Jeevan melihat Ivan susah menunggunya di depan pintu.
"Aku sudah yakin kalau kamu pasti akan datang karena aku tahu kamu sangat mencintaiku." ucap Ivan dengan tersenyum seraya memeluk Jeevan dengan sangat erat.
Jeevan hanya mengusap tengkuk lehernya menurut saja saat Ivan membawanya masuk ke kamar.
"Kamu tahu Jeevan, aku sangat merindukanmu. Aku sudah menunggumu lama untuk bisa bercinta denganmu lagi." ucap Ivan seraya mengecup bibir Jeevan.
"Tapi Van, baru seminggu yang lalu kita bercinta. Aku sangat lelah sekali malam ini, apalagi besok aku harus bertunangan dengan Gladys." ucap Jeevan sedikit berat melakukan sesuatu dengan Ivan di saat dia sakit.
"Tapi Jeevan, aku ingin bercinta denganmu malam ini sayang, penuhi permintaanku sebelum kamu bertunangan dengan gadis kampung itu?" ucap Ivan dengan wajah memelas.
"Baiklah Van, tapi tidak lama ya?" ucap Jeevan seraya mengusap lembut punggung Ivan.
"Tidak apa-apa walau hanya sebentar, yang penting hanya aku yang memiliki batang milikmu itu bukan gadis kampung itu." ucap Ivan dengan suara yang sudah parau.
"Baiklah akan aku beri kamu kebahagiaan yang tidak bisa kamu lupakan Van." ucap Jeevan sambil meraba batang milik Ivan yang sudah mengeras.
"Aku ingin menggigit dan menghisap batang milikmu Jeev, aku ingin menjilat cairan yang lezat itu." ucap Ivan sangat merindukan cairan sperma Jeevan yang meluber di dalam mulutnya.
"Lakukan saja asal kamu bahagia malam ini Van, dan kamu bisa tenang dan tidak melakukan hal yang tidak-tidak yang membuat acara pertunanganku berantakan." ucap Jeevan dengan wajah serius.
Tanpa menjawab pertanyaan Jeevan, Ivan menarik pinggul Jeevan agar mengangkang tepat di atas wajahnya.
Dengan nafas yang memburu, Ivan meremas keras dan menghisap batang milik Jeevan dengan salah satu tangannya sedang tangan satunya mencengkeram kuat pinggul Jeevan.
Dengan tatapan sayu Jeevan menatap penuh wajah Ivan dan membalas dengan melumat dan menggigit ganas bibir seksi Ivan secara intens.
"Aaakkkhhh!!" Ivan mengerang sudah tak sabar menghisap kuat batang milik Jeevan dengan menggunakan mulutnya.
"Aku ingin membahagiakanmu sekarang Jeev." ucap Ivan sambil menarik pelan batang milik Jeevan kemudian di masukkannya ke dalam mulutnya dan mengocoknya keluar masuk dengan sesekali menggigit dan menghisap kuat ujung batang milik Jeevan.